Tuesday, December 21, 2010

The Fake Boyfriend - Part II


THE FAKE BOYFRIEND

Main casts : Cho Ikha, Kim Key Bum
Support casts : Lee Jinki, Lee Taemin
Other support cast : Kim Jonghyun, Choi Minho, Cho Nami, Eunhyuk ‘SUJU’, Chae Rin, Jung Ah, Hyuna, etc.
Genre : Romance, Family, Tragic (?)
Type : Sequel (Part II)
Rating : G (Gak tau)

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Akh!! Aku benci dia! Dia kira aku ini apa? Seenaknya saja memperlakukanku seperti itu. AKU BUKAN BARANG TARUHAN!
Hhhhhhh~
Hhhhhhh~
SHIT! KAU! JANGAN HARAP KAU BISA MENGERJAIKU!
DEMI TAHI LALATKU, AKU BERSUMPAH AKAN MEMBALAS SEMUA PERBUATANMU!!
—Cho Ikha
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“GUNTING, BATU, KERTAS!”

“AH, ANDWAE~”
Jinki dan Taemin tertawa terbahak-bahak—puas sekali. “Sudahlah, hyung. Terima saja kalau kau itu kalah,” ucap Key sambil menepuk-nepuk pundak Jjong.
“Aisshh~ kita hom-pim-pah ulang!” rungut Jjong.
“A-a-a. keputusan tidak bisa diganggu-gugat,” sela Jinki sambil menggerakkan telunjuknya ke kiri dan ke kanan. Jonghyun menghempaskan tubuhnya ke sofa.
“Oke. Sekarang kita buat peraturan. Hyung, kau punya waktu tiga hari untuk mendekati noona lesbi itu,” terang Key.
“Ya! Kau ini… lihat-lihat dulu target sasaran kita. Dia itu Cho Ikha! Tiga hari mana cukup? Aku mau dua minggu!” pinta Jjong.
“Satu minggu. Kau bilang kalau kita ini F4 yang bisa dengan mudah mendapatkan yeoja. Ya, kan? Jadi hanya satu minggu,” tekan Jinki.
“Ara, ara… satu minggu. Puas? Awas saja kalau aku menang. Aku akan ambil gitarmu itu, hyung. Dan kau! Akan kurampas Ferari Enzo-mu itu!” Jjong menunjuk-nunjuk hidung Jinki dan Key.
“Enzo-ku? Hahaha~ jangan harap!” ledek Key.
“Oke! Lihat saja, aku pasti bisa mendapatkannya!”
***
Cho Ikha’ Side
Kulihat Nami melambaikan tangannya dari kejauhan. Kulepas hands-free dari telingaku.
“Kau itu lama sekali? Aku masih ada kelas di kampusku. Cepat naik,”
Kubuka pintu White-Audi disampingku. Nami hanya mencibir mendengar omelanku tadi. “Well, well, well. Kau dibolehkan memakai mobil ini oleh Dad?” Nami menutup pintu mobil pelan.
“Aku pakai tanpa seizin dia,” jawabku sekenanya.
“Wah, sejak kapan kau mulai berani seperti ini, eonn?”
Aku tidak menggubris kata-katanya. Langsung kunyalakan mesin dan bersiap untuk tancap gas.
“Eon, wait a minute. Itu kan sunbae-ku? Sedang apa dia disitu?” Nami menunjuk seseorang yang sedang duduk di halte sekolah. Wajahnya terlihat cemas. Sesekali ia perhatikan jam tangannya.
Mmmm~ sepertinya aku kenal wajah itu
“Ya! Nami. Kau kenal dia?”
“Tentu saja. Dia itu sunbae yang sering aku ceritakan padamu, eon. Ya Tuhan~ kenapa kau menciptakan makhluk seperti dia?”
Kulihat Nami tersenyum menatap bocah itu. Aku hanya mendengus pelan melihat tingkah konyolnya. “Jadi dia yang selama ini kau sukai? Siapa namanya?” tanyaku sambil mematikan mesin mobil.
“Taemin Sunbae, eon. Kenapa memangnya?”
Kubuka pintu mobil lalu beranjak keluar. “Kau berhutang budi padaku,”

Taemin’ Side
Aisshh~ Onew Hyung pasti lupa menjemputku (lagi). Sialnya, aku lupa tidak membawa cellphone-ku. Jadi mau tak mau aku harus menunggunya disini seperti anak terlantar. Ia janji akan menjemputku, makanya aku bertahan menunggunya hingga detik ini.
“Hei, kau,” suara seseorang dari balik punggungku berhasil membuatku sedikit terkejut. Aisssh~ disini sangat sepi. Kira-kira orang ini sedang bicara dengan siapa ya?
“Ya! Aku bicara padamu, bocah!” Lagi-lagi suara itu terdengar lagi. Dari suaranya, aku bisa tahu kalau dia adalah seorang yeoja. Tapi, tunggu! Aku menonton berita di televisi kalau akhir-akhir ini banyak sekali terjadi penculikan anak. Ya Tuhan~ semoga saja dia bukan penculik…
Oh, iya. Aku juga membaca surat kabar kalau akhir-akhir ini banyak pekerja seks yang mengincar anak-anak muda. Haduh, apa jangan-jangan dia itu…
Ya Tuhan~ aku takut. Ngggg~ berbalik atau tidak, ya? Ah~ tapi aku penasaran.
Lihat…
Tidak…
Lihat…
Tidak…
“LEE TAEMIN!!” yeoja itu berteriak memanggil namaku. Spontan aku langsung membalikkan tubuhku dan memandangnya.
Ternyata yang memanggilku seorang noona yang… yah, sangat cantik. Rambutnya tergerai dan ia mengenakan kacamata hitam. Ia juga memakai kaus lengan pendek bertuliskan ‘BALI’, jeans ketat dengan motif bunga di pinggiran pahanya serta high-heels yang serupa dengan warna kalungnya.
“Apa yang kau lakukan disini? Sendirian pula,” ucapnya dengan nada yang sedikit ketus.
Kukerutkan alisku mecoba untuk mengenali wajahnya. Tapi… aku tidak mengenalnya. “Nggg~ noona siapa ya?”
Noona yang berdiri dihadapanku melepas kacamatanya. “Baru kemarin kau mengganguku—menyuruhku mengantarmu ke lapangan basket untuk menemui hyungmu—dan kau sudah lupa?”
Kuperhatikan raut wajahnya lebih seksama. Tunggu, aku ingat.
“Ah, Cho noona?” ucapku tak begitu yakin. Kusunggingkan senyumku padanya namun ia tidak mengeluarkan ekspresi sedikitpun. Wajahnya sangat datar(?)
“Maaf, noona. Habis noona terlihat berbeda sekali hari ini. Terlihat sangat cantik,”

Cho Ikha’ Side
Lagi-lagi bocah ini tersenyum padaku. Cih~ persis sekali dengan hyung-nya yang suka mengumbar senyum. Dia kira aku akan tersenyum padanya? Huh, kalau bukan karena ingin menyenangkan Nami, aku juga tidak ingin mendekati bocah ini.
“Menunggu Jinki, huh?”
Bocah dihadapanku mengerutkan bibirnya. “Aku tidak tahu, noona. Onew hyung…”
Aku mendengus. “Hyung-mu itu sedang sibuk mengurusi fans-nya di kampus. Ikut aku. Kuantar kau pulang,” Kukenakan kacamata hitamku dan mulai melangkah ke arah mobilku.
“Tapi, noona…”
“Kau tak mau ikut? It’s okay. Tunggu saja hyung-mu itu sampai pantatmu tak berbentuk lagi,”
Setelah kuucapkan kata-kata itu, kudengar langkah kaki mengikutiku dari belakang. Nami terlihat kebingungan—tapi aku tidak peduli. Kugerakkan tanganku menyuruhnya untuk pindah tempat.
Author’ Side
Didalam mobil
“Dimana rumahmu?” tanya Ikha. Pandangannya masih tertuju pada jalanan didepannya.
“Nggg~ setelah lampu merah berikutnya kita belok kanan. Rumahku tidak jauh dari situ,” ucap Taemin tanpa melepas sedikitpun tatapan matanya dari yeoja yang duduk tenang disampingnya.
“Ya! Kau! Berhenti menatapku seperti itu! Aku tidak suka!” kata Ikha dengan nada sedikit membentak. Taemin hanya tersenyum simpul. “Noona, kamsahamnida sudah mau mengantarku pulang,” ucapnya lembut. Ikha tidak merespon kata-kata Taemin—ia terlalu malas berbicara dengan bocah SMA.
Ikha menatap Nami dari cermin kecil didepan mobil—ternyata dia sedang tersenyum tak karuan menatap Sunbae-nya dari belakang. “Kau kenal adikku?” tanya Ikha pelan.
Taemin menoleh ke belakang mobil. Menyadari bahwa Sunbae-nya menatapnya, Nami semakin salah tingkah. “Annyeong~ Taemin imnida. Namamu?” tanya Taemin sambil melontarkan senyum terindahnya. Nami menatap Taemin bingung—apakah ini benar-benar nyata atau hanya sekedar mimpi di sore hari.
“Nami, dia tanya siapa namamu!” bentak Ikha.
“Oh, eh… Nggg~ Nami. Cho Nami, sunbae,” ucapnya terbata-bata.
“Maaf, dia memang sedikit tidak waras,” ungkap Ikha. Nami dengan sigap menjitak kepala unnie-nya. “Awwww~” ringis Ikha—mengusap-usap kepalanya.
“Sembarangan ngatain aku gila. Aku ini masih waras, tahu?”
“Ya! Kau cari gara-gara denganku, huh?”
“Kau yang cari mati! Menyetir saja yang benar! Jangan sampai kita menabrak pohon,”
Taemin sedikit terkekeh melihat tingkah Cho Bersaudara. “Apa kalian sering bertengkar seperti ini?” sergah Taemin.
“DIAM KAU!!” ucap Ikha dan Nami bersamaan. Bukannya diam, Taemin malah semakin mengencangkan tawanya.
***
“Itu rumahku, noona,” Taemin mengarahkan telunjuknya ke salah satu rumah dengan pagar kayu didepannya.
Baru saja Ikha menghentikan mobilnya, sebuah BMW hitam berhenti tepat di belakang mereka.
“Onew hyung!” Taemin mendekati Onew yang baru turun dari BMW-nya. “Kau lupa menjemputku lagi! Dasar pabo!”
“Ya! Aku ada kelas jadi tidak bisa menjemputmu,” belanya. Onew memperhatikan kedua yeoja dibalik punggung Taemin. “Siapa mereka?”
Taemin menarik tangan Onew kasar menyuruhnya untuk mendekati kedua yeoja itu. “Noona, hyung-ku ingin berterima-kasih padamu karena telah mengantarku pulang. Iya, kan, hyung?” Taemin mengedip-ngedipkan matanya pada Onew.
“Oh, Ne. kamsahamnida,” Onew membungkukkan badannya 45˚. Yeoja dihadapannya hanya diam saja. Ia malah membuka pintu mobil dan bergegas masuk. “Nami, cepat masuk. Aku harus segera ke kampus,” ucap Ikha datar.
“Cho noona, kapan-kapan datanglah ke rumahku. Ajak Nami juga ya?” ujar Taemin dari samping jendela mobil Ikha.
“Tentu, Sunbae. Aku pasti akan dating,” jawab Nami sambil melambaikan tangannya dan bergegas masuk ke dalam mobil. Ikha menyalakan mobilnya dan melesat pergi.
“Heh, Taem. Tadi kau bilang dia itu siapa? Cho noona?”
“Iya, hyung. Cho noona. Cantik kan?” jawabnya sambil melangkah masuk kedalam rumah.
Onew menahan tangan Taemin. “Tunggu. Maksudmu ‘Cho Noona’ itu ‘Cho Ikha’ kan?”
“Ya, iya lah, hyung. Lalu siapa lagi?”
***
Keesokan harinya
“Whoaa~ ini semua kau yang buat, Kha?” Hyuna membuka lunch-box berukuran besar di tangannya. Ikha hanya mengangguk.
“Sering-sering ya bawa bekal makan siang untuk kami,”ucap Chae Rin sambil nyengir.
“Kebetulan saja appa-ku tidak ada di rumah, makanya aku bisa membuatkan semua ini untuk kalian. Dengar ya, aku sudah membuatnya dengan susah payah. Jadi habiskan semua makanan ini, arasseo?” ikha memasang hands-free nya. Chae Rin dan Hyuna sibuk memakan menu makan siang yang dibawa Ikha. “Bisakah kita pindah ke tempat lain? Aku tidak suka lama-lama disini,” Ikha memasukan beberapa barangnya yang berserakan di bangku.
“Heh, ini tempat yang paling nyaman di antara semua tempat di kampus ini, tahu?” terang Jung Ah sambil memasukkan udang goreng kedalam mulutnya.
“Lalalala~ bilang saja kalian suka tempat ini karena kalian bisa dengan leluasa memandangi bocah-bocah ingusan itu,”
“Ya! Mereka itu tidak ingusan tau! Kau masih beruntung bisa sekelas dengan Jonghyun. Sedangkan kami? Cuma bisa gigit jari memandangi mereka dari kejauhan,” celoteh Jung Ah lagi. Keempat yeoja itu terus saja berdebat hingga sesuatu mengagetkan mereka.
BRAK~
Sebuah bola basket melayang ke arah mereka dan mengenai lunch-box yang Ikha bawa. Semua makanan yang ada di dalamnya berserakan dimana-mana.
“Mianhae, aku tidak sengaja,” ucap namja yang melemparkan bola tersebut. Chae Rin, Jung Ah dan Hyuna melongo.
Ikha memandangi wajah si namja dingin. “Kau?”
Namja itu tersenyum memamerkan giginya yang rapi.
“Kenapa kau malah tersenyum? Kau kira senyummu itu manis? Lihat apa yang telah kau perbuat? Aku sudah susah payah memmbuat makanan ini dan kau menumpahkannya. Dasar pembawa sial!” celoteh Ikha tiada henti. Ekspresi wajah Jjong seketika itu juga berubah—alisnya mengerut.
“Aku tidak sengaja, sungguh,” ucap Jonghyun sambil mengeluarkan puppy-eyes nya.
“Noona!!” seseorang berteriak dari arah yang berbeda. Ikha menoleh kearah suara tersebut. “Taemin?”
“Ya! Sedang apa kau disini?” Tanya Jjong pada Taemin.
“Ih, suka-suka aku dong. Cho noona, ayo kita makan siang. Aku sudah membuatkan makan siang untukmu. Ini sebagai tanda terima-kasihku karena noona sudah mengantarku pulang kemarin. Lihat!” ia menunjukan tas kecil berwarna pink yang dibawanya.
Chae Rin mendekati Ikha. “Heh, siapa dia?”
Ikha mengambil tas tanganna. “Cuma bocah kecil yang aku temukan di jalan. Aku pergi,”
“Cho, kau mau pergi kemana?” Jjong menarik tangan Ikha. Chae rin, Jung Ah dan Hyuna tersentak kaget. Mereka mencubit pipi masing-masing—berteriak didalam hati ‘kenapa bukan aku yang disentuh oleh Jjong?’.
Ikha menepis tangan Jjong kasar. “Taemin, ayo kita pergi. Kkajja~”
Taemin mengikuti ikha dari belakang. Ia memeletkan lidahnya kepada Jonghyun dan memberinya tarian ‘pantat kuda’
***
“Apa yang kau lakukan disini?” Ikha meletakan tas tangan disampingnya. Tanpa disuruh duduk, Taemin sudah mengambil posisi disamping Ikha. “Pergilah, kau hanya membuat mood-ku semakin buruk,” Ikha membuka laptop dan mulai menyalakannya.
“Aku tidak mau,” ucap Taemin sedikit manja. Ikha menghembuskan nafasnya berat. “Terserah kau saja,”
Taemin tersenyum dan bertepuk tangan untuk dirinya sendiri. “Noona, kenapa noona berpakaian seperti ini ke kampus? Aku lebih suka style-mu yang kemarin,”
“Aku tidak suka jadi pusat perhatian orang,” jawab Ikha pendek.
“Nggg~ noona,”
“Hmmm~”
“Seharusnya aku tidak boleh mengatakan ini tapi karena noona sudah baik padaku, jadi aku harus membalas kebaikan noona,”
Ikha menatap Taemin sekilas. “Bisakah kau bertanya langsung pada intinya saja? Aku tidak suka jika ada orang yang bicara berbelit-belit,”
“Nggg~ baiklah. Kau tahu hyung ku dan teman-temannya, kan, noona?”
“Ya, ya, ya… kenapa memangnya?”
“Tapi noona  janji dulu tidak akan bilang siapa-siapa,”
Ikha menatap Taemin dingin. Si namja itu mengangkat tangannya ke atas seperti seorang perampok yang baru tertangkap polisi. “Ne, ne… aku menyerah,” katanya memelas. “Hyungku dan teman-temannya sedang bertaruh. Taruhannya itu kau, noona,”
Ikha tak berekspresi sedkitpun. Pandangannya masih tertuju pada layar laptopnya. “Maksudmu?”
“Mereka bertaruh, siapa yang bias memacari noona, dia akan mendapatkan semua yang dia mau,” terang Taemin santai.
“Oh, begitu…”

Cho Ikha’ Side
Oh, jadi mereka sedang bermain-bermain denganku? Hah! Awas saja. Kita lihat siapa yang akan menang. Mereka fikir mereka itu siapa? Aku tidak akan terpesona atau tertarik pada mereka. Cih~ menjijikan!
BRUK~
Seseorang menabrak pundakku. Urgh~ sebenarnya yang menabrakku itu manusia atau robot sih? Pundakku terasa linu…
“Mianhae, kau tidak apa-apa?”
Kudongakkan kepalaku—memastikan siapa makhluk yang telah membuat sendi di pundakku ngilu. Ah, Kim Jonghyun!
Kebetulan sekali. Kau sedang mencoba menarik perhatianku ya? Jangan harap!!

Author’ Side
BUAHAHAHAHA~
Gelak tawa menggelegar di seluruh ruangan. Minho sampai mengeluarkan airmata saking lucunya.
“YA! BERHENTI MENERTAWAKANKU!” amarah Jjong mulai meledak. Jinki memegangi perutnya. “Habisnya, strategimu itu payah sekali. Sudah tahu ikha itu bukan yeoja biasa, dia tidak akan mempan dengan jurus-jurus andalanmu itu,”
Key juga ikut-ikutan tertawa. “Aku paling suka scene ketika hyung dikejar orang gila,”
“Iya, betul. Kau memberinya sebuket bunga, tapi dia malah memberikannya pada orang gila yang lewat di depan kampus. Lalu, dia bilang pada orang gila tersebut kalau kau sangat mencintainya. Hasilnya? Kau dikejar-kejar orang gila itu selama tiga hari berturut-turut,” tambah Minho.
“Anni~ Anni~ aku lebih suka bagian dimana Jjong harus membayar satu juta won hanya karena ingin mentraktir Ikha makan,” sela Jinki.
“Yang mana, hyung?” Tanya Key. “Yang kemarin itu loh. Jong ingin minta maaf karena sudah menumpahkan lunch-box nya Cho. Tapi Cho malah berteriak ke semua orang kalau Jjong akan mentraktir mereka di kantin kampus. Jadilah seperti itu,”
Jjong menutup wajahnya menahan malu. “Akh! Hentikan!”
“Hei, Key. Besok giliranmu. Ingat, Cuma satu minggu,” Minho mengingatkan.
“Tenang saja. Aku akan belajar dari pengalaman hyungku tercinta ini,” katanya sambil menepuk pundak jjong.
“Menjauh dariku! Aku sedang kesal! Rrrrrrrgghhh~ CHO IKHA! AWAS KAU!” Jjong menggigiti bantal sofa hingga terbelah menjadi dua.

Cho ikha’ Side
Hahahaha~ aku sangat puas bias mengerjai si genit Jonghyun. Kira-kira minggu ini giliran siapa ya?
Hhhh~ aku harus berterima kasih pada Taemin. Ternyata bocah itu bias diandalkan juga.

Nareul boolleojweo my name,,,
Oneuli baro your day…

Cellphone-ku berderring. Kulihat tulisan di layar cellphone : MOM CALLING…
Kutekan tombol hijau di keypad-nya. “Yeah, Mom,”

Key’ Side
Hhhhh~ hari ini aku harus mulai menyusun strategi untuk mendekati noona lesbi itu. Tapi apa? Jonghyun hyung sudah meluncurkan semua cara tapi tidak berhasil. Ternyata taruhan ini lebih sulit dari tugas yang diberikan Park Seonsangnim.
Kutekan tombol lift di depanku. Tapi tombolnya tidak menyala.
“Lift-nya sedang diperbaiki. Kau pakai tangga darurat saja untuk sementara waktu,” ucap penjaga kampus yang lewat disampingku.
Hah? Kampus apa ini? Masa lift bias mati? Untung aku mau turun. Coba kalau aku harus naik ke lantai lima? Omona~ kakiku bias roontok!
Akhirnya kuputuskan untuk memakai tangga ini—karena hanya ini jalan satu-satunya untuk turun.
Hhhh~ disini sangat sepi. Mmmm~ lain kali aku akan ajak Nicole kencan disini saja ah, hahaha~
“Tapi Mom, jangan memaksaku seperti itu!”
Kudengar seseorang berbicara—sepertinya di tangga berikutnya. Kulangkahkan kakiku menelusuri setiap anak tangga untuk mencari sumber suara tersebut. Well, benar dugaanku. Ada seseorang di tangga ini.
Tunggu! Cho Ikha? Sedang apa dia disini?

Cho Ikha’ Side
“Mom, aku sudah bilang berhenti memaksaku seperti ini,” kataku sedikit berteriak.
“Mom tidak memaksamu, nak. Mom hanya ingin melihatmu bergembira seperti dulu,”
“oh, jadi selama ini Mom fikir aku tidak bahagia? Come on, Mom. Aku sudah cukup bahagia memilikimu dan Nami,”
“Mom risih mendengar tetangga yang bilang kalau kau ini yeoja yang tidak laku,”
“Hah, jadi sekarang mom lebih peduli dengan omongan orang?”
“Kau sudah berani melawan Mom rupanya? Kalau begitu, lebih baik kau tidak perlu datang menjenguk Mom lagi,”
“Mom, jangan karena hal sepele seperti ini aku tidak boleh datang ke rumahmu. Kekanak-kanakan!”
“Terserah. Mom capek bicara denganmu!”
“Mom, tunggu! Jangan tutup dulu telponnya,”
“Untuk apa? Toh, kamu juga tidak mendengar kata-kata Mom?”
Aku menghela nafas beberapa kali. Urgh~ kalau bukan Mom-ku, sudah kurobek mulut orang ini!
“Fine! Mom menang. Aku akan cari pacar. Puas?”
Aku menunggu jawaban dari Mom-ku. Tapi suara di cellphone terdengar sangat hening.
“Mom?”
“Ehm, Mom tunggu kabar darimu. Semoga harimu menyenangkan, nak,”
Tut…
Mom mematikan teleponnya.
Aku duduk di salah satu anak tangga. Kupijat keningku untuk menghilangkan pusing yang tiba-tiba datang menyerang otakku.
“Aku bisa membantumu,” kata seseorang dari balik punggungku.

To Be Continued….

2 comments:

Biip said...

.....
never change y teh..hha

Zuleykha Lee said...

sebentar, ini sapa yah??
*brb ilang ingatan...