Tuesday, December 28, 2010

The Fake Boyfriend - Part VII



Main casts : Cho Ikha, Kim Key Bum
Support casts : Lee Jinki, Lee Taemin
Other support cast : Kim Jonghyun, Choi Minho, Cho Nami, Eunhyuk ‘SUJU’, Chae Rin, Jung Ah, Hyuna, etc.
Genre : Romance, Family, Tragic (?)
Type : Sequel (Part VI)
Rating : General aja deh. Eh, PG 10+ lah...



------------------------------------------
Your heart is empty and you’re so cold
You don’t care about you and i
Your heart is empty, you won’t let it go
But I’m walking out this life
Why can’t you let it go…..
Girl, because your heart is empty….
— JYJ [Empty]
----------------------------------


Author’ Side
“ARGHHHH~” Key berteriak sekencangnya. Ia melepaskan kedua tangannya lalu menutupi mulutnya.
Mengetahui bahwa Key tak lagi memeluknya, Ikha buru-buru bangun dan merapihkan rambutnya.
“KENAPA KAU MALAH MENGGIGIT BIBIRKU!!!” Key berusaha untuk duduk. Kepalanya masih terasa pening karena baru bangun tidur. Tangannya mencari-cari sesuatu diatas meja disamping sofa tersebut.
“Aku hanya memberimu kejutan kecil. Ayolah, aku harus pulang. Aku tak tahu sekarang aku ada dimana,” Ikha terkekeh melihat Key yang sedari tadi meringis sambil terus memegangi bibirnya. Key meraih Blackberry-nya lalu bercermin di layar BB-nya—memperhatikan bibirnya yang terasa perih.
“Argh~ noona, kau harus bertanggung-jawab. Lihat, bibirku berdarah,” Key menunjukkan bibir bawahnya yang sedikit mengeluarkan bercak kemerahan.
Bukannya minta maaf, Ikha malah semakin mengencangkan tawanya sambil berguling-guling di tempat tidur.
“Tuan Key, sarapan sudah siap,” ucap ahjumma dari balik pintu kamar.


Cho Ikha’ Side
Kuperhatikan dari tadi Key terus memegangi bibirnya. Ia selalu meringis setiap kali memasukkan makanan—sarapan—ke mulutnya.
“Sakit ya?” tanyaku polos.
“Sudah tahu sakit, masih saja banyak tanya,” katanya ketus tanpa mengalihkan pandangan dari piringnya. Lagi-lagi aku hanya tertawa menanggapinya.
“Kepalamu masih sakit?” tanyanya padaku.
Kuusap bagian kepalaku yang terkena lemparan gelas tadi malam. “Sedikit. Tapi sudah lebih baik,”
Kuperhatikan Key yang masih saja tidak menatapku setelah insiden gigitan tadi. “Key,”
“Hmmm,”
“Seharusnya kau tidak melihat kejadian tadi malam,” kataku sambil memainkan potato cream soup di depanku.
“Kalau aku dan Nami tidak cepat datang, bagaimana nasibmu nanti?”
Ikha mendengus pelan mendengar kalimat Key. Sengaja tak ditatapnya Key yang sekarang sedang menatap ke arahnya.
“Aku tidak keberatan ketika kau ikut campur urusanku dengan Eunhyuk. Justru aku berterima kasih padamu karena sudah membantuku. Tapi… aku tidak suka jika ada orang lain yang mengetahui masalah keluargaku,”
“Sudah kukatakan kalau aku ini tahu semua hal tentang dirimu. Jadi kau tidak pelu menutup-nutupinya dariku. Kenapa sih, kau itu selalu sensitive padaku? Aku ini sudah menolongmu beberapa kali, harusnya kau… Argh~” Key menghentikan kalimatnya lalu memegangi bibirnya.
“Gwenchanayo?” tanyaku sambil mengusap bibirnya yang agak lecet bekas gigitanku tadi.
“Sakit tahu. Kau menggigitku sekuat tenaga sih. Jadinya ya begini,” katanya sambil memberiku tatapan juteknya.
Haha~ ceritanya dia marah padaku ya? Kenapa dia terlihat tampan ketika sedang marah? Hhh~ kurasa aku sudah mulai gila…
“Ahjumma, bisa tolong ambilkan air hangat, kapas, dan krim—untuk kulit yang luka??” pintaku pada ahjumma yang tidak sengaja lewat didepanku. Ia terlihat mengangguk sekali lalu pergi mengambil benda-benda yang kuminta.
“Ayo, ikut aku,” kutarik lengan Key —yang masih memegangi bibirnya—pelan.
“Kemana?”
“Tuh,” kutunjuk sofa yang ada di ruang tamu menggunakan daguku.
Awalnya Key tidak mau, tapi karena aku terus menarik lengannya, akhirnya dia mau juga.
Ahjumma meletakkan benda-benda tersebut diatas meja. Key  menyandarkan kepalanya di atas sofa, sementara aku memulai kegiatanku—mengobati luka di bibir Key.
Hih? Ini memang sudah takdir atau hanya perasaanku saja? Kalau kuperhatikan dengan teliti, bibirnya seksi juga ya?
“Noona, kau itu berniat mengobati lukaku atau tidak?” perkataan Key membuatku sedikit tertegun.
“Hah?” kukerjapkan mataku sekali. Kulihat Key menyipitkan matanya.
“Kenapa malah diam saja? Nih, obati, obati,” katanya sambil menunjuk-nunjuk bibirnya sendiri.
“Ne, cerewet sekali kalu ini,” ujarku lalu mulai mengobatinya.
“KIM KI BUM!!!” kudengar seseorang berteriak dari arah pintu.


Author’ Side
“KIM KI BUM!!!” Jonghyun menendang  kasar pintu rumah Key yang memang dari tadi sudah terbuka. Minho, Jinki dan Taemin muncul dari balik punggung Jonghyun.
“Cho Ikha?” tanya Jonghyun menghentikan langkahnya.
“Noona?” Minho juga tidak kalah bingung melihat Ikha yang sedang mengobati luka di bibir Key.
“Kau?” hanya kata itu yang keluar dari mulut Jinki.
Bagaimana dengan Taemin?
“HUAAAAAAAAAA NOONAAAAAAA,” ia berteriak sekencang-kencangnya lalu berlari ke arah Cho Ikha dan memeluknya erat. “Bogoshippeoyeo~~”
Ikha kaget melihat tingkah Taemin yang tiba-tiba memeluknya. Ia berusaha melepas pelukan Taemin yang sedari tadi tak henti-hentinya menguncang-guncang tubuh Ikha. “Taemin, lepaskan. Aku, tidak bisa, bernafas,” ucap Ikha sedikit tersendat-sendat.
Taemin melepas pelukannya lalu tersenyum pada yeoja itu. “Sudah lama aku tidak bertemu noona. Tapi…” ia mengerutkan alisnya lalu menatap Key dan Ikha bergantian. “…kenapa noona ada disini?” tanya Taemin penuh kepolosan (?)
“Aku…”
“Dia menginap di rumahku,” sela Key. Sejurus kemudian, Ikha menatapnya sinis.
“Oh, jadi tadi malam kau meninggalkan kami di Bar karena…” Jonghyun menunjuk Ikha yang kini sedang menyelesaikan tugasnya—mengobati luka Key.
“Apa jangan-jangan tadi malam kalian…” Minho ikut-ikutan Jonghyun menunjuk Ikha.
“Apa? Apa? Memang tadi malam kalian pergi kemana? Kenapa tidak mengajakku?” cecar Taemin penuh emosi.
Key dan Ikha sama-sama tidak menjawab pertanyaan mereka. Key  terdiam karena bibirnya sedang diobati. Sedangkan Ikha? Yah, seperti biasa. Tidak menjawab pertanyaan yang tidak begitu penting baginya.
“Bibirmu kenapa, Key?” tanya Jinki sambil meletakkan empat botol Coca-cola yan barusan diambilnya dari kulkas.
“Dia menggigitku,” ungkapnya sambil melirik ke arah Ikha.
Seketika itu juga mata Ikha melotot, mulutnya komat-kamit seolah mengatakan sesuatu yang kasar pada Key. Keempat namja itu kini menatap Ikha tanpa berkedip. Menyadari hal itu, Ikha langsung bertindak.
“Anni~ sebenarnya kejadiannya..”
“Noona kejam. Noona tega. Noona hanya boleh menciumku, bukan namja ini,” sela Taemin sambil menunjuk Key.
“Aku selalu menciumnya setiap hari,” ledek Key pada Taemin.
“Anni~ bukan seperti itu,” ucap Ikha membela dirinya sendiri.
“Hahahha~ dongsaeng-ku ini sudah mulai nakal rupanya?” Jinki mendekati Ikha lalu mengelus-elus kepalanya.
“Akh~” Ikha sedikit mengerang. Kepalanya yang masih benjol itu tak sengaja ditekan Jinki. Reflex, Jinkipun menjauhkan tangannya dari kepala Ikha.
“Masih sakit?” Tanya Key lembut. Ikha mengangguk pelan sambil mengusap-usap kepalanya.
“Ada apa lagi dengan kepala noona-ku?” serang Taemin penuh semangat.
“Itu…” Key menghentikan kata-katanya karena Ikha memberinya sinyal—menggelengkan kepalanya pelan—untuk tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya pada Taemin.
“Itu apa hyung?” Tanya Minho tak mau kalah.
“Itu… ngggg~ tadi karena noona menggigitku, otomatis tanganku mendorong tubuhnya. Lalu, tubuhnya  jatuh dari atas tempat tidurku dan kepalanya membentur lantai,” terang Key panjang-lebar.
“MWO???” Minho, Jinki, Jonghyun dan Taemin serempak mengucapkan satu kata tersebut.
“Menggigit bibirmu?”
“Diatas tempat tidur?”
“Berdua?”
“Malam-malam?”
Tanya mereka satu per satu. Ikha semakin menggelengkan kepalanya kencang.
“Anni~ bukan seperti itu kejadiannya,” ucapnya penuh penekanan. Namun keempat namja itu malah menatap Ikha—seolah menggodanya.
“YA! KENAPA KALIAN SEMUA MENATAPKU SEPERTI ITU? AKU TIDAK SERENDAH ITU!!” teriaknya kencang. “Key, kau jangan mengarang cerita. Beritahu mereka apa yang terjadi sebenarnya,”
“Mmm, kau yakin?” Tanya Key sambil sambil meliriknya—merayunya.
“Ergh, lupakan!!” jawab Ikha sambil memalingkan wajahnya.
“Hei, suara cellphone siapa itu?” sela Minho. Terdengar lagu Your Name – nya SHINee terdengar dari arah kamar Key.
“Sepertinya itu cellphone-ku,” ucap Ikha sambil bergegas menuju arah suara tersebut.
Ia meraih ponselnya dan… “Nuguseyo?” tanyanya pada si penelpon.

***

Cho Ikha’ Side
Aku tidak akan pernah memaafkan Dad. Sebenarnya apa maunya dia?
Barusan Nami menelponku. Katanya Dad dating ke rumah dan membentak Mom—gara-gara kejadian tadi malam. Mom—yang sejak kecil menderita penyakit jantung—seketikan itu juga langsung shock. Sekarang Nami dalam perjalanan menuju Rumah Sakit.
“Kau mau pergi kemana?” kurasakan tangan Key menggenggam tanganku.
“Pulang,” jawabku singkat. Tanpa memandangnya. Tanpa memandang teman-temannya. Tanpa menghiraukannya. Yang aku butuhkan saat ini adalah taxi—yang dapat mengantarku ke rumah secepat mungkin.
“Kau marah padaku? Baiklah, aku akan mengantarmu pulang. Tapi kau belum selesai mengobati lukaku,” Key terus membuntutiku dari belakang.
Kulambaikan tanganku agar taxi yang tidak jauh dari tempatku berdiri berhenti. Kulepas kemeja yang sedari tadi kupakai lalu kuserahkan padanya. Setidaknya aku masih mengenakan tank-top hitam ini, jadi aku tidak perlu bertelanjang dada.
“Oke, ini sudah berlebihan. Aku minta maaf kalau aku sudah membuatmu marah. Tapi kau tidak perlu melepas kemeja ini,” ucap Key di belakangku.
Kubalikkan tubuhku agar aku dapat menatap kedua matanya. Kudekatkan wajahku ke wajahnya lalu kukecup lembut luka di bibirnya—yang telah kubuat.
“Gomawo,” kataku sedikit berbisik di telinganya. Aku segera masuk ke dalam taxi, meninggalkan si kunci karatan itu sendirian di pinggir jalan rumahnya.


Key’ Side
Dia menciumku? Lagi?
Hhhh~ otteokhae? Ya, tuhan, kepana mulutku seperti terkunci rapat? Tidak ada satu patah katapun yang keluar dari mulutku.
Setelah menciumku, ia malah pergi tanpa sedikitpun penjelasan.
Ada apa lagi dengannya? Hhh~ lebih baik aku masuk kedalam. Teman-temanku pasti sedang heboh membicarakan Cho noona.
“Key hyung, noona pergi kemana? Kenapa buru-buru sekali?” pertanyaan Taemin menghentikan langkahku. Aku hanya menggerakkan bahuku pelan.
“Tadi kulihat dia langsung pergi setelah menerima telepon,”
“Telepon?” kukerutkan alisku setelah mendengar perkataan Onew hyung.
Sebentar, setelah menerima telepon, dia langsung pergi…
Nami. Yah, pasti itu Nami. Kemarin dia bilang kalau umma-nya sedang sakit. Mungkin terjadi sesuatu pada umma-nya.
Segera saja kuambil BB-ku lalu ku cari nama Cho Nami di phonebook-ku. Kutekan tombol hijau dan…. Tersambung!!
“Annyeong,”
“Nami, apa tadi kau menelpon noona?”
“Mwo?”
“Ke rumah Dad-nya?”
“Ne. Gomawo, Nami-ah,”
Kututup pembicaraan singkatku dengan Nami. Tadi Nami bilang kalau noona terdengar sangat marah. Kalau noona pergi ke rumah appa-nya, berarti….
Ah, gawat!!
Kuambil kunci mobilku didalam kamar lalu bergegas menyusul noona-ku. Jonghyun hyung, Minho, Jinki hyung dan Taemin menyerangku dengan beberapa pertanyaan. Namun kuacuhkan mereka.
Yang ada di fikiranku saat ini hanya Cho Ikha.
Ya, Cho Ikha…

***
Cho Ikha’ Side
Kubuka pintu rumah Dad kasar. Kuedarkan pandanganku ke seluruh ruangan di dalam rumah ini.
“DAD, DIMANA KAU?”
Kuperiksa setiap ruangan di rumah ini. Tapi tak ada tanda-tanda kehidupan disini. Akhirnya, kuputuskan untuk pergi ke rumas sakit menemui Mom.
Baru saja kulangkahkan kakiku menuju pintu depan, Dad muncul di hadapanku. Aku bisa mencium bau alcohol dari tubuhnya.
“YA!! APA YANG TELAH KAU LAKUKAN PADA MOM, HUH??” teriakku sambil meremas kerah bajunya.
“”SINGKIRKAN TANGANMU DARIKU!!” Dad menepis tanganku sekuat tenaga. Melihat perlakuannya tersebut, emosiku semakin tak terkendali. Kutarik tangannya agar ia bisa menatapku.
“KAU… BELUM PUASKAH KAU MENYAKITI MOM? AKU BERSYUKUR KARENA TUHAN TELAH MENJAUHKAN MOM DARI ORANG SEPERTIMU. TAPI APA? KAU MASIH SAJA MENGGANGGU KEHIDUPAN MOM!!!”
“ARGH~” lagi-lagi ia menepis tanganku. Ia berjalan menuju meja makan sambil sempoyongan.
“DAD, AKU SEDANG BICARA PADAMU,” kuputar tubuhnya yang terlihat gontai itu sehingga kami saling berhadapan. “APA YANG MEMBUATMU MEMBENCI MOM? DULU KAU TIDAK BEGINI, DAD. SEKARANG KAU BERUBAH. KAU SEPERTI MONSTER!!” ucapku kencang tepat didepan wajahnya.
Kulihat raut mukanya mulai berubah. Ia mengerang lalu mendorong tubuhku kasar. Dorongannya terlalu kuat sampai-sampai tubuhku tersungkur ke lantai. Namun, sebelum jatuh ke lantai, tubuhku sempat membentur kursi meja makan dan perut bagian kananku mengenai sudut meja yang lancit—yang terbuat dari kayu.
Urgh~ rasanya seperti ada yang memukul perutku. Sakit sekali~
Kupegangi perut yang terkena meja tersebut dan mencoba untuk berdiri. Tapi tidak bisa, rasa ngilu menyebar di beberapa persendianku.
Kulihat Dad berjalan perlahan mendekatiku. Aku hanya bisa menatapnya dari sela-sela rambutku yang tergerai.
“DASAR KAU ANAK TAK BERGUNA!!!”
Dad mengambil vas bunga diatas meja ruang tamu. Sepertinya ia berniat untuk melemparkan benda itu padaku.
Tapi…
BUKKKK….
Dad jatuh tersungkur.
Key… Dia….
Kenapa dia datang kemari??
“Hentikan, Tuan Cho. Kau seharusnya tidak berbuat seperti ini,” ucapnya sambil berbalik ke arahku.
“Noona, kau tidak apa-apa?” Key berjongkok disampingku yang setengah terbaring di lantai.
“Cepat, kita pergi dari sini. Aku rasa appa-mu ini sudah gila,” Key mencoba membangunkanku, tapi rasa sakit di perutku membuatku kesulitan untuk berdiri.
Dari balik punggung Key, aku dapat melihat Dad-ku yang berusaha berdiri dengan susah payah. Ia mengayunkan vas keramik itu kearah Key.
Tunggu, apa yang akan dia lakukan??
Ia semakin mendekat kearah kami berdua. Sepertinya Key tidak menyadarinya, ia masih sibuk membantuku untuk berdiri.
Dad..
Oh, tidak..
“KEY!!!!!”


To Be Continued….

No comments: