Friday, May 13, 2011

UNPREDICTABLE MOMENT - Part 2



Main casts : Cho Ikha and Han Taerin
Support casts : Eunhyuk ‘Super Junior’, Kim Hyun Joong ‘SS501’, and other support casts.
Type : Sequel [Part 2]
Length : 5 parts [maybe less, maybe more]
Genre : Romantic, ficlet, drabble, difficult to guess, out of mind
Rate : General

***
Han Taerin, Cho Ikha, Kim Hyun Joong dan Eunhyuk saling menatap satu sama lain, memancarkan sinar kebencian pada masing-masing lawannya.
“Well, well, well, seorang monyet sepertimu ternyata bisa lolos audisi juga ya?” ucap Ikha disertai seringaian penuh ejekan pada namja yang berdiri dihadapannya.
Merasa dihina oleh Ikha, Eunhyuk-pun tak tinggal diam. “Hah, kau fikir kau itu hebat? Badan seperti bongkahan pisang seperti itu saja dipamer-pamerkan,”
“Apa kau bilang?” Ikha—yang emosinya mulai terbakar berkat kalimat yang dilontarkan Eunhyuk—mengambil satu langkah lebih maju, bersiap untuk menjambak rambut namja yang ia panggil monyet itu. Taerin dengan sigap menahan chingu-nya itu lalu mengajaknya untuk duduk di depan loket antrian.
Sama halnya dengan Taerin, Hyun Joong juga menahan tubuh Eunhyuk agar tidak terjadi percekcokan diantara mereka. Sebelum ia beranjak pergi, pandangannya tetap tertuju pada Taerin yang juga sedang menatapnya penuh kehampaan.
“Kenapa kau menahanku? Dari dulu aku ingin sekali merobek mulut yeoja comel itu,” Eunhyuk membetulkan kausnya yang agak kusut bekas tarikan Hyun Joong.
“Jadi, dia itu Cho Ikha? Yeoja yang jadi sainganmu itu?” Hyun Joong mengalihkan perhatiannya pada yeoja tersebut yang sedang duduk tak jauh dari tempat mereka.
“Ne... lihat saja, akan kubuat dia menderita selama proses latihan nanti,” ucap Eunhyuk tanpa melepaskan sedikitpun tatapannya.
@@@
“So? Is he Eunhyuk? Si monyet yang genit itu?” tanya Taerin memastikan.
“Siapa lagi? Cuma dia yang terlihat sangat mirip dengan monyet,” sungut Ikha sambil membetulkan jepit rambutnya. “Taerin, kau kenal namja yang tadi berdiri disamping si monyet itu?” sambungnya.
Taerin memperhatikan Hyun Joong yang sedang mengobrol dengan Eunhyuk dari kejauhan. “Kim Hyun Joong,” jawabnya singkat.
“MWORAGO? Hyun Joong?” Ikha menatap Taerin cermat. Taerin hanya mengangguk lemah mengiyakan chingu-nya.
“Meotjyeo...” ucap Ikha sedikit berbisik.
“Mwo?” Taerin memicingkan telinganya, takut dia salah dengar.
“Aku bilang meotjyeo!! Hhhh... pantas saja kau dulu tergila-gila padanya. Dia memang tampan,” terang Ikha seadanya.
“Aku rasa temanku ini mulai terhipnotis oleh Hyun Joong,” Taerin memegangi kening Ikha, memastikan bahwa temannya itu masih sehat dan dalam keadaan normal.
“PUBLIC SPEAKING COMPETITION..” suara petugas administration division terdengar dari speaker di sudut ruangan. Taerin dan Hyun Joong segera berdiri menuju loket secara bersamaan.
Mereka berdiri berdampingan di depan loket. Sementara itu, petugas administrasi sedang sibuk memilah-milah dokumen yang harus Hyun Joong dan Taerin isi.
“Tak kusangka, kau yang terpilih mewakili kampus dengan kategori yang sama denganku,” Hyun Joong mengatakannya tanpa sedikitpun menoleh pada yeoja disampingnya.
Taerin melirik Hyun Joong dari sudut matanya kemudian mendengus pelan. “Waeyo? Mengecewakanmu, huh? Kalau sejak awal aku tahu kau mencalonkan diri di kategori ini, aku akan mengundurkan diri lebih awal,”
Kini Hyun Joong mengalihkan perhatiannya pada Taerin. “Berhati-hatilah, Han agasshi. Kau tak tahu sedang berurusan dengan siapa,”
Taerin mengambil formulir yang diberikan petugas administrasi kemudian menatap Hyun Joong cepat. “Lalu kau mau apa? Mengancamku agar aku mengundurkan diri? Atau kau akan mempermalukanku lagi seperti yang telah kau lakukan padaku dulu? Hah, aku tak takut,” Taerin memutar tubuhnya—mengibas rambutnya pelan—lalu beranjak pergi dari tempatnya. Meninggalkan Hyun Joong dengan segala keterkejutannya.
“Han Taerin, kita lihat nanti. Siapa yang akan bertahan,” bisik Hyun Joong pada dirinya sendiri.
@@@
Eunhyuk dari tadi memperhatikan sekelilingnya. Sesekali diliriknya jam tangan Timex-nya dengan tak sabaran. Namun tiba-tiba sesuatu menginjak kaki sebelah kanannya. Sontak ia pun mengerang sambil mengelus-elus kakinya itu.
“Argh.. sial!! Ya! Kalau jalan lihat-lihat dong!!” Eunhyuk berteriak memaki yeoja yang tak sengaja menginjak kakinya.
“Ups, sorry...” yeoja itu membalikkan tubuhnya sambil mengucapkan nada ejekan.
“Yaks, kau lagi. Kalau jalan itu pakai mata, jangan pakai hati!!” cecar Eunhyuk—masih mengusap-usap kakinya yang terinjak oleh heels yang dipakai Ikha.
“Siapa suruh kau menghalangi jalanku? Dasar monyet!!” ledek yeoja itu sambil berlalu.
“Ya!!!” belum sempat Eunhyuk mengejarnya, tangan seseorang menahan pundaknya. Eunhyuk pun menoleh untuk memastikan siapa yang telah berani menghalanginya. “Hyun Joong?”
“Biarkan saja dia begitu. Kalau kau meladeninya, nanti dia makin senang menggodaimu. Kkaja...” Hyun Joong menarik tangan temannya itu menuju sebuah ruangan yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
@@@
“Annyeong hasseyo, yeorobun...” sapa seorang namja yang sedang berdiri didepan ruangan yang cukup besar tersebut. Sapaannya disambut hangat oleh kurang lebih tiga puluh mahasiswa yang akan mengikuti Korean Society Competition.
“Baik. Saya akan memberikan beberapa pengumuman terkait dengan persiapan kita untuk kompetisi nanti. Dari 13 perlombaan tersebut, lokasi terbagi menjadi 4: Daegu, Seoul, Cheongnam dan Busan. Kampus sudah memberikan selembarannya pada kalian kemarin, tapi ada sedikit perubahan,”
Namja tersebut—yang notabene adalah Dekan Inha University—membolak-balik bukunya secara perlahan. “Untuk kategori public speaking, lokasinya yang semula di Seoul kini dipindahkan ke Daegu. Jadi kalian akan bersama dengan mahasiswa dance competition menempati tempat karantina di Daegu. Sisanya tidak ada perubahan. Besok kalian sudah harus mengikuti masa karantina selama satu bulan di tempat yang sudah ditentukan. Ada pertanyaan?”
Taerin mengangkat tangannya cepat. Dekan tersebut kemudian mempersilahkannya berdiri. “Sejujurnya saya tidak setuju dengan keputusan yang telah dibuat oleh pihak kampus. Apakah tidak berbahaya jika membiarkan para namja menginap di tempat yang sama dengan para yeoja? Menurut saya cara itu kurang efektif,”
“Aku rasa itu bagus. Jadi peserta kompetisi di kategori yang sama bisa lebih mudah untuk berlatih bersama. Bukan begitu, seonsaengnim?” terang Hyun Joong yang duduk tak jauh dari tempat Taerin. Ia memutar tubuhnya agar bisa memandang Taerin. Dilihatnya yeoja itu yang sepertinya sangat kesal dengan penolakan Hyun Joong.
