Friday, May 6, 2011

WHO ARE YOU ? - PART 1



Main casts                  : Park Jiyoon and Key SHINee
Support casts             : Other SHINee member, Seong Yeo Ra, Kim Jung Hwa, etc.
Type                           : Sequel [Part 1]
Length                        : 8 parts [Maybe Less, maybe more]
Genre                          : Mistery, romantic, difficult to guess, out of mind
Rate                            : General


------------------------------------------------
Hidup itu harusnya dinikmati, bukan? Kenapa harus berpusing-pusing ria karena masalah yang mengelilingi kehidupanmu? Anggap saja itu sebagai ‘pemanis’ rasa strawberry pada eskrim cokelatmu. Haha, aku sedang berbahagia sekarang. Karena apa? Karena sesuatu hal tak terduga hadir menghiasi duniaku.
—Park Jiyoon
 ---------------------------------------------------------

JIYOON’s SIDE
“HUAAAAA~ KEY!!” teriakku tiada henti. Aku rasa pita suaraku sedikit lagi akan robek. Hah,  i don’t care!! Yang penting hasratku untuk bisa menonton 2nd concert SHINee terkabulkan. Temanku sesama Shawol—Seong Yeo Ra—lebih parah lagi. Dia berteriak memanggil nama Jonghyun—tepat disampingku—menggunakan toa yang dibawanya. Padahal aku tahu dia mengambil toa tersebut dari ruang BEM kampus. Untung benda itu tidak disita oleh satpam—jelas tidak disita, ia menyembunyikannya dibalik roknya yang panjang. Haha, sinting! Setelah konser ini selesai, aku harus memeriksa telingaku ke pusat THT.
@@@
“Ya! Park Jiyoon,” kurasakan seseorang menggoyang-goyangkan tubuhku. Aku hanya mengerjap-ngerjapkan mulutku dan berusaha memicingkan mata, memastikan siapakah orang yang telah mengganggu kesenanganku—tidur siang di lorong kampus. Dan, ya, siapa lagi kalau bukan si mulut besar Yeo Ra. Hhh, lebih baik berpura-pura tidak melihatnya.
“Ya! Jiyoon, kau memalukanku saja. Cepat pindah!! Kau menghalangi jalan, tahu?” cecarnya sambil menendang halus pantatku yang semok ini. Yah, aku hanya bisa mengusap-usap pantatku dan kembali meringkuk.
“Hhhh~ terserah kau saja lah. Aku dengar ada anak baru yang akan masuk ke kelas Hyeo Seonsaengnim. Kau tidak tertarik?”
Hoaeeem~ aku hanya menguap pelan sambil meregangkan otot-ototku yang kaku. Ini semua gara-gara efek menonton konser SHINee kemarin malam, badanku serasa remuk karena tak henti-hentinya berjingkrak-jingkrakan.
Kuperhatikan Yeo Ra sedang menghias wajahnya dengan eye-liner serta alat make-up-nya yang lain. “Ya! Kau kira anak baru itu seorang namja? Aku rasa make-up mu tidak akan berguna,” kataku disela-sela kegiatan rutinku—mengupil—setelah bangun tidur.
“Hah, aku tidak peduli. Yang penting aku ingin memberikan kesan pada si anak baru kalau aku ini adalah yeoja tercantik di kelas. Yaa, siapa tahu kalau anak baru itu adalah Key. Kudengar dia akan masuk universitas tahun ini,” ucapnya sambil mengoleskan lip-balm di bibirnya yang bisa dibilang cukup dower.
“Hahaha, seorang Key masuk ke kampus kita? Kau jangan bermimpi. Lagipula Key itu milikku. Kau ‘kan sudah punya Jonghyun,” sergahku kemudian berusaha berdiri dan mulai melangkah meninggalkan Yeo Ra. Kudengar ocehan dan derap kakinya berjalan mengiringiku dari belakang. Hoaeeem~ mendengar ucapannya membuat perutku melilit.
“Heh, yeoja genit, aku ke toilet dulu ya. Tiba-tiba perutku mulas,” kataku sambil menepuk pundaknya pelan.
“Jiyoon, nanti kau masuk kelas, kan?”
“Ne,” jawabku singkat.
“Kalau kau membohongiku lagi, akan kucincang kau,”
Aku hanya melambaikan tanganku pertanda bahwa aku akan mengikuti perintahnya. Ya, dulu aku pernah bolos kelas, padahal aku sudah berjanji padanya bahwa aku akan masuk kelas. Hahaha, who care?
@@@
Hhhhh~ finally, kegiatan buang hajatku selesai juga. Sebaiknya aku segera ke kelas. Aku penasaran, siapa anak baru di kelas Hyeo Seonsaengnim. Kalau dia namja, akan kusuruh dia mentraktirku sebulan full, dan kalau dia itu yeoja, akan kubuat dia menjadi budakku. Hahaha.
Brukk...
Ugh! Sepertinya aku menabrak seseorang. Tubuhku sampai terpental hingga terjatuh. Hah, benar saja. Orang yang kutabrak juga ikut terjatuh. Sepertinya tadi kami bertubrukan cukup keras. Kuperhatikan orang itu memakai masker lengkap dengan kacamatanya. Dilihat dari bentuk tubuhnya, sepertinya dia seorang namja. Capuccino yang dibawanya tumpah mengenai seluruh tubuhnya. Lihat saja, kaos putih rolling stone-nya kini penuh dengan warna kecokelatan berkat si capuccino.
“Mianhae,” ucapku sambil berusaha berdiri kemudian menghampirinya dan membantunya berdiri. Sepertinya ia marah padaku, uluran tanganku tak disambutnya dengan baik. “Mianhae. Aku sedang buru-buru jadi aku tidak melihat jalan,” kataku lagi. Tak sengaja mata kami saling bertemu. Dan kau tahu? Aku mengenal mata itu—mata yang sama dengan mata si kunci idolaku. Tapi, tidak mungkin ‘kan dia itu Key? Model rambutnya saja berbeda. Yang jelas, Key lebih stylish daripada namja bodoh ini.
Kukeluarkan cardigan abu-abu-ku lalu kuberikan padanya. “Ini sebagai permintaan maafku. Kau bisa menggunakan cardiganku untuk sementara. Yang penting kau harus ganti bajumu dulu,”
Ia tetap tak menggubrisku. Namja ini malah sibuk mengelap bajunya yang basah. Dia ini sepertinya lebih bodoh dariku. Apakah dengan mengelap bajunya akan mengembalikan warna kausnya? Akhirnya kutarik tangannya lalu kuseret tubuhnya menuju toilet pria disampingku. “Ganti pakaianmu sekarang atau  badanmu akan terasa lengket. Kau akan memakai kausmu yang basah seharian di kampus?” paksaku padanya. Awalnya ia agak ragu tapi akhirnya ia menurut juga padaku.
@@@
Ternyata menunggu namja itu berganti pakaian cukup memakan waktu juga. Hhh~ sepertinya aku tidak bisa ikut kelas Hyeo seonsaengnim. Setelah lima belas menit, akhirnya namja itu keluar juga. Well, cardiganku cocok juga dipakai olehnya. Haha,
“Ayo, ikut aku,” kutarik tangannya lagi menyeretnya menuju kantin kampusku.
“Hei, lepaskan aku,” cegahnya sambil berusaha melepas jeratanku.
“Ya! Aku ingin membelikanmu sesuatu. Sudah, kau diam disini, jangan kemana-mana,” kutinggalkan si namja aneh itu sementara aku membeli satu cup capuccino di kantin tak jauh dari tempat si namja berdiri.
“Nih,” kujulurkan capuccino tersebut padanya. Ia hanya menatap cup tersebut tanpa bergerak. “Ini sebagai permintaan maafku karena perbuatanku. Sudah cepat terima saja,”
Well, akhirnya dia menerimanya. Meskipun ia sempat mengatakan untuk tidak perlu berepot-repot ria hanya karena hal sepele. Aku hanya tidak ingin membuat susah orang lain karena perbuatanku. Haha, meskipun aku ini termasuk anak nakal di kelas, tapi aku berjiwa malaikat. Saat aku akan beranjak pergi, tiba-tiba ia menahanku.
“Tunggu, siapa namamu?”
“Park Jiyoon. Kau sendiri?” tanyaku balik. Hmmm, agak lama ia menyebutkan namanya. Apakah ia lupa dengan namanya sendiri? Hahaha, ternyata benar, dia lebih bodoh dariku.
“Kim Jung Hwa. Ya, namaku kim Jung Hwa,”
“Oh, oke, Jung Hwa. Aku harus masuk kelas. Jadi, sampai bertemu lain hari,” kataku melambaikan tangan.
@@@
Coba tebak? Where am i? Yang jelas aku tidak di kelasku sekarang. Hahaha, aku ada di perpustakaan mengerjakan tugas yang diberikan Hwang Seonsaengnim tempo hari. Lagipula, gara-gara menabrak Jung Hwa, aku jadi telat masuk kelas. Yeo Ra menelfon sambil memarahiku gara-gara—lagi-lagi—aku tidak masuk kelas. Mungkin sebentar lagi dia akan sampai kesini.
“Dasar pemalas,” kurasakan seseorang menarik pelan rambutku dari belakang. Aku sudah mengiranya. Siapa lagi kalau bukan si temanku yang genit itu. Aku hanya memberikan cengiran kudaku padanya.
“Aku tidak masuk kelas karena aku harus mengerjakan tugas, Yeo. Lihat, ada buktinya, kan?” belaku sambil menunjukkan buku-buku di depanku.
“Jiyoon, kau menyesal tidak masuk kelas Hyeo seonsaengnim,”
“Menyesalnya?”
“Karena kau tidak melihat siapa anak baru yang masuk ke kelas kita,” cecar Yeo Ra penuh semangat.
“Memang siapa anak baru itu?” tanyaku santai sambil membalikkan halaman demi halaman buku yang sedari tadi kupegang.
“Key. Kau tahu? Dia Key!! K-E-Y membernya SHINee. S-H-I-N-E-E,” kurasakan Yeo Ra menggoyang-goyangkan lenganku tak sabaran. Aku hanya menyeringai kecil padanya.
“Come on, kau masih saja bermimpi, Yeo? Aku saja sudah sepenuhnya sadar dari tidur siangku. Aku tidak akan tertipu olehmu,” jawabku enteng.
“Ya sudah kalau kau tidak percaya. Kau tidak sadar kalau seisi kampus ini sedang membicarakannya?”
Kuperhatikan sekeliling ruangan ini dan yang kudapati hanya keheningan dimana-mana. “Tidak ada yang membicarakan Key, tuh. Lagipula kalau memang dia itu Key, pasti tidak ada seorangpun yangg berani mendekatinya. Seisi kampus ini sudah tahu kalau aku ini pecinta si kunci yang satu itu. Jika ada yang mendekatinya, akan kuhajar dia,” kataku sambil mencibirkan bibirku padanya.
“Jelas saja tidak ada yang bicara, ini perpustakaan tahu!!” belanya lagi. Aku berniat untuk menyerangnya lagi dengan kata-kataku, tapi seseorang menghentikan obrolan kami.
“Permisi. Bolehkah aku minta tolong?” tanya si namja didepanku. Dengan cepat kualihkan pandanganku pada namja itu. Kutelan ludahku dalam-dalam setelah mengetahui sosok di hadapanku itu.
“K-k-k-key?” ucapku terbata-bata. Aku sedikit mengucek-ucek mataku untuk meyakinkan bahwa aku tidak sedang bermimpi. Ya tuhan, kenapa tiba-tiba lidahku jadi kelu? Dan yang membuat jantungku serasa berhenti berdetak, ia melemparkan senyumnya padaku. Oh, My, God!! Ia tersenyum padaku!! Kyaaa~~ eomma!!!
Kurasakan Yeo Ra menyenggol pundakku kencang yang secara otomatis mengembalikan jiwaku—yang sedang melayang-layang di atap perpustakaan—ke dalam ragaku. “Oh, eh, i-i-i-iya. Apa mau bantu?” tanyaku lagi.
Kudengar Yeo Ra sedikit berdecak disampingku. “Mianhae, Key. Mungkin maksudnya ‘apa yang bisa kami bantu’. Maklum, dia agak sedikit tidak waras,” terang Yeo Ra sambil menjambak pelan rambutku. Aku hanya tersenyum kecut padanya diselingi cubitan kecil di pahanya. Kulihat Yeo Ra sedikit meringis. Tapi itu kulakukan sebagai pembalasan dendamku karena dia menjambak rambutku. Ergh~ jadi ketahuan begonya deh...
“Aku ingin mencari buku tentang Seni. Tapi aku sedikit kesulitan menemukannya. Terlalu banyak buku disini, dan...”
“AKU BISA BANTU,” kupotong kalimatnya secepat mungkin agar Yeo Ra tidak curi start. Hahaha, aku tahu dia penggemar Jonghyun, tapi siapa tahu dia ingin dekat-dekat Key-ku. Huh, tidak akan kubiarkan!!!
“Park Jiyoon!! Lagi-lagi kau membuat gaduh di perpustakaan,” kulihat Hyun Ahjussi—penjaga perpustakaan—memelototiku dari tempat duduknya. Apa suaraku sekencang itu ya? Sampai-sampai suara jelek Hyun Ahjussi menggema di ruangan ini? Kuberikan tanda V padanya dan sedikit menggerakkan tanganku kesana kemari dengan maksud agar Hyun Ahjussi tak memarahiku. Kupandangi Key, dan, hhhhh~~ ia hanya tersenyum simpul. Kau tahu? Melihat senyumnya membuatku darahku berhenti mengalir didalam tubuhku... eomma~ aku butuh nafas buatan...
“Pssst, katanya kau ingin mengantarnya mencari buku? Kenapa malah bengong?” bisik Yeo Ra di telingaku. Ugh~ gara-gara melihat Key, otakku jadi bekerja sangat lamban.
“Engg~ baiklah. Buku Seni ya? Nggg~ sebelah sini,” aku bisa merasakan getaran pada suaraku. Ya, tuhan, semoga Key tidak menertawaiku. Kulangkahkan kakiku menuju rak buku Seni. Aku tahu Key mengikutiku dari belakang. Tapi tetap saja, jantungku berdebar sangat kencang. Ini pertama kalinya aku bisa sedekat ini dengan idolaku. Eomma~ eotteokhae?
Kuperhatikan sekelilingku, hampir semua mata tertuju pada Key. Bahkan dua orang yeoja dibalik rak yang kulewati sempat berbisik-bisik tak jelas sambil tersenyum pada namja-ku. Hih, kau kira kau itu cantik? Kupelototi saja mereka berdua ketika mata mereka tak sengaja bertemu dengan mataku. Kulihat mereka langsung pergi menjauhi kami. Haha, berhasil!
“Kalau boleh tahu, siapa namamu?” kudengar ia bersuara dari balik punggungku. Sebentar? Ia menanyakan namaku? NAMAKU?
“Eh? Kau bertanya padaku, kan?” tanyaku memastikan. Kuputar sedikit tubuhku agar bisa melihat wajah si namja idolaku itu. Ia terlihat menahan tawanya. Hhhh~ apa aku terlihat sangat bodoh di depannya? Huaaa~~
“Aku Park Jiyoon,” jawabku cepat. “Lalu, siapa namamu?”
Oh, tuhan. Bodohnya aku ini!! Kenapa aku malah bertanya padanya. Sudah jelas dia itu Key, idolaku, brondong idamanku. Dasar Jiyoon pabo!!
Lagi-lagi kulihat ia tertawa ringan sambil terus mengikuti langkahku. “Aku Kim Ki Bum,” balasnya.
“Ne. Aku sudah tahu,” kataku menahan malu. Ergh~ jangan sampai ia melihat wajahku yang mulai memerah ini...
Kudengar ia tertawa lagi. Yeah, aku tahu dia sedang menertawai sikap bodohku ini. Akh! Aku ingin memukul kepalaku dengan tongkat baseball !!!
“Ku kira kau tidak tahu siapa aku,”
Mendengar kalimatnya barusan membuatku menghentikan langkahku saat itu juga. Kubalikkan tubuhku hingga kini berhadapan dengannya. “Bagaimana mungkin aku tidak mengenalmu. Aku kan fans-mu,”
Ops, segera kubalikkan tubuhku lagi. Kupukul-pukul mulutku menggunakan telapak tanganku dan kembali berjalan ke arah rak buku seni. Aduh, bego!! Kenapa kau bilang padanya kalau kau ini fans-nya? Argh~ Jiyoon pabo!! Aku tidak berani menatapnya. Aku takut...
“Ehm,” aku berdeham dengan maksud menetralkan suaraku. Terlalu hening diantara kami berdua. Aku tidak suka dengan keadaan ini.
“Ehm, kudengar kau anak baru di kelas Hyeo Seonsaengnim, ya? Sayang, aku tidak hadir tadi,” tanyaku mengalihkan pembicaraan. Kupastikan tidak ada getaran ataupun nada ‘gagap’ pada kalimatku.
“Oh, kau mahasiswi di kelas Hyeo Seonsaengnim? Aku tidak melihatmu di kelas. Tapi, salam kenal,” ucap Key dengan suaranya yang terdengar indah di telingaku. Aku hanya mengangguk pelan. Aku tidak ingin salah bicara lagi. Hhh~ aku ingin berteriak, tapi tenagaku tiba-tiba hilang.
“Kalau aku tahu anak baru itu adalah kau, pasti aku tidak akan bolos kuliah,” bisikku lebih pada diriku sendiri.
“Eh? Kau bicara padaku?” tanyanya tepat di belakang telingaku, menghembuskan nafasnya yang seketika itu jua membuat bulu kudukku berdiri tegak. Refleks, aku pun menoleh padanya sehingga wajah kami hanya terpaut beberapa cm saja.
Glek.. kutelan ludahku yang terasa sulit ini.
“Nggg~ a-a-a-anniya.. kau pasti salah dengar,” kualihkan pandanganku lagi ke depan untuk menghindari tatapan wajahnya. Kuhembuskan nafasku beberapa kali untuk menormalkan kembali kerja jantungku. Aisshh~ eomma, bunuh saja aku!!
“Nah, ini buku yang kau cari,” kataku menunjukkan deretan buku seni di hadapanku. Kupandangi Key yang sekarang berdiri tepat disampingku. Ia tersenyum melihat buku yang ia cari telah ditemukan.
“Gamsahamnida, Jiyoon-sshi,”
Aaaa~ eomma~~ ia bilang ‘terima kasih’ padaku!! Setiap kali mendengar suaranya, otakku tiba-tiba blank seketika. Aku tidak bisa berfikir! Oh, tuhan...
Aku hanya mengangguk kecil kemudian melangkahkan kakiku menjauhinya. Sebenarnya aku ingin lebih lama dekat dengannya—bisa mencium wangi tubuhnya, bisa memandangi wajahnya hanya dengan jarak kurang dari 50 cm—tapi entah kenapa kaki ini tidak mau diajak kompromi. Hey, kaki! Kau tidak ingin menghentikan langkahmu sebentar saja? Baiklah, akan kubuat kau berhenti sekarang juga!
“Key!!” kubalikkan tubuhku kemudian bergerak mendekatinya. Ia terlihat sedikit bingung melihatku. Hah, bodo amat!! Kuambil pulpen dan kertas dari seseorang yang tak sengaja lewat didepanku. Aku sedikit memelototinya agar ia tidak melawanku dan sepertinya ia menurut.
“Minta tanda tangannya dong,” kusodorkan kertas tersebut padanya tanpa mempedulikan urat ‘malu’-ku.
“Eh?” dan hanya kata itu yang keluar dari mulutnya.
@@@
“Heh, sudah berapa lama kau terus memegangi tanda tangannya Key?” kurasakan Yeo Ra melemparkan beberapa kacang atom ke arahku.
“Bilang saja kalau kau itu sirik. Tahu sirik tidak? Sirik itu terdiri dari huruf S-I-R-I-K. Jika digabung dibacanya ‘sirik’. Arasseo?”
Yeah, tepat setelah aku mengucapkan kata-kata terakhirku, Yeo Ra melemparkan bungkus kacang tersebut tepat mengenai wajahku. “Ya! Wajahku ini satu-satunya investasiku untuk menjadi calon istri Key! Stay away from my face or i’m gonna kill you right now!!” teriakku sambil melempar balik bungkusan tersebut pada Yeo Ra.
Ia hanya terkekeh pelan. “Kau kira Key akan melirikmu, huh? Oh, my gooood~” ledeknya penuh kebahagiaan.
“Kau kira Jonghyun juga akan melirikmu? Come on, beibeeehh~” ledekku balik. Kami berdua malah tertawa terbahak-bahak. Tawa kami menggema di seluruh sudut kelas. Yup, kami sedang menunggu kelas Park Seonsaengnim. Sebenarnya aku agak malas masuk kelas ini, karena setiap kali Park Seonsaengnim mengajar, setiap kali itu pula aku tertidur di kelas.
Park Seonsaengnim—yang notabene sudah berumur 63 tahun—berjalan dengan ayu-nya memasuki kelas. Langkahnya yangg terlihat gontai itu membuatku ingin memasang tali tambang di leher seonsaengnim lalu menariknya paksa menuju tempat duduknya. Ergh~ oke, penderitaanku selama dua jam ke depan baru saja dimulai...
Satu menit...
Dua menit...
Tiga menit...
Ya, tuhan... kenapa dari tadi jam dinding di depanku jarum panjangnya tidak bergerak sedikitpun? Park Seonsaengnim sudah berbicara panjang lebar, tapi kami baru menghabiskan waktu tiga menit. Tiga menit!! Bayangkan!!
Kulirik Yeo Ra yang sedang duduk tepat disampingku, ia terihat sangat memperhatikan apapun yang Park Seonsaengnim katakan. Sesekali ia mencatat bagian yang ia anggap penting. Haha, otakku sudah tak mampu menampung pelajaran, jadi aku lebih memilih mencoret-coret kertas sambil menopang daguku.
Sedang asik-asik-nya ber-doodle ria dengan spidol sapphire blue-ku, tiba-tiba perhatianku tertuju pada seseorang dibalik pintu kelas. Hah, anak nakal, terlambat masuk kelas Park Seonsaengnim sama saja membunuh absenmu! Kemudian kualihkan kembali perhatianku pada kertas hasil doodle-anku.
“Annyeong hasseyo, Seonsaengnim. Mianhamnida, saya sedikit tersesat mencari kelas ini. Bolehkah saya ikut kelas anda?” tanya si anak nakal yang kumaksudkan. Tunggu!! Aku kenal dengan suara itu.
Saat kudongakkan kepalaku, mulutku seketika itu juga menganga lebar. O-EM-JI, KEY!!! Segera kurapihkan rambutku yang agak berantakan ini kemudian mengusap-usap wajahku yang mengusut. Omo-omo-omo...
Key mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru arah, mencari bangku kosong yang bisa ia tempati. Kemudian, ia berjalan menuju sebuah bangku kosong yang letaknya tak jauh dari tempat dudukku­—dia duduk di deretan pertama sedangkan aku di deretan ketiga—setelah Park Seonsaengnim menyuruhnya masuk. Sebelum ia duduk, mata kami sempat bertemu, dan lagi-lagi ia tersenyum padaku.
Eh? Dia tersenyum padaku? Benarkah? Kubalikkan badanku untuk memastikan bahwa ia benar-benar tersenyum padaku. Dan aku berani menarik kesimpulan kalau dia memang ‘benar-benar’ dan ‘sungguh-sungguh’ tersenyum padaku—karena semua orang yang berada tepat dibalik punggungku mengarahkan matanya padaku. Bahkan Yeo Ra juga memandangiku keheranan. Aku yakin, mereka juga menyadari kalau Key melontarkan senyumnya padaku. Kyaaaa~~ eomma, eomma, eomma....
Yeo Ra menyikut siku tanganku pelan sambil tersenyum menggodaku. Eomma~ aku semakin tidak bisa berkonsentrasi kalau Key lagi-lagi satu kelas denganku. Eotteokhae? Eotteokhae? Eotteokhae?
Kudengar Park Seonsaengnim kembali melanjutkan materi kuliahnya. Hhhh~ jujur, pandanganku tak bisa kualihkan pada Seonsaengnim, mataku seolah-olah terkunci sehingga aku hanya bisa memandangi namja tampan didepanku. Hhhh~ kutopangkan daguku dan tak bergeming sedikitpun dari posisiku.
“Park Jiyoon,”
Hmmm~ sepertinya ada seseorang yang memanggil namaku... hah, persetan dengan dia! Yang penting sekarang aku bisa leluasa memandangi si kunci hatiku itu, hihihi...
“PARK JIYOOON,”
Oke, suara panggilan kedua ini berhasil membuatku terlonjak. Kupandangi Yeo Ra dan ia seolah memberi tanda bahwa Park Seonsaengnim lah yang memanggilku. Segera kubetulkan posisi dudukku dan menyisir rambutku menggunakan jari-jariku. “Ne, seonsaengnim? Anda memanggil saya?” tanyaku sambil memasang wajah aegyeo-ku.
“Memangnya ada apa dibalik punggung Key sampai-sampai kau tidak memperhatikan pelajaranku?” Park Seonsaengnim melipat kedua tangannya didepan dada.
“Nde?” aku tidak mengerti maksud si beliau itu. Yang jelas, tepat setelah seonsaengnim mengakhiri kalimatnya, seluruh ruangan bergemuruh dipenuhi gelak tawa teman-teman sekelasku. Kulihat Key membalikkan tubuhnya memandangiku sambil tersenyum. Aisshhh~ lagi-lagi aku bertindak bodoh....
@@@
Yeo Ra tak henti-hentinya menertawakanku. Demi tuhan, aku ingin menyumpal mulutnya menggunakan kaus kakiku. “Ya! Berhenti menertawakanku, Yeo,” kataku sambil memukul pelan lengannya.
“Habis kau ini pabo sekali, Jiyoon. Ya tuhan, selama tujuh tahun kita berteman, baru kali ini aku melihat sisi ke-paboa-anmu yang super akut itu,” ledeknya disertai tawa yang sedari tadi tak ada hentinya.
Kulempar bungkus Dry Kimchi ke arahnya. Tapi cara itu tetap tak berhasil menghentikan tawanya. Sial!
“Ehm, do you mind if i sit here?” tanya seseorang pada kami berdua.
Ya, tuhan. Tenggorokanku kembali tercekik. Aku tidak bisa bernafas... itu Key.. dia Key... Kim Ki Bum, namja yang telah membuatku menjadi orang bodoh seharian ini.
“Sure. Duduklah,” Yeo Ra sepertinya mengetahui kelakuanku, jadi dia yang bertindak lebih dulu. Dia memang sahabatku yang baik. Akan kucium dia sebagai balas jasaku karena telah berhasil menahan Key disini.
“Annyeong, Jiyoon-sshi,” sapanya sambil meletakkan sesuatu di atas meja. Ia duduk tepat di sebelahku, jadi aku bisa menghirup wangi tubuhnya yang membuatku tak ingin beranjak dari situ. Aku hanya tersenyum simpul padanya disertai anggukan kecil. Rasanya sulit dipercaya kalau saat ini aku bisa sedekat ini dengan Key. Ia disampingku! Duduk disampingku!!!
“Jiyoon-ah, jangan membuatku malu,” sela Yeo Ra. Aku tahu dia sedang menahan tawanya. tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Tubuhku terasa kaku.
“Annyeong, Key. Cheoneun Yeo Ra imnida,” kulihat Yeo Ra menundukkan kepalanya dan tersenyum pada Key. Rrr~ yeoja genit!! Kutarik rambutnya pelan seketika itu juga dan berhasil membuatnya meringis pelan. Key hanya tersenyum simpul memperhatikan kelakuan kami yang bisa dibilang seperti anak kecil.
“Kenapa jam segini kau belum pulang? Apakah kau tidak ada kegiatan?” tanya Yeo Ra lagi. Diam-diam kuperhatikan jam tanganku. Yeah, jam menunjukkan pukul 07.38 pm.
“Anniya~ karena hari ini hari pertamaku masuk universitas, jadi manager hyung membebaskanku dari segala kegiatan. Aku sedang menunggu hyung menjemputku. Apa kalian berdua berteman?”
“Ne. Jiyoon itu temanku dari kecil. Chamkanman, hyung? Hyung yang kau maksud itu....” Yeo Ra mengarahkan telunjuknya pada Key sambil memasang wajah yang sedang menerka-nerka. Key lagi-lagi hanya tersenyum simpul.
“Jonghyun hyung. Memangnya kenapa?” tanyanya pelan. Eomma, suaranya membuat perutku mulas.. jaebal, yeoreobun~~
Mendengar kata Jonghyun hyung, tangan Yeo Ra langsung refleks mengorek-orek isi tasnya. Diambilnya benda yang ia cari kemudian disodorkannya pada Key. “Mianhae, tapi bisa kau berikan ini pada Jonghyun?”
Ternyata benda itu adalah sebuah kotak kecil yang telah dihiasi pita berwarna pearlswhite. Hah, aku tahu isinya, pasti sebuah kalung yang ia beli saat ia berlibur ke Bali. Ia memang ingin memberikan sebuah kalung pada Jonghyun. Cih, selama kami berteman, dia bahkan belum sekalipun memberiku hadiah—dulu dia pernah memberiku alat pembuka botol, tapi itu tidak termasuk kedalam kategori ‘hadiah’.
Key meraih kotak tersebut dan berjanji pada Yeo Ra akan memberikannya pada Jonghyun ketika mereka bertemu nanti. Namun, tiba-tiba pertanyaan Key membuatku tersedak. “Mmm, Jiyoon-sshi, kudengar kau ini salah satu fansku, ya?”
Aku bisa mendengar Yeo Ra terkekeh pelan. Aku hanya bisa mematung ditempatku. Eomma~ aku malu...
“Bukan fans lagi, Key. Tapi fans berat,” terang kawanku yang pengkhianat ini. Aku hanya memberikan senyumku—yang aku yakin sangat kupaksakan—pada Key. Setelah itu kuseruput es kelapa muda di tanganku cepat-cepat.
“Harusnya kau senang karena aku ada disini. Kenapa kau diam saja?” pertanyaannya barusan terdengar seperti sebuah ledekan bagiku.
“Ya! Kau ingin menjatuhkan martabatku, ya? Aku diam karena aku bingung mau bilang apa,” lagi-lagi kuseruput es ku dengan cepat. Dasar bocah labil, kenapa kau bicara seperti itu padanya? Aissshhh...
Namja disampingku malah terkekeh pelan. Tidak, tidak, lebih tepatnya dua orang yang mengapitku sedang menertawakan kebodohanku. Sial!!
Omona~ aku tidak berfikir jernih karena Key ada didekatku. Eotteokhaji??

TO BE CONTINUED....

No comments: