The Fake Boyfriend - Part IV
Main casts : Cho Ikha, Kim Key Bum
Support casts : Lee Jinki, Lee Taemin
Other support cast : Kim Jonghyun, Choi Minho, Cho Nami, Eunhyuk ‘SUJU’, Chae Rin, Jung Ah, Hyuna, etc.
Genre : Romance, Family, Tragic (?)
Type : Sequel (Part IV)
Rating : G (Gak tau)
-------------------------------------------
Suara apa ini? Seperti suara detak jantungku?
Hhhh~ tapi kenapa debar jantungku semakin cepat setiap kali melihat senyumnya?
Ah~ Anni~ tidak mungkin…
—Cho Ikha
Senyumnya… kenapa dia terlihat sangat cantik?
Mwo? Ada apa denganmu Key? Kenapa kau ikut tersenyum setiap kali melihat dia tersenyum?
Anni~ ada yang salah dengan diriku…
—Key
------------------------------------------
“Cho Ikha!!” ini kedua kalinya Jinki memanggil si Ms. Coldheart, tapi yang dipanggil tak berpaling sedikitpun.
“Cho Ikha?” tanya namja disampingnya pada Jinki.
“Yup. Kau mengenalnya, hyung?” Jinki balik bertanya.
“Anni~ hanya saja… namanya mirip dengan nama yeoja bodoh yang sering aku ceritakan padamu dulu,” terangnya.
“Cho Ikha!!” panggil Jinki lagi.
“APA!!!” teriak Ikha sambil membalikkan tubuhnya kearah Jinki. Bukannya menatap Jinki, yeoja ini malah memandangi namja disebelahnya. Melihat namja tersebut, tiba-tiba sekelebat masa lalu yang telah ia kubur dalam-dalam kembali menghiasi otaknya.
“Cho Ikha??” seru Eunhyuk—namja yang sedari tadi berdiri disamping Jinki. Ia menghampiri yeoja tersebut. “Wow, sudah lama kita tidak bertemu. Ya! Kenapa dengan rambutmu?”
Ikha—yang memandang Eunhyuk tanpa ekspresi—terdiam.
“Hyung, kau mengenalnya?” Tanya Key.
“Ne. Mana mungkin aku lupa dengan gadis kecilku ini,” tangan Eunhyuk berniat memegang pipi Ikha. Namun seketika itu juga ditepis kasar olehnya.
“Jangan sentuh aku,” katanya sambil berlalu meninggalkan mereka.
“Hyung, duduklah dulu. Kau bisa mengobrol dengan yang lain,” ucap Jinki lembut. Sedetik kemudian—entah atas dorongan apa—ia berlari mengejar Ikha.
@@@
Cho Ikha’ Side
Dia…
Kenapa dia muncul lagi? Kenapa dia tiba-tiba ada didepan mataku?
Akh~ aku muak dengannya. Harusnya dia mati saja! Ya, tuhan, kenapa aku harus bertemu dengan namja gila itu lagi?
Sepanjang jalan menuju tempat parkir, aku terus memaki namja itu didalam hati. untung hari ini aku membawa mobil Dad. Kalau tidak, aku bisa membunuh seluruh penghuni bus karena bau amis dari rambutku.
“Tunggu!” seseorang menahan lenganku yang akan membuka pintu mobil. Kulirik pemilik tangan tersebut yang tak lain adalah Jinki.
“Mau apa kau? Minggir,” kudorong sedikit tubuhnya yang menghalangi pintu mobilku. Ia masih tetap bergeming disitu.
“Ternyata selama ini aku tidak salah orang,” ucapnya.
Aku hanya menatapnya sekilas. Kudorong tubuhnya lagi agar ia menjauhiku tapi usahaku sia-sia. “APA SEBENARNYA MAUMU?” teriakku tepat didepan wajahnya.
“Aku tahu siapa kau…”
“Hah, kau ini bodoh atau tolol? Semua orang di kampus ini tahu siapa aku,” kataku sedikit menyombongkan diri.
“Apa karena Eunhyuk hyung, kau jadi seperti ini?”
Deg…
Orang ini… kenapa dia malah menyebut nama namja gila itu? Akh~ telingaku…
“Kenapa kau diam?” tanyanya lagi
Ergh~ aku benci dia…
“Eunhyuk hyung… dia sepupuku, dan…”
“AKU TIDAK PEDULI DIA ITU SEPUPUMU ATAU BUKAN. YANG AKU INGINKAN SEKARANG ADALAH KAU PERGI JAUH-JAUH DARI HADAPANKU,”
Hhhh~ lagi-lagi aku berteriak tepat dihadapannya. Emosiku tidak terkontrol.
“Aku tidak akan pergi sebelum kau mendengarkanku,” cegah Jinki—masih bergeming di tempatnya berdiri.
Ergh~ dia…
“Hyung sering menceritakan seorang yeoja yang dianggapnya sangat bodoh dan mudah tertipu padaku. Namanya Cho Ikha. Awalnya aku fikir yeoja yang hyung maksud bukan kau. Tapi setelah pertemuan singkatmu dengannya—barusan—aku dapat mengambil satu kesimpulan,”
Reflex, tanganku menutup kedua telingaku. Aku tidak mau mendengar suaranya.
“Wajar jika kau marah padanya. Tapi kalau kau bersikap seperti ini kepada namja-namja sepertiku, itu namanya tidak adil,” celotehnya lagi.
Aku semakin mengeratkan kedua tanganku. Kucoba untuk tidak melakukan kontak mata dengannya.
“Aku tidak tahu alasan apa yang membuatmu menerima Key sebagai pacarmu. Tapi setidaknya kau bisa menggunakan kesempatan ini untuk membuktikan pada hyung-ku kalau kau masih bisa berdiri kokoh tanpanya,”
“CUKUP!!!” nafasku sedikit terengah-engah. Ingin sekali aku menampar namja ini, tapi ku urungkan niatku dengan memukul jendela mobilku. “KAU TIDAK TAHU APA-APA!” kataku kasar.
“Jangankan kau. Aku juga tidak suka dengan sikap hyung yang selalu seenaknya pada para yeoja. Kau kira hanya kau saja yang menjadi korbannya?”
Kutatap namja itu dalam. Aku berusaha mencerna kalimat terakhirnya.
“Aku tahu, tidak mudah bagimu untuk membuka hatimu. Tapi mulai sekarang belajarlah bersikap realistic,”
Setelah menucapkan kata terakhirnya, ia beranjak pergi meninggalkanku.
“AKU BENCI DIA! DAN AKU JUGA BENCI SEMUA HAL TENTANG DIRINYA. TERMASUK KAU!!” teriakku sekencang mungkin. Kulihat ia tetap berjalan menjauhiku—tidak menggubris kata-kataku.
@@@
Key’ Side
Onew hyung pergi kemana ya? Apa dia mengejar Ikha? Ah, tidak mungkin.
“Hyung, kenapa kau datang kemari? Kau kan bisa menunggu di rumah,” Tanya Taemin pada sepupunya. Sepertinya dia sangat senang akan kedatangan si Mr. Lee ini.
“Kau sendiri? kenapa ada disini?” dia balik bertanya. Taemin hanya membalasnya dengan seringaian kecil.
“Bosan dengan suasana Italia ya, hyung?” Minho ikut bertanya.
“Hahaha, tidak juga. Aku sangat suka tinggal disana. Yeoja-nya yeppeo-yeppeo,” jawabnya lagi.
Aku tidak begitu memperhatikan perbincangan mereka. Tiba-tiba aku teringat dengan kata-kata Chae noona tadi malam.
Eunhyuk… apa dia yang Chae noona maksud?
Ah, hyung bilang dia mengenalnya? Tadi kulihat ekspresi noona lesbi itu seperti tidak suka dengan kehadiran hyung.
“Key,” sahutan Minho membuyarkan lamunanku.
“Ne?”
“Kenapa kau? Melamun terus,”
“A-a-anni~ aku lapar,” jawabku sekenanya. “Hyung, berapa lama kau akan tinggal di Korea?” tanyaku mengalihkan perhatian.
“Mmmm~ hanya beberapa hari. Hei, kalian mengenal Cho Ikha?”
Oke. Pertanyaan hyung yang satu ini berhasil membuatku menatapnya serius.
“Ne. Dia itu kan pacarnya Key hyung. Ah, tadi hyung bilang kalau hyung mengenalnya, ya? Kenal dimana?” Tanya Taemin panjang-lebar.
“Dia pacarmu Key?” Eunhyuk hyung melirikku.
“ Ne. Kenapa memangnya?”
Eunhyuk hyung malah tertawa renyah setelah mendengar jawabanku. Aku tidak tahu maksud dari tertawaannya itu. Tapi entah kenapa aku merasa sebal melihatnya. Apa karna dia telah menyakiti Cho? Aku juga tidak tahu pasti.
“Mereka baru pacaran kemarin, hyung. Lagipula dia tidak begitu serius dengan Ikha. Kita sedang tar….”
“HYUNG!!!” kupotong kata-kata Jjong hyung. Aku tidak ingin ia melanjutkan kata-katanya. “… kau mau coba macaroni schotel tidak? Rasanya enak sekali. Taemin, ajak hyung-mu memesan makanan disana,”
Kulihat Taemin sedikit kebingungan. “Sudah, ppali, ppalli,” kudorong tubuh Taemin dan Eunhyuk hyung menjauhiku.
Setelah memastikan kedua makhluk itu sudah menjauh, aku mendekati Minho dan Jonghyun hyung. “Hyung, Minho, berjanjilah kalau kalian berdua tidak akan menceritakan taruhan bodoh kita itu pada Eunhyuk hyung,”
“Heh, kau ini kenapa sih? Mencurigakan,” terang Minho.
“Anni~ pokoknya jangan bilang-bilang padanya. Ini rahasia kita berempat saja. Arasseo?”
Mereka berdua mengangguk kecil. Kutatap Eunhyuk hyung dari kejauhan.
Hhhh~ aku tidak ingin dia tahu tentang taruhan ini. Itu hanya akan membuat noona lesbi terlihat bodoh didepannya.
Tunggu, tadi kenapa Taemin seperti marah padaku ketika aku membela Nicole? Ada apa dengannya? Apa dia menyukai Cho juga?
Hei, ada apa denganku? Kenapa tiba-tiba aku seperti tidak suka dengan sikap namja-namja ini? —Onew hyung yang mengejar noona lesbi itu, Eunhyuk hyung yang ternyata adalah masa lalunya si noona, dan Taemin yang sangat peduli pada Cho. Aku tidak mungkin menyukainya kan?
@@@
Cho Ikha’ Side
Hari ini aku sudah berjanji pada Mom akan mengajak pacarku ke rumah. Hah! Pacar? Melihat wajahnya saja membuatku ingin muntah.
Lebih baik kuhubungi si kunci karatan itu untuk bersiap-siap. Kuambil cellphone di saku jeans-ku. Dan...
Akh~ sial! Aku lupa! Aku tidak tahu nomornya. Harus kucari kemana dia?
“Mencariku?” Tanya seseorang dibalik punggungku. Dari suaranya aku bisa tahu kalau dia adalah orang yang kucari.
“Sebutkan nomor cellphone-mu,” kataku to-the-point.
“Untuk apa?”
“Agar aku mudah menghubungimu. Kau tidak lupa kan? Hari ini kita…”
“Ya, ya, ya… mengenalkanku pada umma-mu kan? Tenang, ingatanku masih bagus,”
“Ppalli, “ tanpa banyak bicara, kutarik tubuhnya menuju tempat parkir.
@@@
Key’ Side
Akhirnya kami sampai juga di sebuah rumah minimalis yang bercat cokelat cream. Raut muka si noona lesbi terlihat sangat kesal. Ia terus saja mengeluhkan sikap umma-nya sepanjang perjalanan menuju kemari.
“Ingat kata-kataku,” ucapnya mengingatkanku.
“Ne. kita harus terlihat akrab dan mesra kan?”
“Anni~ hanya akrab. Tidak ada kata mesra. Arasseo?”
Kuhembuskan nafas dari mulutku pelan. “Terserah kau saja. Aku capek berdebat denganmu,”
Kulihat ia tersenyum menang. Kami berdua turun dari mobil bersamaan. Noona lesbi itu menghampiriku—merapihkan pakaianku dan rambutku. “Jangan terlihat memalukan didepan umma-ku,” ledeknya padaku.
“Setidaknya wajahku yang tampan ini dapat menjadi nilai lebih. Ya kan?” kataku sedikit menggoda. Ia memutar bola matanya lalu melangkah menuju rumah tersebut.
“Unnie?” tanya seseorang yang membukakan pintu. Kulihat mereka saling berpelukan. Aku hanya memasang senyumku padanya.
“Siapa ini? Pacarmu?” ia menatapku lalu tersenyum. “Neomu meotjyeo. Akhirnya ada juga yang mau denganmu,” ledeknya pada noona disampingku.
“Sial kau!” ia menjitak kepala yeoja itu. Baru kali ini kulihat ia tertawa dengan penuh keikhlasan (?)
“Annyeong, oopa. Nami imnida,” sapanya sambil membungkuk.
“Key imnida,” balasku.
“Oke. Sampai kapan kau akan menyuruh kami berdiri disini, huh?” ucap Ikha.
“Hahaha~ ne, ne… masuklah…”
@@@
Nami membawaku ke halaman belakang rumah mereka. Kulihat ada seseorang sedang duduk di sebuah pondok kecil di tengah-tengah halaman tersebut. Disekeliling pondok tersebut terdapat berbagai jenis tanaman. Lalu ada kolam kecil disampingnya.
“Mom,” sapa noona lesbi itu. Ia sedikit berlari menghampiri Nyonya Cho lalu memeluknya erat.
“Pasti kau Kim Ki Bum?” tanyanya. “Kemarilah,”
Kubungkukan tubuhku 45˚ dan kuberikan senyuman termanisku padanya. Sepertinya noona lesbi itu sudah menceritakan banyak hal tentangku pada umma-nya. Buktinya? Beliau sudah tahu nama lengkapku.
Aku berjalan mendekatinya. Nyonya Cho membuka tangannya lebar-lebar seolah ingin memelukku. Dan, HAP!!
Ia berhasil memelukku erat. Akh~ aku seperti seekor tikus yang sedang dililit ular piton.
Omo~ aku tidak bisa bernafas. Tolong aku!!!
“Mom, lepaskan! Kau memeluknya terlalu erat,”
“Hehehe~ maaf. Mom terlalu senang”
Hhh~ perkataan Ikha berhasil mengeluarkanku dari jeratan umma-nya. Terima kasih, tuhan….
“Ahjumma, aku membawakan sesuatu untukmu,” kusodorkan bungkusan kecil yang sedari tadi kupegang.
“Apa ini?” tanyanya sambil membuka kotak tersebut.
“Aku membuatnya sendiri,” ucapku sambil tersenyum.
“Ah, kue!!! Oppa, kau benar-benar membuatnya sendiri?” kata Nami histeris. Aku hanya mengangguk—mengiyakan pertanyaannya.
“Whoa~ namanya apa Key? Sepertinya enak,” noona lesbi itu ikut memperhatikan kueku. Sepertinya ia sangat tertarik pada kue yang kubawa. Matanya seolah memancarkan sinar yang berkilauan.
“Marmer ganache cake,” jawabku singkat.
Nami mengambil kotak tersebut lalu menyembunyikannya dibalik punggungku. “Oppa, amankan kue ini, ppalli!!”
“Heh, dia membawa kue itu khusus untuk Mom. Bukan untukmu! Argh~ serahkan kotaknya padaku!” Cho noona mulai berteriak.
“Hei, hei, ada apa ini?” aku sungguh kebingungan melihat tingkah mereka.
“Masa kau tidak tahu sih, oppa? Unnie itu paling suka dengan cokelat. Lihat kue marmermu ini? Penuh dengan cokelat leleh. Mom, ambil!” Nami mengoper kotak tersebut ke umma-nya. Kulihat mata Cho noona juga ikut bergerak seiring perpindahan kotak tersebut.
“Mom, jaebal~ satuuuuuu saja,” ia memohon dengan wajah memelas.
Aigo~ dia terlihat sangat lucu.
Umma-nya menggeleng cepat. “a-a-a-a. Key memberikan ini untuk Mom. Jadi kau tidak boleh memakannya,” ucap umma-nya sedikit terkekeh.
Cho noona mengeembungkan pipinya. Hihihi~ sungguh, ia terlihat sangat lucu. Lebih lucu dari Taemin malah. Ia mengarahkan tatapannya padaku. Digenggamnya lenganku erat. “Key… aku mau kuenya,”
Mwo? Ia merengek padaku? Seorang Cho Ikha yang terkenal dengan kejutekannya? Merengek padaku?
Aku tertawa kecil melihat kelakuannya. Kuacak rambutnya pelan. “Nanti aku buatkan khusus untukmu,”
“Anni~ aku mau sekarang!” ia menarik sweater hitamku kencang.
“Ahjumma~ boleh kuminta satu saja untuk noona-ku ini?” kataku pada umma-nya.
“Sebentar. Noona? Kenapa oppa memanggilnya noona?” Tanya Nami.
Umma menyodorkan kotak kuenya padaku. Kuambil satu kue dengan lelehan cokelat yang paling banyak. “Aku satu tahun lebih muda darinya,” ucapku santai. “Buka mulutmu,” suruhku pada Cho noona dan ia menurut. Digigitnya kue itu memenuhi rongga mulutnya. Ia terlihat sedikit berdeham.
“Mwo? Jadi kau berpacaran dengan seorang brondong???” tanyanya sambil menunjuk hidung Cho noona. Kulihat ia hanya tersenyum kecil. Mulutnya masih penuh dengan kue-ku.
“Annio~ oppa, kenapa kau mau dengannya? Lebih baik oppa pacaran denganku saja. Aku lebih cantik dan lebih sexy darinya,” cercah Nami. Kubalas pertanyaannya dengan tawaku yang meledak-ledak. “Kau ini lucu sekali,”
Nami mengambil kue lalu menggigitnya sadis. “Aku tidak bercanda, oppa,”
“Heh, katanya kau itu hanya menyukai Taemin? Key itu pacarku. Jangan sentuh-sentuh dia atau kubunuh kau nanti,” cecar Cho noona.
“Hah? Nami? Kau suka Taemin?” tanyaku.
“Ne. dia itu kan seniorku di sekolah. Oppa mengenalnya?” tanyanya sambil melahap sisa kue ditangannya. Aku sudah membuka mulutku—bersiap untuk menjawab pertanyaan Nami—tapi Nyonya Cho mendahuluiku.
“Sepertinya ada telepon. Mom tinggal sebentar ya,” Nyonya Cho pergi meninggalkan kami yang masih mengobrol dan tertawa-tawa.
“Hei, dari tadi aku tidak melihat appa-mu?” ucapku santai. Aku sudah tahu fakta yang sebenarnya, tapi aku ingin melihat reaksi Cho. Dan, yah, benar saja. Uratnya sedikit menegang. Kulirik Nami yang sedang menatap unnie-nya was-was.
@@@
Cho Ikha’ Side
Urgh~ kenapa dia bertanya tentang lelaki tua itu?
Telingaku tiba-tiba sensitive lagi.
“Key, kapan kau akan membuatkan cake ini untukku?” aku berusaha bersikap sebiasa mungkin. Sengaja tak kujawab pertanyaannya karena aku tidak peduli. Benar-benar tidak peduli.
Kutatap wajahnya yang sedang menyunggingkan senyumnya padaku.
Deg…
Deg…
Deg…
Apa ini? Suara apa ini? Kenapa jantungku berdebar cepat? Ingat Cho Ikha! Kalian berdua sedang berpura-pura. Senyumnya itu palsu. Camkan itu!!
Kutundukan wajahku—berusaha menghindari kontak mata dengannya. Sedetik kemudian, tangan seseorang menyentuh bibirku. Reflex, kutegakkan kepalaku.
“K-k-key…. Apa yang kau lakukan?”
Argh~ lagi-lagi dia tersenyum padaku. Ya, Tuhan. Ada apa ini? Seperti ada aliran listrik yang menjalar ke seluruh tubuhku. Lalu kenapa jantungku terus berdetak cepat?
“Kau ini seperti anak kecil saja. Lihat, cokelatnya belepotan dimana-mana,” ia membersihkan cokelat leleh yang bertebaran di sekitar bibirku.
Deg…
Deg…
Deg…
Lagi-lagi suara ini mengganggu gendang telingaku. Tidak! Tidak! Tidak mungkin!!!
“Ikha,” sahutan Mom berhasil menghilangkan suara detak tersebut. Key melepaskan sentuhannya lalu menyibukkan diri dengan Blackberry-nya.
“Ne,” jawabku singkat.
“Dad…” Mom tidak melanjutkan kata-katanya. Aku tahu, Dad pasti menelpon Mom menyuruhku untuk segera pulang. Oke, aku mengerti…
@@@
Author’ Side
Key dan Ikha sudah menghabiskan waktu sekitar 15 menit di dalam mobil, tapi tak satupun dari mereka yang mengeluarkan satu patah katapun.
“Berhenti disini,” sergah Ikha. Key menghentikan mobilnya.
“Kenapa disini? Aku diperintahkan umma-mu untuk mengantarmu pulang kerumah appa-mu,”
Ikha tidak mempedulikan perkataan Key. Dibukanya pintu mobil tersebut lalu bergegas pergi dari situ.
“Kau tidak berterima kasih padaku?” tanya Key dari balik punggung Ikha.
“Aku rasa tidak perlu. Kita akhiri saja kesepakatan kita. Kau sudah menang taruhan, dan aku juga sudah memperkenalkanmu pada Mom,” katanya sambil berlalu, “Acting-mu bagus sekali hari ini. Aku acungi jempol kakiku untukmu,” tambahnya.
Key tersenyum kecut. Dipandanginya sosok yeoja tersebut hingga ia menghilang dari pandangannya. “Dasar noona berhati dingin,”
@@@
Key’ Side
Sudah beberapa hari ini aku tidak bertemu dengannya. Sengaja tak kutanyakan hal ini pada Chae noona. Kalau dia mengatakan pada noona lesbi bahwa aku mencarinya, pasti dia akan berfikir macam-macam. Tapi, aku tidak dapat memungkiri bahwa aku sebenarnya ingin bertemu dengannya.
Hari ini Eunhyuk hyung akan kembali ke Italia. Sebelum pergi, ia mengajak kami jalan-jalan. Aku merekomendasikan restoran yang dulu pernah aku kunjungi dengan Cho noona dan mereka sangat tertarik saat kuberitahu bahwa ada Bar mini didalamnya.
Aku dan Jonghyun hyung berjalan beriringan, sedangkan yang lain mengekor dibelakang kami.
“Ya! Kau masih bertahan dengan si lesbi itu?” Jjong hyung merangkul pundakku.
“Ne,” ucapku yang lebih terdengar seperti sebuah bisikan. Jjong hyung tidak tahu kalau sebenarnya kami sudah mengakhiri kesepakatan kami. Tapi tidak apa-apa. Aku tidak keberatan dengan statusku yang masih berpacaran dengannya.
Kami melangkahkan kaki menuju mini Bar tersebut.
Ternyata Bar tersebut luas juga—padahal dari luar terlihat kecil. Kami memesan sebuah meja VIP. Kulihat ada seorang yeoja mengenakan dress merah maroon didalam restoran tersebut. Rambutnya sedikit bergelombang namun tertata rapih.
Kenapa tiba-tiba aku teringat dengan Cho noona? Ya Tuhan, ada apa denganmu, Key? Sudah jelas yeoja itu bukan dia. Yeoja itu rambutnya bergelombang sedangkan Cho Ikha rambutnya lurus.
Kau sudah gila ya, Key?
@@@
Author’ Side
“Ya! Kau lihat yeoja yang mengenakan dress merah maroon itu?” Jonghyun menunjuk yeoja yang sedari tadi diperhatikan oleh Key.
“Mau lihat kemampuanku menggoda yeoja itu tidak?” tanyanya lagi. Belum sempat mendapat persetujuan dari teman-temannya, Jonghyun sudah melenggang pergi dari Bar tersebut.
Dengan langkah yang penuh percaya diri, ia mendekati yeoja tersebut. Eunhyuk, Jinki, Minho dan Key memperhatikan gerak-gerik Jonghyun dari balik kaca Bar tersebut.
Jonghyun memperhatikan yeoja tersebut dari balik punggung si yeoja dengan seksama. Dress merah maroon yang dipakainya memperlihatkan permukaan kulit punggungnya yang terlihat mulus.
Tadinya yeoja itu sedang mengobrol dengan beberapa orang. Namun seiring langkah Jonghyun yang kian mendekat, orang-orang tersebut pergi meninggalkan yeoja itu sendirian. Ya! Kesempatan yang bagus bagi Jjong.
“Ehm, bukankah tidak baik jika seorang gadis cantik sepertimu ditinggal sendirian?” rayu Jjong sambil meneguk segelas wine yang ia pegang.
Yeoja itu membalikkan tubuhnya lalu tersenyum.
“Hai, nice to meet you, Kim Jonghyun,”
“Uhuk…..” Jonghyun tersedak ketika mengetahui siapa yeoja dibalik rambut ikalnya itu.
“KAU??”
To Be Continued….