“Tapi, seonsaengnim, kalaupun hal itu tetap dilakukan, saya meminta keamanan dan penjagaan yang lebih untuk kamar para yeoja. Siapa tahu tiba-tiba ada namja yang usil mengintip kami yang sedang tertidur,” sergah Taerin dengan sedikit menaikkan nada suaranya.
“Saya rasa, jika yeoja-yeoja yang tinggal bersama kami itu jenisnya seperti kau—yang cerewet dan bermulut besar, tidak akan ada yang mau menggodaimu juga,” Hyun Joong mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dan mengumbarkan senyumnya.
Kelas mulai bergemuruh dipenuhi tawa dari para peserta kompetisi. Taerin mendengus kesal sambil menghentakkan kakinya ke lantai. “Seonsaengnim, saya tidak mau satu atap dengan namja gila itu!!” ia mengarahkan telunjuknya pada Hyun Joong.
Merasa tidak terima dengan statement yang dilontarkan Taerin, Hyun Joong pun berdiri untuk mensejajarkan posisinya. “Harusnya anda merasa terhormat karena anda bisa satu atap denganku, Han agasshi. Banyak yeoja diluar sana yang ingin mendapatkan posisimu sekarang,” Hyun Joong mengelus dagunya pelan—seolah sedang menggoda Taerin.
Lagi-lagi Taerin hanya mendengus kesal. Akhirnya ia memilih duduk daripada harus beradu-mulut dengan Hyun Joong.
Seonsaengnim—yang merasakan ketegangan antara Taerin dan Hyun Joong—angkat bicara. “Taerin-ah, bukannya saya membela Hyun Joong. Tapi saya lebih setuju dengan pendapatnya. Dan masalah keamanan, saya kira kalian semua disini sudah cukup dewasa untuk mengontrol emosi kalian untuk tidak mengintip yeoja-yeoja yang sedang tidur. Benar?” pertanyaan seonsaengnim disambut anggukan dan peng-iya-an para murid namja. Taerin menatap Hyun Joong dari kejauhan, dilihatnya ia tersenyum penuh kemenangan sambil mengedipkan sebelah matanya pada Taerin.
Taerin segera memalingkan wajahnya. “Ya! Kenapa kau tidak membantuku berargumen?” ia mendorong pundak Ikha yang sedari tadi mengikir kuku tangannya.
“Hahaha, santai saja, Taerin-ah. Aku tak berargumen karena aku fikir aku bisa mengerjai si monyet nanti. Jangan terlalu terbawa emosi, honey... calm down,” ucap Ikha disertai seringaian menggoda padanya.
@@@
Hari ini semua mahasiswa peserta Korean Society Competition kategori dance dan public speaking sudah berkumpul di depan sebuah rumah yang telah disewa pihak Inha University untuk dijadikan tempat karantina. Selama satu bulan penuh, semua peserta akan digodok agar dapat menguasai bidang masing-masing. Dan itu artinya, Taerin dan Ikha akan mengalami penderitaan selama satu bulan karena satu atap dengan namja yang mereka benci.
“Taerin-ah, aku dapat kamar di bagian samping kanan. Kau dimana?” Ikha memperhatikan kertas yang berisi peta rumah yang bisa dibilang cukup besar itu.
“Aku di bagian kiri,” jawabnya santai.
“Kalau begitu aku pergi dulu mencari kamarku. Nanti kita bertemu saat makan siang, oke?”
Taerin hanya mengangguk kecil kemudian mulai berjalan mencari kamarnya. Rumah ini ternyata sangat besar. Buktinya? Sudah lima belas menit Taerin mengitari bagian samping kiri rumah tersebut, tapi ia belum juga menemukan kamar yang ia cari.
“Ah, ini dia...” ucapnya pelan setelah menemukan sebuah pintu bertuliskan angka 21 ditengahnya. Baru saja ia berniat untuk memutar gagang pintu tersebut, seseorang—dari kamar yang berada  tepat didepan kamarnya—keluar dari ruangan tersebut. Otomatis, Taerin segera memutar tubuhnya untuk melihat siapa yang akan menjadi tetangga sebelah kamarnya itu.
“KAU?” Taerin mengarahkan telunjuknya tepat di depan wajah si tetangga kamarnya. “Sedang apa kau disini?”
Orang tersebut hanya memberikan senyum tipisnya. “Wow, ternyata kita memang berjodoh, ya?”
@@@
Ikha dari tadi sibuk mengenakan sepatunya. Ia tak mempedulikan orang-orang di sekitarnya yang sedang sibuk melakukan streching sebelum latihan. Dari seberang matanya, ia dapat melihat penampakan Eunhyuk yang berhasil membuatnya salah menyimpulkan tali sepatunya.
“Oke, Ladies and Gentlemen. Hari ini kita akan menjalani latihan yang pertama. Tapi sebelumnya ada pemberitahuan yang sangat penting,” tutor Young—pelatih yang disewa Inha University untuk melatih peserta dance competition—menjelaskan. Ikha segera bergabung dengan 7 peserta lainnya yang telah berbaris membentuk lingkaran kecil. “Kategori dance competition ternyata terbagi menjadi dua. Couple dance dan group dance. Dan kampus telah membuat beberapa pertimbangan,”
Ikha melirik ke arah Eunhyuk yang sedang berbisik ria dengan namja di sebelahnya. Ugh~ ia baru sadar kalau ia tak mengenal satupun dari ke tujuh peserta dance competition, kecuali Eunhyuk tentunya. Kini yang ia harapkan adalah tergabung di kategori group dance dan tak perlu satu group dengan namja gila itu.
“Cho Ikha dan Eunhyuk akan masuk ke kategori couple dance. Sisanya masuk ke kategori group dance. Untuk couple dance, kalian akan membawakan salsa dance dan group dance akan membawakan hip-hop dance. Karena disini terlalu sempit, tempat latihan group dance dipindahkan ke ruang aula di tengah rumah. Arrania?” tanya Tutor Young.
Ikha seketika itu juga membelalakkan matanya. “Mworago? Aku tidak salah dengar, ‘kan?” tanyanya sedikit berbisik. Yeoja yang berdiri di sebelah Ikha mengangguk.
“Namamu Cho Ikha?” tanya yeoja itu ramah.
“Ne... waeyo?”
“Hhhh... kau beruntung sekali bisa bersama dengan Eunhyuk Oppa. Huaaa.. aku mau menari dengannya...” yeoja tersebut mengatakannya dengan sedikit histeris dan menutup mulutnya sambil menatap ke arah Eunhyuk.
“Eh?” hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut Ikha. “Kenapa monyet seperti dia banyak yang suka, ya?” batinnya dalam hati.
Semua orang—kecuali Ikha dan Eunhyuk—meninggalkan ruangan latihan tersebut. Tutor Young menyuruh mereka untuk streching terlebih dahulu. Ikha hanya mendengus kesal. Sengaja ia menjaga jarak dengan Eunhyuk, takut ia ‘menyerang’-nya tiba-tiba.
“Hah, aku yakin, kita tak akan bisa bekerja sama dengan baik,” Eunhyuk memulai pembicaraan setelah keheningan menyelimuti mereka selama tiga menit.
Ikha tak menggubris sedikitpun perkataan Eunhyuk, ia lebih memilih memperhatikan gerak-gerik namja tersebut dari balik kaca besar di hadapannya. Namja itu masih sibuk melakukan streching-nya. Ketika Eunhyuk melakukan push-up, otot-otot di tangannya terlihat sangat menggiurkan bagi Ikha. Lama kelamaan, ia memperhatikan wajah si namja gila itu seksama.
“Kenapa kau melihatku seperti itu? Aku tampan?”
Perkataan Eunhyuk berhasil membuat Ikha tersadar dari lamunannya. Ia segera menghentikan kegiatannya—mengumpulkan nyawanya. “Berhentilah bermimpi, ahjusshi,” ia melangkahkan kakinya keluar ruangan.
“Ya!! Apa kau bilang? Ahjussi?” Eunhyuk segera berdiri agar bisa memandang Ikha. Tapi yeoja itu tak menggubris kata-kata Eunhyuk. “Ya!! Cho Ikha!!”
@@@
“Ugh~ dasar penyakit aneh!! Kenapa kau harus kambuh lagi disaat aku sedang merapihkan barang-barangku??” Taerin memegangi perutnya sambil meringis. Penyakitnya—buang air besar selama satu jam sekali—kembali menyerangnya. Segera ia menghentikan aktivitasnya dan bergegas menuju toilet di samping kamar. Dengan kecepatan 100km/jam, ia mulai berlari menuju ruangan tersebut.
Baru saja ia membuka pintu toilet, seseorang—dari dalam toilet—keluar dari ruangan tersebut secara bersamaan. Otomatis Taerin menabrak orang tersebut. Untung ia tak jatuh, karena orang yang ditabraknya menahan tubuh Taerin dengan kedua tangannya.
Taerin mengerjap-ngerjapkan kedua matanya memandangi wajah orang tersebut yang hanya terpaut beberapa sentimeter saja dari wajahnya. Orang yang barusan ditabraknya tersebut tak mengenakan kaus. Tubuhnya hanya terbalut celana boxer bertuliskan ‘Calvin Klein’.
“K-k-kau...” ucap Taerin terbata-bata. Kedua tangannya memegangi dada sang pemilik tubuh tersebut. “Ap-apa yang kau lakukan?” nada suara Taerin terdengar sedikit bergetar. Tentu saja ia gugup. Karena bagaimanapun juga, ia sedang di dekap oleh namja yang sempat ia sukai. Kini ia terlihat bingung—antara ‘mencoba melepaskan dekapan Hyun Joong’,  atau ‘tetap bertahan pada posisinya sekarang’.
Hyun Joong tak bergerak sedikitpun, ia malah memandangi Taerin tanpa menjauhkan tangannya dari pinggang yeoja tersebut. “Harusnya aku yang bertanya, kenapa kau masuk ke dalam toilet tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu? Berniat mengintipku, huh?” ledek Hyun Joong sambil mengeratkan dekapannya.
Taerin tak ingin beradu-mulut dengan Hyun Joong sekarang, perutnya sudah sangat sangat sangat tak enak. Jadi yang ia butuhkan sekarang adalah ‘segera bertemu sang toilet’. “Ya! Aku....”
“TAERIN-AH....” Belum sempat Taerin menyelesaikan kalimatnya, suara seseorang dari balik punggungnya berhasil menghentikan mulutnya. Sontak ia dan Hyun Joong pun menoleh ke asal suara tadi.
“Taerin-ah, aku ta....” kini giliran Ikha yang tidak melanjutkan kalimatnya. Dihadapannya kini tersedia pemandangan yang tak mengenakan. Melihat Hyun Joong—yang tak memakai atasan—yang sedang memeluk temannya membuat ia seketika itu juga menutup wajahnya. “AAAAAAA~~ TUTOR YOUNG!! TAERIN DAN HYUN JOONG BERBUAT MESUUUUMMM!!” ia memutar tubuh dan menutup wajahnya sambil berlari meninggalkan mereka.
“Ya! Cho! Aku tidak berbuat mesum!!” Taerin berusaha melepaskan dekapan Hyun Joong dan untungnya namja tersebut melonggarkan tangannya sehingga ia mudah lepas dari jeratannya. Taerin berniat mengejar chingu-nya itu, tapi perutnya tak mengizinkannya pergi. Walhasil, ia pun berbalik dan masuk ke dalam toilet.
“Minggir kau! Dasar namja mesum!!” Taerin mendorong tubuh Hyun Joong yang menghalanginya masuk ke dalam toilet. Hyun Joong hanya tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya pelan.
“Hhhh... Yeoja aneh...”
@@@
Taerin dari tadi hanya memutar-mutar pulpennya. Ia tak sepenuhnya mendengarkan ocehan Tutor Chan tentang materi public speaking yang akan ia bawakan saat kompetisi. Otaknya sekarang masih tertuju pada Ikha, takut-takut yeoja labil itu benar-benar memberitahukan pada tutornya tentang kejadian tadi pagi.
“Oke. Materi hari ini cukup sampai disini. Besok kita akan bertemu di jam yang sama. Beristirahatlah,” lamunan Taerin terhenti oleh suara Tutor Chan. Ia dan Hyun Joong—yang duduk disampingnya—berdiri dan membungkukkan tubuhnya 45°. Setelah memastikan kepergian tutornya itu, Taerin dengan cepat menghempaskan tubuhnya ke atas sofa yang tadi ia duduki.
“Ada apa denganmu? Dari tadi kuperhatikan kau tidak menyimak sedikitpun materi yang Tutor Chan berikan,” ucap Hyun Joong sambil membetulkan posisi kacamatanya.
“Apa pedulimu?” sungut Taerin kasar. Ia menghembuskan nafas beratnya beberapa kali. Taerin memperhatikan Hyun Joong yang sedang asik membolak-balik catatannya. “Heh, kenapa kau bisa santai seperti itu sih?”
“Maksudmu?” tanya HJ datar tanpa sedikitpun menoleh pada yeoja yang sedang duduk disampingnya itu.
“Ternyata otakmu itu sempit juga, ya? Bagaimana kalau Ikha memberitahukan Tutor Young tentang kejadian tadi pagi?”
“Itu tidak akan terjadi,” balas Hyun Joong cepat. Ia menutup catatannya kemudian melepas kacamatanya—mengarahkan pandangannya kepada Taerin. “Temanmu itu tidak akan setega itu melaporkanmu kepada tutornya. Aku rasa fikiranmu saja yang terlalu berlebihan,”
Taerin menatap Hyun Joong sengit. Bibirnya terlihat komat-kamit melontarkan kata-kata makian pada namja disampingnya itu. Namun baru saja ia memaki namja itu didalam hati, Taerin segera menatap Hyun Joong keheranan.
Namja itu—yang tadi anteng-anteng saja—tiba-tiba mendekati Taerin perlahan. Hyun Joong bergerak mendekati Taerin, memperkecil jarak antara mereka berdua. Sontak Taerin pun bergerak mundur. “Ya! A-a-apa yang akan kau lakukan?” tanyanya sambil menutup mulutnya dengan buku. Hyun Joong pura-pura tak mendengarkan Taerin. Ia tetap bergerak mendekati yeoja yang terlihat gelisah itu.
Karena takut di-apa-apa-kan oleh Hyun Joong—secara tidak ada siapa-siapa lagi selain mereka berdua di ruangan tersebut—Taerin menutup seluruh wajahnya dengan buku catatannya. Hyun Joong hanya tersenyum geli melihat kelakuan Taerin.
Hyun Joong mengambil tutup pulpennya yang tadi terjatuh tepat di dekat kaki Taerin. Setelah mengambil benda yang ia cari, segera ia kembali ke posisinya semula. “Aku rasa yang berfikiran mesum itu adalah kau. Bukan aku,” ucap Hyun Joong sambil menyunggingkan senyumnya yang dianggap sangat manis dan mempesona bagi Taerin.
Taerin menurunkan bukunya sehingga ia kini dapat melihat Hyun Joong seutuhnya. “M-m-mworago?”
“Aku bilang kau lah yang berfikiran mesum. Aku hanya ingin mengambil tutup pulpenku yang tadi terjatuh. Bukannya mau menciummu,” ia mengangkat benda yang ia cari dan menunjukkannya pada Taerin. “Bersihkan dulu otak kotormu itu,” ucap Hyun Joong sambil mengetuk-ngetukkan pulpennya pada pelipis Taerin.
“Ya!! Kau yang berfikiran mesum, bukan aku!!!” bentak Taerin tak mau kalah. Ia melempar bantal sofanya ke arah Hyun Joong kemudian dipukul-pukulnya tubuh namja tersebut menggunakan bantal yang ia pegang.
“Ya!! Hentikan!! Sakit, tahu!!” Hyun Joong menahan pukulan Taerin dengan lengannya. Bukannya berhenti, Taerin malah semakin semangat memukuli Hyun Joong.
“DASAR-NAMJA-MESUM!!” teriaknya disertai pukulan-pukulan keras pada Hyun Joong.
“HENTIKAN, HAN TAERIN!!” suara Hyun Joong tak berhasil membuat Taerin berhenti. “HAN TAERIN!!!” Karena kesal—dari tadi dipukuli terus, Hyun Joong pun tak tinggal diam. Ia menarik bantal yang dipakai Taerin untuk memukulinya dengan kasar. Otomatis tubuh Taerin pun ikut tertarik. Dan lagi-lagi Taerin harus berdekatan dengan jarak kurang dari 7cm dengan Hyun Joong, membuatnya terpaku sesaat karena pancaran aura Hyun Joong.
“Jangan bermain-main denganku, Han Taerin,” ucap Hyun Joong tepat didepan wajah Taerin, menghembuskan hawa panas ke kulit Taerin yang membuat jantungnya seketika itu juga berdegup kencang.
“A-a-aku tidak sedang bermain-main. K-k-kau yang memulai duluan,” ucap Taerin membela diri. Ia berusaha menelan ludahnya yang terasa sulit itu. Sungguh, meskipun ia membenci namja yang ada di hadapannya, namun—didalam lubuk hatinya—tetap saja namja tersebut tak pernah membuat jantungnya berdetak normal setiap kali melihat pesonanya.
“M-m-memangnya apa yang akan kau perbuat, huh?” tantang Taerin—meskipun nadanya masih terdengar gugup. Ia berusaha mengontrol emosinya saat ini.
“Apa yang akan kuperbuat?” tanya Hyun Joong sedikit berbisik. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah Taerin, membuat detak jantung yeoja itu berdetak tak karuan. “Aku sudah muak mendengar semua ocehanmu. Jadi akan kubuat kau tunduk padaku agar kau tidak berkoar terus-menerus,”
Taerin menggerakkan kepalanya menjauhi Hyun Joong. “M-m-mwo?”
@@@
Semua penghuni rumah saat ini sedang berkumpul di ruang makan. Mereka menikmati hidangan makan siang yang telah disajikan oleh koki pribadi. *wow, sungguh kampus yang eksklusif, bisa menyewa koki pribadi buat peserta kompetisi. Iisip kapan ya bisa begini?*
Para tutor duduk berdampingan di depan. Sedang yang lain duduk mengelilingi meja besar berbentuk persegi panjang. Eunhyuk, Hyun Joong, Cho Ikha dan Taerin duduk berhadap-hadapan. Mereka hanya saling melirik satu sama lain, mencoba menahan emosi untuk tidak beradu-argumen didepan para tutor.
“Pssstt, Taerin-ah,” Ikha menggeser posisinya pada Taerin. Yeoja itu dengan cepat mendekatkan telinganya ke mulut Ikha. “Aku memasukan vinegar ke dalam mangkuk Eunhyuk,” bisik Ikha.
“Eh? Vinegar? Bagaimana bisa?” Taerin mengerutkan alisnya.
“Aku menyuruh koki di dapur untuk memberikan mangkuk tersebut khusus pada si monyet itu,” terang Ikha sambil terkekeh pelan.
Taerin hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. “Hhhh... terserah kau saja,”
“Selamat makan semuanya,” ucap Tutor Young membuka acara makan siang. Seketika itu juga semua orang langsung melahap makanannya masing-masing.
Hyun Joong—yang sudah siap melahap sup-nya—tiba-tiba menghentikan aktivitasnya. Ia mencium sesuatu menyeruak masuk ke dalam hidungnya dari sup yang akan ia makan. Ia memperhatikan sekelilingnya, tapi mereka sepertinya asik dengan makanan mereka.
Pasti ini kerjaan Taerin,” batinnya dalam hati. Ia mengarahkan pandangannya pada yeoja didepannya. Merasa ada seseorang yang memperhatikannya, Taerin pun mendongakkan kepalanya dan mengeluarkan senyum kecutnya pada Hyun Joong.
Sementara itu, Ikha terlihat kebingungan. Ia merasa kalau ia sudah menaruh vinegar pada mangkuk Eunhyuk, tapi namja itu malah terlihat sangat lahap memakan makanannya.
“Aneh...” ucap Ikha lirih.
@@@
“Ugh...” Hyun Joong mengusap-usap perutnya yang dari tadi mengeluarkan suara rintihan. Ini gara-gara tadi siang ia tidak makan, jadi perutnya berteriak minta diisi. Ia ingin makan sesuatu, tapi di kulkas hanya tersisa makanan ringan. Sedangkan ia sangat anti makan cemilan—karena ia tidak ingin mengubah bentuk tubuhnya yang sudah proporsional itu.
“Hei, kau,” tiba-tiba Eunhyuk datang menghampiri Hyun Joong yang sedang duduk di ruang santai. “Wajahmu pucat, Hyun,” ucap Eunhyuk sambil memperhatikan wajah temannya itu.
“Aku lapar,” jawabnya singkat.
“Lah, tadi siang kenapa kau tidak menghabiskan makananmu? Berarti itu salahmu sendiri,” Eunhyuk mengeluarkan cemilannya kemudian menyodorkannya pada Hyun Joong. Tapi namja itu menggeleng pelan.
“Ini semua gara-gara Taerin. Ia memasukkan vinegar kedalam sup-ku,” jelas Hyun Joong. Ia meringis pelan sambil terus mengusap-usap perutnya.
“Yeoja itu menyusahkanmu, ya?” tanya Eunhyuk. Ia memasukan cemilan tersebut kedalam mulutnya dan mengunyahnya pelan.
“Sangat. Semakin hari ia semakin membuatku kesal,” rutuk HJ.
“Sepertinya Han Taerin bersahabat dengan Cho Ikha. Mereka terlihat sering berduaan,”
“Eh? Masa?” Hyun Joong menatap Eunhyuk tak yakin. “Cho Ikha itu bukannya yeoja yang jadi pasangan dance-mu?”
“Ne... sepertinya mereka berdua memang memiliki sifat yang sama → ‘selalu menyusahkan orang dan bermulut comel’...” cecar Eunhyuk.
Setelah Eunhyuk mengucapkan kata terakhirnya, seketika itu juga terbesit sesuatu di benak Hyun Joong yang membuatnya menyunggingkan senyumnya. “Eunhyuk, untuk menghadapi para yeoja tengil itu, kita harus menggunakan strategi,”
Eunhyuk menolehkan pandangannya pada Hyun Joong. “Eh? Maksudmu?”
“Mereka itu ‘yeoja’. Kita jangan bermain kasar pada mereka. Riset membuktikan bahwa yeoja itu makhluk yang halus dan lembut....”
“Hah, lembut apanya? Aku bahkan ragu kalau Cho itu seorang yeoja,” sergah Eunhyuk cepat.
“Hhh.. kau tidak mengerti maksudku?” Hyun Joong mendorong pundak Eunhyuk dengan sisa tenaganya. Eunhyuk hanya menggeleng pelan sambil melempar senyumnya pada yeoja—yang ia kenali sebagai salah satu anggota hip-hop dance—yang tak sengaja lewat didepannya.
“Ergh... kemari kau!!” Hyun Joong menarik tubuh Eunhyuk agar ia bisa membisiki sesuatu di telinga sahabatnya itu. Eunhyuk mendengarkan dengan seksama setiap kata yang Hyun Joong sebutkan.
Eunhyuk menatap Hyun Joong. Ia menyeringai kecil kemudian memukul pelan perut Hyun Joong. “Ya!! Ternyata kau pintar juga, ya?”
Mereka berdua akhirnya bersalaman tanda menyetujui perkataan Hyun Joong barusan...

To Be Continued....

No comments: