Wednesday, December 22, 2010

The Fake Boyfriend - Part III

THE FAKE BOYFRIEND

Main casts : Cho Ikha, Kim Key Bum
Support casts : Lee Jinki, Lee Taemin
Other support cast : Kim Jonghyun, Choi Minho, Cho Nami, Eunhyuk ‘SUJU’, Chae Rin, Jung Ah, Hyuna, etc.
Genre : Romance, Family, Tragic (?)
Type : Sequel (Part III)
Rating : G (Gak tau)



---------------------------------------
Oke, Key. Saatnya berfikir jernih. Dia itu ‘noona lesbi’.
Ingat! NOONA LESBI!!!
Jangan hanya karna melihatnya berpenampilan seperti itu kau langsung tersentuh olehnya.
Annio~ Annio~
Ini hanya sekedar emosi sesaatku saja, kan, Key? Ayolah~~
——Key
--------------------------------------

Key’ Side
“Aku bisa membantumu,” kataku sambil melangkah mendekatinya. Ia memandangku dengan tatapan jijik. Hhhh~ dasar yeoja aneh.
“Mau apa kau?” tanyanya dingin.
“Aku tidak sengaja mendengar percakapanmu dengan entah siapa yang ada dibalik telepon tadi. Dan sepertinya kau dalam posisi tertekan,”
Yeoja disampingku mendengus. “it’s not your business, kid. Stay away from me!” ia berdiri dan bersiap untuk pergi.
Hah, dia bilang ‘kid’?? memangnya aku masih anak-anak?
“Ayolah, noona. Kita buat kesepakatan. Kau tidak ingin mengecewakan umma-mu kan?”
Yeah, sepertinya kalimat yang aku lontarkan tadi berfungsi dengan baik. Ia menghentikan langkahnya lalu menatapku sinis. “you-don’t-know-anything,” ucapnya.
“Aku tahu. Justru itu, aku ingin membuat kesepakatan denganmu karena aku juga ada pada posisi yang sama denganmu,” terangku sedikit berbohong.
“Posisi yang sama? Taruhan konyolmu itu hanya membuatku semakin jijik melihatmu,”
“Mwo? Taruhan?” aku mencoba berbicara setenang mungkin. Padahal ingin sekali aku berteriak tepat didepan wajahnya yang datar (?) itu.
“Kau kira aku tidak tahu tentang taruhan konyolmu itu, huh?”
Aku mengerutkan alis. Bagaimana bisa….
“Ah, pasti kau bertanya-tanya kenapa aku bisa tahu tentang hal ini?” ia memain-mainkan kuku tangannya. “Strategi apa yang sedang kau buat untuk mendekatiku?”
Aku memalingkan wajahku kesal. Noona ini, Errgggh~ sudah menyebalkan, keras kepala pula. “Aku tidak peduli dengan semua kata-katamu. Yang jelas, aku sedang menawarkan sebuah perjanjian. Aku memang sedang bertaruh dengan teman-temanku dan kau sepertinya ditekan oleh umma-mu untuk segera mencari pacar. Aku hanya ingin kita sama-sama untung tanpa harus memaksakan perasaan masing-masing,”
Kulihat ia memijat-mijat keningnya pelan. “Maksudku, bagaimana kalau kita pacaran? Kau bisa menipu umma-mu dan aku bisa menang taruhan,” kataku tiada henti.
Aku menunggu reaksinya. Sepertinya dia sedang mencerna setiap kalimat yang aku ucapkan tadi. “Hei, noona. Tidak gampang mencari pacar hanya dalam waktu tiga hari kecuali kau membayar om-om yang berdiri di samping lampu merah,” tambahku—mencoba meyakinkannya.
“Aku kira kau tidak punya otak. Ternyata kau bisa berfikir juga?’
Ergh~ dia meledekku! Sabar Kim Ki Bum. Sabar…
“Aku tidak mau,” jawabnya tiba-tiba.
“MWO?”
“KAU INI TULI ATAU KURANG PENDENGARAN SIH? AKU BILANG AKU TIDAK MAU!!” noona itu mengencangkan suaranya.
“Noona, aku mohon… tolonglah dongsaeng-mu yang tampan ini,” ucapku sedikit memohon.
“Kalau sampai aku mencium pikiran busukmu itu, aku tidak segan-segan mencongkel kedua matamu,” ujarnya datar.
“Ye… aku tidak akan macam-macam. Aku janji. Yang penting sekarang kita berpura=pura pacaran saja. Dua hari juga cukup,”
Kulihat ia tersenyum kecut. “Tiga hari lagi akan kuajak kau menemui ibuku,” ucapnya sambil beranjak pergi.
“Hah? Apa?”
Ia tidak menggubris kata-kataku.
Sebentar. Jadi, ini artinya?
***
Cho Ikha’ Side
Entah apa yang ada dibenakku sehingga aku menerima tawaran si kunci karatan itu. Hhhh~ aku harap dia tidak melakukan hal yang aneh-aneh. Lagipula aku tidak ingin berurusan dengan para fans gilanya itu.
Belum selesai aku menggerutu didalam hati, tiba-tiba seseorang menarik lenganku.
“Chae Rin?” ia tidak mengatakan sepatah katapun. Yeoja ini terus berjalan sambil tetap merengkuh lenganku. Aku sedikit terseok-seok mengikuti langkahnya yang lebar-lebar.
“Ya! Noona, ada apa ini? Bisakah kau pelankan langkahmu?”
“Kau kira aku ini noona-mu?” jawabnya tergesa-gesa. Ia menghentikan langkahnya di depan papan pengumuman. Ditunjuknya selembar kertas dengan tulisan ‘ATTENTION’ di tengahnya.
“Bisa kau jelaskan apa maksudnya ini?” ia merobek kertas tersebut lalu menunjukannya tepat didepan wajahku. Kuambil kertasnya dan kuteliti satu persatu kalimat yang tertera diatas kertas putih tersebut. “MWO?? APA-APAAN INI?”

Author’ Side
“APA-APAAN INI?” Ikha sedikit berteriak. Ototnya menegang. Diremasnya kertas tersebut dan dibuangnya ke sungai. *maklum, kampus eksklusif. Terdapat sungai mengalir indah didalamnya*
“DIMANA BOCAH INGUSAN ITU?” ucapnya sambil mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru angin. Chae Rin memandangi Ikha keheranan. “Kenapa kau begitu marah? Jelas-jelas disini tertera kalau kau sudah resmi berpacaran dengan Key. Itu artinya kau…”
“Pagi chagiya~” seseorang berteriak dari balik lorong kampus. Ia melebarkan kedua tangannya lalu menghampiri Ikha—memeluknya erat. Ikha sedikit meronta.
“Lepaskan aku, dasar bocah ingusan,” Ikha menggerakan tubuhnya berusaha keluar dari jeratan Key.
Key mendekatkan bibirnya ke telinga Ikha. “Ssssttt~ kau bisa diam tidak sih? Kita harus berpura-pura akrab. Aku hanya ingin meyakinkan teman-temanku kalau kita sudah resmi berpacaran,” bisik Key pelan. Ikha memperhatikan wajah Jjong, Jinki dan Minho dari balik leher Key. Sepertinya mereka ingin memastikan kalau dirinya dan Key benar-benar sudah pacaran.
“Tapi kau tidak perlu menulis di papan pengumuman kalau kita sudah pacaran. Memalukan!” bisik Ikha lagi.
“Wah, sayang sekali. Aku sudah menyebarkan flyer itu ke seluruh isi kampus,” ungkap Key.
“MWO?” Ikha sedikit mengencangkan suaranya.
“Sssstttt~ kau ini bisa diam tidak sih? Pokoknya kita harus berakting didepan teman-temanku. Arasseo?” sergah Key. Ia melepaskan pelukannya lalu memasang senyum termanisnya pada Ikha.
“Honey~ kenapa kau tidak bilang kalau kau ke kampus pagi-pagi begini? Aku kan bisa menjemputmu?” ucapnya sambil merapihkan poni Ikha. Ikha agak sedikit menggeser tubuhnya, namun Key buru-buru memelototinya.
Chae Rin yang sedari tadi berdiri disamping Ikha kini menatap Key—bingung. Merasa diperhatikan, Key melontarkan senyumnya pada Chae Rin. Diraihnya tangan kanan si yeoja lalu dikecup punggung tangannya pelan. “Annyeong haseyo, Chae Rin noona. Aku dengar kau adalah teman dekatnya noona-ku? Mulai sekarang, urusan noona-ku adalah urusanku juga. Jadi, jika noona… Awww~” kata-kata Key terhenti karena Ikha menginjak kakinya cukup keras.
Ikha merangkul tangan Key. “Ladies and Gentleman, sepertinya aku harus bicara empat mata dengan pa-car-ku-yag-su-per-ba-wel-i-ni. Jadi kita bisa melanjutkan obrolan kita di lain kesempatan,” Ikha tersenyum kecut lalu menyeret Key menjauhi Chae Rin dan ketiga temannya.
“Apa-apaan kau ini?” ucap Ikha kesal. “Kau membuatku gila!” ia memegangi kepalanya dengan kedua tangan.
“Aku hanya berakting, itu saja,” kata Key santai. “Noona, tenanglah. Sudah kubilang kita itu hanya berpura-pura. Lagipula aku juga tidak tahan dekat-dekat denganmu,”Key melipat kedua tangan didepan dadanya. Matanya memperhatikan setiap inchi dari tubuh Ikha—ekspresi wajahnya seolah mengatakan bahwa ia sangat jijik melihat yeoja ini.
“Kau kira aku bisa tahan berada di dekatmu? Kunci karatan yang cerewet dan pabo sepertimu seharusnya dimusnahkan dari peradaban ini,”
“Ya! Kau berani padaku, huh?”
“Kenapa? Kau mau kita bertengkar—adu kekuatan—di tengah lapangan? Kau kira aku takut? Cih~”
“Hhhh~ kalau begitu aku tidak akan ke rumah umma-mu,” kata Key tak mau kalah.
“Ah, kau menggertakku? Perlukah aku mengatakan ke semua orang kalau kita sebenarnya tidak pacaran? Kita berpura-pura agar kau menang taruhan dengan teman-temanmu. Wow, apa jadinya reaksi teman-temanmu kalau tahu bahwa sebenarnya mereka itu hanya dibohongi olehmu?” balas Ikha sengit.
“Kau… Ya sudah, lupakan! Kau membuatku muak!” rungut Key.
“Aku lebih muak melihat tingkahmu yang ‘sok’ tampan itu,” jawab Ikha lagi.
“Ya! Dasar noona lesbi!!”
“Aku tidak lesbi, dasar pabo!! Akh~ sudahlah. Aku capek bertengkar dengan bocah sepertimu,” Ikha lalu pergi meninggalkan Key yang masih tersulut api—emosi.
***

Key’ Side
Kutatap bayanganku lewat spion Ferari Enzo-ku­—sambil merapihkan rambut dengan jari-jariku. Omona~ how handsome I am…. Beruntung sekali noona lesbi itu bisa jalan denganku.
Chae noona memberitahuku—tadi siang—kalau ia ingin merayakan ‘hari jadi’ ku dengan noona lesbi itu. Ha! Ada-ada saja. Tapi aku putuskan untuk datang juga. Well, sekedar ingin tahu bagaimana ekspresi noona lesbi itu. Chae noona bilang, ia tidak tahu tentang hal ini. Yah, bisa dikatakan acara ini sebagai ‘surpise mini’ untuknya.
Kulihat Chae noona melambaikan tangannya dari kejauhan. Akupun berjalan mendekati mejanya. Ada dua orang lain di meja tersebut. Sepertinya mereka teman dari noona lesbi itu.
“Duduklah, sebentar lagi ia datang” ucap Chae noona.
Aku tersenyum dan sedikit membungkuk. Hmmm~ restoran ini tidak terlalu buruk juga. Pelayannya ramah dan suasananya sangat nyaman. Ada panggung kecil di tengan ruangan—ada seseorang sedang memainkan piano diatas panggung tersebut. Dan, wow, ada sebuah bar kecil dipojok ruangan. Bar tersebut dibatasi kaca sehingga pengunjung bisa melihat suasana didalam bar.
“Kenalkan, ini Jung Ah dan Hyuna,” Chae noona memperkenalkan dua yeoja itu padaku. Kuberikan senyuman termanisku pada mereka lalu kubungkukan sedikit tubuhku.
“Dimana teman-temanmu yang lain? Kau tidak mengajak mereka?” tanya Chae noona.
“Mereka sedang ada urusan,” jawabku sekenanya.
Seorang pelayan membawakan beberapa makanan kecil dan minuman ke meja kami. Hmmm~ sepertinya enak. Cuma sayang, sekarang sudah lewat jam tujuh malam, aku tidak bisa memakan kue-kue itu. Nanti lemak yang ada di pahaku semakin menumpuk.
“So? Bagaimana bisa kau berpacaran dengannya?” tanya Jung noona.
“Mmm~ entahlah. Mengalir begitu saja,” kataku sedikit mengangkat bahu.
Noona dihadapanku tertawa kecil. “Kau tahu? Aku selalu ingat kata-katanya setiap kali melihatmu dengan anggota F4 lainnya. Ehm,” ia menegakkan tubuhnya sedikit. “Cih~ melihat wajah mereka saja membuatku ingin mutah!!” Jung noona sepertinya mempraktekan perkataan noona lesbi itu. Aku hanya tersenyum menanggapi kata-katanya.
“Tidak, Jung. Bukan seperti itu, tapi seperti ini: ‘Apa bagusnya mereka? Hanya sekumpulan namja yang tak berotak dan berakal sempit’” Chae noona memiringkan bibirnya.
“Chincayo?” tanyaku diiringi seringaian kecil.
Hah! Dia itu memang yeoja aneh. Aku ini yeoja tampan di Inha University dan dia malah menyebutku ‘berakal sempit’? keterlaluan!!
“Key, kau benar-benar menyukainya?” tanya Hyuna noona tiba-tiba. Aku hanya mengangkat alisku.
“Hhhh~ kenapa kau memilih dia? Aku kan lebih cantik darinya,” ucapnya menggodaku.
Cih~ teman macam apa dia? Kenapa dia malah menggodaku? Dasar yeoja!
“Ah, itu dia. CHO IKHA!!” Hyuna noona mengarahkan pandangannya ke balik punggungku. sepertinya ia tidak menghampiri kami. Hah! Mungkin ia menyadari kehadiranku sehingga ia memutuskan untuk kembali pulang. Haha~
“Sebentar, aku susul dia dulu,” Chae noona beranjak dari tempat duduknya.
Hhhh~ lebih baik aku ber-BBM ria dengan Nicole. Mendengar nama si noona lesbi itu membuatku pusing. Setiap kali bertemu dengannya, kita pasti selalu adu mulut.
“Key!!” seseorang memanggilku dari belakang. Ah, aku malas melihatnya. Lebih baik aku pura-pura tidak mendengar.
“Key!!” lagi-lagi suara itu memanggilku. Jung noona melemparkan sesuatu padaku.
“Ada apa, noona?” tanyaku sedikit tidak peduli.
“Chae Rin memanggilmu,” ucapnya.
Kubalikkan tubuhku—dengan sangat terpaksa. “Ada apa Chae noo…”
Omo~~ rasanya leherku sedikit tercekat melihat sosok disamping Chae noona. Ia menatapku dingin.
Cho Ikha? Kaukah itu?

Cho Ikha’ Side
Aku tidak habis fikir, untuk apa mereka memaksaku datang malam-malam begini? Bukankah mereka bisa menelponku atau membicarakannya besok di kampus? Untungnya aku punya alasan untuk keluar. Jika tidak, aku sudah dicincang oleh Dad.
“Annyeong, Cho,” sapa Yoojin—pelayan restoran yang sudah akrab denganku.
“Kau melihat Chae Rin?” tanyaku semanis mungkin.
“Ne. Dia ada disana bersama seorang namja,”
“Namja? Donghae maksudmu?”
“Entahlah. Aku belum pernah melihatnya kesini. Itu, mereka disana,” Yoojin menunjuk sebuah meja disamping jendela restoran. Kudengar Chae Rin memanggilku.
Siapa itu? Orang yang dibalik kursi itu? Yoojin bilang… sebentar, namja?
“Kau ini lama sekali?” Chae Rin menghampiriku. Ia menarik tanganku tapi kutahan seketika. “Ayolah, dia sudah menunggumu,” Chae Rin menarik tanganku untuk kedua kalinya—lagi-lagi kutahan langkahku sebisa mungkin.
“Jangan bilang kalau dia…”
Chae Rin menyunggingkan senyumnya. “Tepat sekali,” ujarnya. “Key!!”
Ah, jadi namja itu si Kim Ki Bum?
Kutarik tubuh Chae Rin kasar. “Kau membawaku kesini hanya untuk bertemu dengannya?”
“Hei, calm down, honey. Aku hanya ingin merayakan ‘hari jadi’ kalian. Ada apa denganmu? Kau harusnya bersyukur bisa berpacaran dengannya. Dia itu KEY, one of the F4’ members,” terang Chae Rin.
“Kau kira aku sungguh-sungguh menyukainya. Aku menerimanya karena terpaksa—sekedar ingin menanggalkan predikatku sebagai noona lesbi di kampus ini,”
“Apapun alasanmu, aku tidak peduli. Semua itu tidak mengubah kenyataan kalau kau sekarang sudah jadi pacarnya,” ujarnya lagi. “Key!!” ia memanggil bocah itu untuk kedua kalinya.
Kulihat ia menatapku aneh…

Author’ Side
Key menghampiri Ikha dan Chae Rin. Langkahnya terasa berat. Sesekali ia menelan ludah untuk menetralkan perasaannya yang sedang campur aduk—antara kagum, bingung, heran, dan terpesona.
“Key, Ikha tidak mau ikut pesta kecil kita. Bujuklah dia,” ucap Chae Rin. Ia lalu meninggalkan mereka berdua.
Ikha menatap Key dingin. “Kau mengadakan pesta kecil ini untuk mempermalukanku, huh?”
Key tidak memperhatikan perkataan Ikha. Ia masih sibuk memandanginya—serius.
Ikha mendengus pelan. “Dasar bocah,” ucapnya sambil berjalan menuju meja tempat Chae Rin dan yang lain duduk.

Key’ Side
Noona ini? Kenapa dia berpakaian seperti ini? Dia… sangat berbeda dengan apa yang selama ini aku lihat di kampus. Dia tidak lagi mengenakan jeans kusamnya. Sekarang ia memakai dress sapphire blue yang menutupi setengah pahanya. Dari cahaya lampu restoran yang remang-remang ini, aku bisa melihat polesan eye-liner dimatanya, blush-on tipis dipipinya serta lip-balm warna pink tipis yang membasahi bibirnya. Ia sungguh… berbeda.
Aku tidak menemukan sepatu kets lusuhnya, tapi aku melihat sepasang high-heels di kedua kakinya yang terlihat jenjang itu. Rambutnya tergerai indah dibalik punggungnya. Dan, hhhh~~ aku bisa mencium aroma parfum dari tubuhnya.
“Key,” Hyuna noona menyapaku. Kukerjapkan mataku sekali—berusaha kembali ke duniaku. “Kenapa kau memandang Ikha seperti itu?” tanyanya sedikit menggoda.
“Mwo?” hanya kata itu yang keluar dari mulutku.
Jadi daritadi aku memandanginya terus? Aku tidak menyadarinya. Ah, jangan sampai dia tahu.
Kulirik noona yang duduk disebelahku. Yah, seperti biasa, dia tidak berekspresi sedikitpun.
“Aku ke toilet dulu,” Cho noona… errrr~ maksudku, noona lesbi itu pergi dari tempat duduknya.
Kuraih gelas wine didepanku. Kugerakkan telunjukku mengikuti pola gelas tersebut.
“Hei, kau kenapa?” Chae noona membuka pembicaraan. Aku hanya menoleh sedikit.
“Anni~”
“Membosankan?”
Kugelengkan kepalaku pelan.
“Kau pasti sudah tahu sifat Cho seperti apa. Dingin, kasar, keras kepala,” ungkap Cho noona.
Aku tersenyum sedikit. Memang dia seperti itu…
“Aslinya dia tidak seperti itu. Diantara kami berempat, dialah yang memiliki selera humor yang paling tinggi. Kalau tidak ada dia, terasa sepi,”
Aku hanya mengangkat alisku.
“Tapi aku berterima-kasih padamu, Key,”
“Terima kasih? Untuk apa?” ucapku malas-malasan.
Chae noona tersenyum simpul. “Karena mau berpacaran dengannya. Awalnya aku fikir kalian hanya sedang membuat sensasi saja. Lagipula, sulit dipercaya. Namja sepertimu—yang mempunyai selera yeoja yang tinggi—mau dekat-dekat dengan yeoja berhati dingin seperti dia. Apa matamu sedang rusak, Key? Atau kau terkena pelet-nya Cho? Atau kau memacarinya karna sebuah alasan yang dirahasiakan?”
aku tertawa pelan mendengar ucapan Chae noona.
“Aku akan menceritakan sesuatu, tapi berjanjilah kalau kau tidak akan menceritakannya pada siapapun,”
Kutegakkan tubuhku dari posisi awal. “Cerita?”
“Ya, menyangkut noona-mu itu,” katanya lagi.
“Chae Rin, aku harus pergi. Aku belum mengerjakan tugas yang diberikan Kim seonsaengnim,” sela Jung noona.
“Aku juga. Kita bertemu besok lagi ya. Key, bersenang-senanglah,” Hyuna noona ikut pergi.
Chae Rin melambaikan tangannya pada mereka berdua. Aku hanya mengangguk kecil menjawab pertanyaan Hyuna noona.
“Bisa lanjutkan ceritamu, noona?” pintaku padanya.
“Ne. Jadi dulu—tepatnya dua tahun yang lalu—Cho punya pacar, namanya Eunhyuk. Dia sangat mencintanya. Apapun yang Eunhyuk minta, selalu ia beri,”
“Eunhyuk?” sela ku.
“Ne. Kenapa memangnya?”
“Anni~ lanjutkan, noona,”
Chae noona membetulkan posisi duduknya. “Suatu hari, Ikha melihat Eunhyuk bermesraan dengan seorang yeoja. Karena penasaran, ia ikuti kemana mereka pergi. Selidik punya selidik, ternyata selama itu Ikha dikhianati. Eunhyuk oppa hanya memanfaatkan kekayaannya saja,”
Kucondongkan tubuhku lebih dekat dengan Chae noona. Entahlah, ceritanya membuatku penasaran.
“Karena sakit hati, Ikha memutuskan hubungannya dengan Eunhyuk oppa. Selang beberapa hari, appa dan umma-nya bercerai,”
“Mwo? Cerai?”
Chae noona menutup telinganya. “Aissh~ Key. Bisakah kau pelankan suaramu?”
Refleks, kututup mulutku secepat mungkin. Ups~ apakah aku berteriak?
“Orang tuanya bercerai karena appa-nya sering memukuli umma-nya. Ikha tidak bicara lebih lanjut tentang perceraian orang tuanya. Mungkin hal itu hanya semakin menambah luka hatinya. Karena kedua hal itulah, dia menjadi sensitif terhadap namja,”
“Lalu, sekarang dia tinggal dengan siapa?”
“Pengadilan memutuskan kalau appa-nya mendapat hak asuh atas Ikha, sedangkan adiknya bersama umma-nya. Asal kau tahu saja, appa-nya Ikha itu…”
“Kalian sedang membicarakan apa? Serius sekali,” sela noona lesbi.
“Anni~ mau tahu saja,” jawab Chae noona santai. “Cho, aku harus pergi. Donghae oppa sudah menungguku diluar,”
“Noona, mau kemana?” sergahku.
“Pacarku sudah menunggu diluar. Tidak apa-apa kan kalau aku meninggalkanmu dengannya?” ia tersenyum padaku lalu mengecup pipi noona lesbi itu.
Hummphh~ Chae noona sudah pergi. Eotteohkae??
Noona lesbi itu berpindah tempat. Sekarang Ia duduk dihadapanku. Ia sedikit mengibas rambutnya. “So? What should we do?”
Kuperhatikan wajahnya dan… hhhh~ aku tidak mau mengakui hal ini, tapi—malam ini—dia memang terlihat sangat cantik.
Ah~ tidak! Sadar Key!
“Ya! Kau punya penyakit ambeyen, ya?” tanyanya tiba-tiba.
“Mwo? Ambeyen? Idih, amit-amit deh,” aku berusaha menjawabnya sedatar mungkin. Aisshh~ kenapa aku jadi salah tingkah begini?
“Kalau begitu, bisakah kau duduk dengan tenang?” kulihat ia memilin-milin rambutnya.
“Dari tadi aku duduk dengan tenang kok?”
“Bisakah kau berhenti menggerakkan kedua kakimu? Kalau kau tidak punya penyakit ambeyen, kau tidak perlu mengubah posisi dudukmu setiap tiga detik sekali,”
Mwo?
Ah~ aku baru sadar, kakiku dari tadi tidak berhenti bergerak. Tapi sepertinya aku bersikap biasa saja. Lalu kenapa dia bilang aku selalu mengubah posisi dudukku? Aishhh~
“Ya! Kau ini… sudah datang terlambat masih saja mengejekku!” kataku sedikit membentak. Kulihat ia menyunggingkan senyumnya. Hhhh~ kenapa dia terlihat sangat manis?
“Kau sendiri? Kenapa datang kemari? Urusi saja urusanmu,”
“Apa kau selalu berdandan seperi ini setiap kali berada diluar suasana kampus?” kataku mengalihkan pembicaraan.
“Aku tidak mau menjawab pertanyaan yang tidak berkualitas. Ada pertanyaan lain?”
Grrr~ dia ini…
“Bisakah kau bersikap layaknya seorang yeoja? Penampilanmu sudah mendukung, tapi kata-kata yang keluar dari mulutmu menyiratkan bahwa kau ini seperti manusia yang tidak punya hati. Dingin, keras kepala, tak punya perasaan…” ungkapku panjang-lebar.
“Well, aku memang tidak punya hati. So?”
Grrr~
“Ya! Terserah kau saja!” kulipat kedua tanganku didepan dada. Kupalingkan wajahku agar tidak bertatapan dengannya.
“Fine. Lagipula aku malas berurusan dengan bocah sepertimu,”
Kualihkan mataku padanya. “Mwo? Bocah? Kau menyebutku bocah?”
Ia tidak menjawab pertanyaanku. Kulihat dirinya meraih tas tangannya.
“Ya! Kau mau kemana?” teriakku ke arahnya.
“Pulang. Ternyata aku kesini hanya membuang waktuku saja,” ia bergegas pergi.
“YA! KAU FIKIR AKU MAU DATANG KESINI? MELIHAT TINGKAHMU SAJA MEMBUATKU MUAK!!”
Kulihat ia tetap berjalan menjauhiku. “CHO IKHA!! AKU SEDANG BICARA PADAMU!!”
Ergh~ noona itu… baru saja aku terkagum-kagum padanya, tapi sikapnya itu benar-benar membuatku jengkel.
***

Cho Ikha’ Side
Kubasuh wajahku dengan air. Kutatap bayanganku di cermin dengan seksama.
Seharusnya aku tidak perlu datang ke restoran itu tadi malam. Chae Rin, sebenarnya apa yang ada di otakmu itu? Hhh~ aku malas menampakkan diri di kampus. Lihat saja, semua mata—terutama yeoja-yeoja penggemar si kunci karatan—menatapku sinis. Ada beberapa yang mengataiku, ada juga yang melempariku kertas dan juga telur mentah.
Urgh~
Kuputuskan untuk bersembunyi di toilet kampus. Rambutku terkena lemparan telur. Sial!
“Well, well, well. Lihat, siapa yang ada di toilet wanita ini?”
Kulihat sesosok yeoja lewat cermin didepanku. Hhhh~ lagi-lagi fans-nya si kunci karatan itu.
“Kau itu salah masuk toilet, Cho. Toilet namja ada disebelah,” katanya diiringi tawanya yang renyah. Kubalikkan tubuhku menghadapnya—kuperhatikan tubuhnya. Hah! Tidak lebih baik dariku!
“Kenapa kau melihatku seperti itu? Kau iri melihat kecantikanku?” ia mengibas rambutnya pelan. “Atau jangan-jangan kau suka padaku?” tambahnya lagi.
“Kau Nicole—juniorku yang sok cantik—kan?” tanyaku yang berhasil memancing amarahnya. Ia terlihat kesal. “Kau yang melempariku telur kan?”
“Hahaha~ kau pantas mendapatkan itu!”
Kulangkahkan kakiku mendekatinya. Ia sedikit menghindar. “Jangan dekat-dekat denganku. Kau bau!” katanya.
“Lihat, apa yang akan aku lakukan padamu,” kutarik rambutnya lalu kuseret dia keluar dari toilet. Ia menjerit isteris.
“Akh! Lepaskan! Rambutku baru saja di bleaching. Seseorang, tolong aku!!”
Kulihat ada dua orang yeoja menjulurkan tangannya—hendak menolong Nicole. Namun kutatap kedua yeoja itu sinis. Sepertinya mereka ketakutan.
“Akh! Noona lesbi, lepaskan aku! Aku mau dibawa kemana?”
Ia menahan tanganku. Tapi aku malah semakin erat menarik rambutnya. Kuseret dia menuju suatu tempat. Orang-orang melihatku menyeret yeoja ini tapi aku tidak peduli. Ia berteriak minta tolong dan lagi-lagi aku tidak peduli.

Author’ Side
“Sulit kupercaya. Kau berhasil memacarinya hanya dalam waktu satu hari,” Jinki menyeruput Strawberry juice-nya.
“Hahaha~ akui saja kalau aku ini sudah menang taruhan, hyung,” Key membusungkan dadanya. Jjong terlihat kesal, ia melempar-lempar bola besbol di tangannya. “Aku tidak begitu percaya. Bandingkan denganku yang harus dijahili olehnya. Aku rasa kalian hanya berpura-pura,”
Key merapihkan poninya. “Aku rasa ada yang iri padaku,”
Jonghyun memutar bola matanya. “Jangan harap!” sergahnya.
“Hyung!!!” seseorang berteriak di pintu kantin Inha University. Orang itu bergegas menuju meja Jinki dan kawan-kawan.
“Apa yang kau lakukan disini?” Zjinki menatap Taemin yang tetunduk lemas. Ia terlihat sulit mengatur nafas. Mana Key hyung?” ia mencari sosok yang ia maksud. “Hyung…” Taemin berjalan mendekati Key.
“Katakan kalau semua ini hanya kebohongan keji yang kau buat. Iya, kan, hyung?” Taemin meremas pergelagan tangan Key.
“Kau ini sedang bicara apa sih?” Key berusaha melepas tangan Taemin.
“Kau tidak serius berpacaran dengan Cho noona, kan, hyung?”
“Heh, kau itu kenapa sih, min?” tanya Minho. Yang ditanya malah semakin merekatkan genggamannya. “Jawab,hyung,” Taemin menatap Key dalam.
“Aduh, Min. tanganku sakit,” Key berhasil melepas genggaman Taemin.
“Jawab dulu pertanyaanku, hyung,” kata Taemin memaksa.
“Aissh~ kau ini. Kalau aku berpacaran dengannya lalu apa urusanmu?” Key merapihkan pakaiannya.
Taemin terduduk lemas, “Annio~ tidak mungkin!” jawabnya dengan tatapan kosong.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara gaduh dari arah pintu kantin. Kelima namja mengalihkan perhatian mereka ke arah suara tersebut.
“Ya! Lepaskan aku! Aw~ sakit… aduh,” teriak yeoja yang ditarik rambutnya.
Kedua yeoja itu menghampiri tempat duduk kelima namja yang sedang menatap mereka keheranan. Merasa mengenali kedua yeoja itu, Key tidak tinggal diam. “Ya! Apa-apaan kalian ini? Cho, lepaskan Nicole,” Key mendekati Nicole lalu merapihkan rambutnya. Taemin juga tidak kalah panik. Ia menghampiri Ikha yang rambutnya sudah dipenuhi cangkang telur. “Noona, kenapa dengan rambutmu?”
Jinki, Minho dan Jonghyun tetap ditempat. Mereka malah asik memandangi keributan tersebut.
“Key, dia menjabak rambutku. Lihat, rontok semua,” ucap Nicole manja.
Key menatap Ikha. “Apa yang kau lakukan padanya? Kau itu manusia atau bukan si?”
Ikha tersenyum kecut. “Heh, dengar ya. Kalau dia dan teman-temannya tidak mengejekku atau melempar telur-telur ini padaku, aku juga tidak akan melakukan ini. Ternyata berpacaran denganmu hanya membuat hidupku semakin sial,”
“Hyung, kenapa kau malah membela yeoja itu? Cho noona kan pacarmu,” ucap Taemin tak mau kalah.
“Kenapa kau malah membela dia?” bentak Key pada Taemin.
“Heh, jaga mulutmu! Taemin itu hanya berkata apa adanya,” Ikha tak mau kalah. Ia ikut membentak Key juga. “Taemin, duduklah. Ini urusan antara aku dengan dia,”
“Nicole, pergilah. Aku akan mengurusi yang satu ini,” suruh Key. Yeoja itu pergi meninggalkan mereka. Sekilas yeoja itu mencibir ke arah Ikha. Ikha hany membuang muka.
“Kau ini tidak belajar tata krama ya? Lihat perbuatanmu itu,” Key mendekati Ikha. Sedetik ekmudian wajahnya mengerut. “Ukh, bau apa ini?” ucapnya sedikit menjauhi Ikha.
Ikha memandangi Key, sinis. “Kalau keselamatanku tidak terjamin, akan ku beberkan kesepakatan bodoh kita kepda mereka,” Ikha melirik ke arah Jinki.
“Hah? Apa kau berani?” tantang Key.
“Cih~ menantangku?” Ikha berkacak pinggang. “Lihat di sekelilingmu. Semua orang di ruangan ini memperhatikan kita. Kalau ku beberkan kesepakatan ini, bagaimana jadinya taruhanmu itu? Reputasimu? Pamormu?”
Key berniat memukul Ikha, namun ia urungkan niatnya itu. Ia hanya menggeram. “Kau membuatku muak! Persetan dengan keselamatanmu itu!” ucap Key kesal.
Ikha mendengus kesal. “Oke, kalau itu maumu,” ia berjalan menghampiri keempat namja yang sedari tadi memperhatikan tingkah laku mereka. “Dengar, aku sudah muak dengan semua ini. Baru dua hari berpacaran dengan bocah ini tapi orang-orang sudah menyerang mental dan juga fisikku. Sebenarnya aku dan Key ti….”
Ikha tidak melanjutkan kata-katanya. Key membekap mulutnya erat. “Dasar noona pabo,” bisiknya pelan. “Kau…”
“LEE JINKI, LEE TAEMIN,” perkataan Key terpotong oleh suara tersebut. Yang dipanggil menoleh ke arah suara.
“Hyung?” ucap Jinki dan Taemin bersamaan. Namja yang memanggil kedua makhluk tersebut mendekati mereka.
“heh, dengar ya. Urusan kita belum selesai,” Key melepas tangan dari mulut Ikha lalu menghampiri namja yang baru datang tersebut.

Cho Ikha’ Side
Si kunci karatan iotu meninggalkanku sendirian.
Shit!! Telur ini membuatku terlihat seperti orang bodoh.
Kuperhatikan mereka sekilas. Sepertinya namja itu teman mereka. Kulihat mereka menyalami dan memeluknya satu per satu.
Hhhh~ lebih baik aku pergi dari sini. Kehadiranku hanya seperti seonggok sampah.
“Cho Ikha,”
Hhh~ siapa lagi sih? Terserah lah, aku harus buru-buru pulang. Bau amis dari telur ini membuatku mual.
“Cho Ikha!”
“APA!!!” kubalikkan tubuhku menghadap mereka. Namun perhatianku teralihkan pada sosok namja disamping Jinki.
Deg….
Dia…

To Be Continued…
 

No comments: