Thursday, November 18, 2010

The Fake Boyfriend (?)


Main casts : Cho Ikha, Kim Key Bum
Support casts : Lee Jinki, Lee Taemin
Other support cast : Kim Jonghyun, Choi Minho, Cho Nami, Eunhyuk ‘SUJU’, Chae Rin, Jung Ah, Hyuna, etc.
Genre : Romance, Family, Tragic (?)
Type : Sequel (Part I)
Rating : BO [Bimbingan Orang Utan]


--------------------------------------------
Jika kau fikir aku ini penyuka sesama jenis atau menderita penyakit kelamin, NO NO NO !!! THOSE ARE ONLY YOUR ODD THINKS.
Aku gadis normal seperti yang lainnya. Hanya saja, saat ini aku sedang malas berurusan dengan makhluk yang berjenis kelamin laki-laki itu.
Cih~ mereka semua sama. Penipu dan tak punya perasaan.
—Cho Ikha
-------------------------------------------


Cho Ikha’ side
“Ikha, liat deh. Ya ampun, Lee Joon Oppa tampan sekali,”
“Hu-uh, sungguh berkharisma yaaa,”
“Eh, eh. Ada F4 juga. Liat deh,”
“Kyaaa~ Onew Oppa looks really H.O.T,”
Hhhhhhh......
Ya, ya, ya. Aku sudah bosan mendengar celotehan mereka.
Lee Joon...
Hah! Hanya seorang Ketua Perkumpulan Mahasiswa di universitas yang sedang aku tempati. There’s nothing special of him.
Ditambah lagi F4...
Cih~ hanya sekumpulan bocah ingusan yang hanya mementingkan style saja, tidak berotak dan berakal sempit.
Apa? Kau tanya tentang F4? Kau tidak tahu? Hhhh.. Ku beri tahu ya, mereka itu hanya sekumpulan anak muda yang bisanya hanya menebar  pesona saja.
Lee Jinki a.k.a Onew
Leader dari F4. Dia seniorku. Lebih tepatnya satu tahun lebih tua dariku. Beberapa temanku bilang kalau dia itu tipe orang yang pemalu. Pemalu? Dia suka mengumbar senyumnya yang menjijikan itu dibilang pemalu?
Kim Jonghyun a.k.a Jjong
Satu kelas denganku. Diantara keempat bocah itu, dia yang seumuran denganku. Tukang gossip di kelas, suka mengibas-ngibas poni, menggoda para gadis, suka mengedipkan matanya setiap kali ada gadis yang menatapnya, semua itu merupakan sebagian kecil dari sikap aneh dari laki-laki bertubuh kekar ini. Kekar? Kingkong kaleee...
Kim Ki Bum a.k.a Key
Yang aku tahu bahwa dia itu juniorku, satu tahun lebih muda dariku. Aku rasa semua wanita di kampus ini sudah buta karenanya. Tampang jutek seperti dia banyak yang suka? Oh, tuhan... Sepertinya hanya aku satu-satunya gadis waras di dunia ini.
Choi Minho a.k.a Minho
Hmmm~ seumuran dengan Key. Akh, aku tidak suka dia yang suka melepas kaus atau kemejanya di depan semua orang. Mau pamer abs mu mas? Come on... Jangan sampai aku cabik-cabik tubuhmu menggunakan siletku.

“Ikha,” Chae Rin memanggilku. Aku hanya mengangkat alis dan sedikit berdeham.
“Ikha!” Lagi-lagi Chae Rin memanggilku. Suaranya lebih tinggi dari suara pertama. Aku hanya menoleh sedikit. Pandanganku kembali kuarahkan ke laptop yang ada di depanku.
“Kau tidak tertarik sedikitpun dengan foto-foto ini?” Chae Rin menunjukkan majalah internal Inha University yang berisi foto-foto sang idola kampus padaku.
“Hanya foto biasa. Tidak ada yang menarik,” ucapku singkat. Jari-jariku masih sibuk menari-nari diatas keyboard laptopku. Aku mendengar beberapa temanku menghembuskan nafas panjang.
“Cho Ikha, sampai kapan kau akan terus bersikap seperti ini?” tanya Jung Ah.
“Bersikap seperti apa?”
“Kau ini tidak berubah. Selalu bersikap dingin seperti itu. Apa kau tidak risih? Seisi kampus mengira kau ini penyuka sesama jenis. Aduh, istilah lainnya apa ya? Aku lupa,” Hyuna mengetuk-ngetuk keningnya pelan.
“Lesbian,” jawab Jung Ah.
Aku hanya mendengus. “Sejak kapan kalian begitu perhatian padaku?”
“Sejak kau berubah menjadi manusia berhati dingin seperti ini,” Chae Rin menambahkan.
Aku tersenyum simpul. “Tenang saja, yang paling penting adalah, aku-tidak-tertarik-dengan-gadis-macam-kalian. Aku masih normal, guys. So, don’t worry,”
Jung Ah menggeser laptopku. “Kalau begitu, buktikan pada kami bahwa kau itu gadis normal yang menyukai laki-laki,”
Kutatap Jung Ah dingin. “Jangan-sebut-kata-‘itu’-dihadapanku. Telingaku sensitif,”
“Apa maksudnya kata ‘itu’? ‘laki-laki’ maksudmu?” Jung Ah seolah menantangku. “Aku... maksudku, kami tidak ingin terus-menerus melihatmu seperti ini. Lihatlah dirimu. Kau cantik, pintar, apalagi?”
Ketiga temanku menatapku dalam. TIDAK! Aku tidak mau melihat mereka menatapku seperti itu. Tatapan mereka menyiratkan bahwa mereka itu merasa kasihan padaku. Cih~ aku benci dikasihani!
“Kyaaaa~ F4!!”
Seseorang berteriak dari kejauhan. Seketika itu juga pandangan kami tertuju pada sosok laki-laki yang masuk ke lapangan basket yang tepat berada di sebelah tempat duduk kami. Chae Rin, Hyuna dan Jung Ah berdiri dan berjalan menghampiri kawat pembatas lapangan. Bahkan mereka juga ikut memanggil nama mereka satu per satu.
Ya tuhan, mereka itu... Padahal mereka sudah punya pacar, tapi tingkah mereka pasti selalu begitu setiap kali melihat F4.
Ha!! F4...


Author’ side
Keempat laki-laki tersebut berjalan memasuki lapangan basket. Yang satu sibuk men-dribble bola, satunya lagi sibuk mengikat tali sepatu, yang lain sibuk mengikat rambutnya yang sudah agak panjang dan satu lagi malah melepas baju, memamerkan abs-nya dan membuat para gadis menjerit histeris di pinggir lapangan.
“Hei, kau ini! Cepat pakai bajumu. Kau tidak lihat mereka berteriak-teriak? Akh, gendang telingaku bisa pecah gara-gara teriakan mereka,” Jonghyun melempar baju kearah Minho. Minho tertawa renyah. “Hyung, lihatlah. Mereka itu fans kita. Aku sedang membahagiakan mereka,” kata Minho sambil merenggangkan ototnya.
“Biarkan saja, Jjong. Dia memang seperti itu,” ucap Jinki yang sedari tadi masih sibuk mengikat rambutnya yang blonde itu.
“Tapi, hyung. Abs ku juga tidak kalah bagus dengan Minho. Hanya saja aku bukan tukang pamer seperti dia. Aku ini pria alim,” Key men-dribble bola dan memasukkannya kedalam ring.
“Apa kau bilang? Alim? Playboy sepertimu dibilang alim? Hahaha~ bilang saja kau iri padaku,” Minho membela diri.
“Apa? Iri padamu? Hoeeeeekkkk~” jawab Key.
“Ya! Kau cari mati, hah?” Minho berusaha memukul Key namun Key berkelit. Akhirnya mereka berdua malah saling kejar-kejaran.
Jinki memperhatikan gadis-gadis yang sedari tadi meneriaki nama mereka. Matanya tertuju pada sesosok gadis yang sedang memandangi laptop. Headset terpasang ditelinganya. “Jjong, siapa dia?” Jinki mengarahkan matanya pada gadis tersebut.
“Yang mana?”
“Itu, yang sedang duduk,”
Jjong memicingkan mata. “Oh, yang memakai headset? Yang rambutnya diikat itu?”. Jinki mengangguk.
“Masa kau tidak tahu? Dia itu Cho Ikha,”
Jinki mengerutkan alisnya. “Cho Ikha?”
“Yeah, yang terkenal dengan predikatnya sebagai ‘lesbian’ itu,”
Key dan Minho menghampiri para hyung-nya. “Kalian sedang membicarakan apa sih?” tanya Key.
“Tuh, gadis aneh itu,” Jjong mengarahkan dagunya pada Ikha.
“Yang mana?” Key dan Minho mencari-cari gadis yang Jjong maksud.
“Yang sedang duduk,” jawab Jjong singkat.
“Oh, gadis lesbi itu? Ada apa dengan dia?” tanya Minho sambil mengenakan kausnya.
“Tidak. Hanya saja... Mmmm~ aku perhatikan, setiap kali kita disini, Cuma dia yang tidak menjerit-jerit seperti gadis lain lakukan,” kata Jinki. Matanya masih tertuju pada gadis tersebut.
“Hahaha~ Lihat saja dandanannya. Rambut selalu diikat, kemeja panjang, jeans lusuh, sepatu kets, errrrgh~” Jjong bergidik. “Dia itu aneh, hyung. Aku sekelas dengannya. Dia selalu tertawa jika bersama dengan teman-teman wanitanya. Tapi jika ada pria yang mendekatinya, dia langsung menjaga jarak. Bahkan menjauh,” tambahnya.
“Benarkah?” Jinki bertanya tanpa memalingkan wajahnya sedikitpun.
“Kenapa, hyung? Apa jangan-jangan kau....” Key mengarahkan telunjuknya pada Jinki. Jinki hanya tersenyum. “Tidak. Mana mungkin aku menyukainya. Aku hanya merasa jika dia itu berbeda dengan gadis lain,”
Keempat laki-laki itu kini mengarahkan pandangannya pada gadis tersebut. Diluar dugaan, gadis tersebut juga memandang mereka. Tatapannya dingin. Sangat dingin. Ia melipat laptopnya dan bergegas pergi.
“Lihat! Bahkan dia tidak tersenyum pada kita? Biasanya gadis lain langsung pingsan atau kejang-kejang jika kita memandang mereka,” terang Key.
“Sudah aku bilang dia itu aneh. Key, lempar bolanya padaku!” Jjong mulai men-dribble bola. Minho dan Key mengikutinya dari belakang. Sementara Jinki masih terdiam di tempat duduknya. “Hhhhhh... Cho Ikha,”

****

“Kyaaaaa~ dia melihat kita!!” teriak Chae Rin.
“Onew Oppa! Saranghae~” Jung Ah ikut berteriak.
Ikha melepas headset-nya. “Aissshhh~ kalian ini ribut sekali,”. Ikha mematikan laptopnya. Ia mengarahkan pandangannya ke lapangan basket. Ia sadar bahwa keempat pasang mata yang ada di lapangan tersebut memandangnya.
Cih~ apa-apaan mereka? Memandangku seolah aku ini makhluk dari planet lain.
Ikha menutup laptopnya dan langsung pergi secepat mungkin.
“Ikha, lihat! Mereka menatap kami,” Hyuna membalikkan tubuhnya. Tapi orang yang diajak bicara tiba-tiba menghilang. “Loh? Kemana dia?”


Ikha’ side
Aku benci melihat mereka menatapku seperti itu. Mau cari gara-gara denganku?
Aku terus menggerutu dalam hati sampai seseorang mengagetkanku.
“Noona...”
Aku menoleh. Seorang bocah berpakaian SMA menatapku dan tersenyum. “Maaf, noona. Aku ingin bertanya. Apa kau tahu mahasiswa disini yang bernama Lee Jinki?”
Dia.... ngggg~ sangat sopan. Tapi tetap saja dia itu laki-laki. Dia melangkahkan kakinya mendekatiku tapi aku berusaha untuk menjaga jarak.
“Hei, di dunia ini mungkin ada ratusan nama ‘Lee Jinki’. Bisa kau sebutkan ciri-ciri yang lebih spesifik lagi?” kataku dingin.
Dia tersenyum. Well, untuk ukuran anak SMA bisa dibilang dia itu terlalu tampan. “Mmm~~ dia salah satu anggota F4,” ucapnya.
“Ah, ya.... Jinki. Aku tahu. Dia ada di lapangan basket,”. Aku bergegas pergi, namun langkahku terhenti karena tangan bocah ini menahanku. “Noona, aku tidak tahu dimana lapangan basket. Bisa kau antarkan aku?”
Kutatap dan kuberikan ‘tatapan badai salju’ ku padanya. Tapi bukannya pergi, bocah ini malah tersenyum.
Aku menghela nafas. “Kau kan bisa tanya security atau orang-orang didalam?” Kulangkahkan kakiku untuk kedua kalinya. Tapi lagi-lagi dia menahanku.
“Noona, aku sudah sering kesini. Dan kau tahu? Security disini tidak begitu ramah, aku tidak suka. Bisakah noona mengantarku kesana?” Dia tersenyum lagi sambil meletakan kedua tangannya di depan dada tanda memohon.
“Kau bilang kau sudah sering kesini? Berarti kau pasti tahu dimana letak lapangan basket,”
“Noona, aku memang sering kesini, tapi aku tidak hafal tempat-tempat disini. Kampus ini terlalu besar. Kalau aku punya peta, pasti aku tidak akan meminta bantuanmu,” celotehnya.
“Kau.....” Aku berniat untuk memarahi bocah ini, tapi dia malah tersenyum dan memamerkan wajah aegyeo-nya.

Aku benci dia...

“Baiklah. Ikut aku,”. Kuputuskan untuk mengantar bocah ini. Kulihat dia tersenyum gembira.
“By the way, nama noona siapa? Aku Lee Taemin,”
Bocah itu menjulurkan tangannya padaku. Aku hanya menatap uluran tangannya yang terlihat mulus itu. “Ikha. Cho Ikha,” jawabku singkat tanpa menjabat uluran tangannya. Dia menarik kembali uluran tangannya. Aku ingin melihat dia kecewa dan marah atas perlakuanku, tapi lagi-lagi dia tersenyum.

Aissshh~ bocah ini...

Akhirnya kami sampai di lapangan basket. Kutunjukkan pria yang bernama Jinki itu pada si bocah.
“Ah, itu dia. Terima kasih, noona. Mianhamnida telah merepotkanmu,”. Dia membungkuk 45˚ dan langsung berlari ke arah lapangan. “HYUNG~~~~”
Pria yang dipanggilnya menoleh. Ia sempat melihatku sekilas tapi buru-buru kulayangkan pandanganku ke arah lain.


Jinki’ side
“HYUNG~~~”
Seseorang berteriak dibelakangku.
Tunggu, sepertinya aku mengenal suara itu.
Kubalikkan badanku.
Ah, ternyata benar. Lee Taemin. Sedang apa dia disini?
Ia berlari kearahku. Kulihat Cho Ikha memandangku. Namun sedetik kemudian dia langsung pergi.
“Apa yang kau lakukan disini?”
“Kau tidak menjemputku pulang sekolah! Makanya aku kesini!” Ia membanting tas sekolahnya.
“Astaga!” kutepuk keningku pelan. “Mianhae, aku lupa. Hei, kau tahu aku ada disini dari siapa?”
“Ada noona baik hati yang mengantarku kesini. Mmm~ aku lupa namanya. Cho~ Cho siapa ya?”
“Cho Ikha maksudmu?”
“Yup, betul! Hyung kenal dia?”
“Tidak,” jawabku singkat. Aku mencari sosok gadis tersebut, tapi dia tidak ada dimana-mana.


Author’ side
“Unnie~”. Seorang gadis berteriak menghampiri Ikha. “Akhirnya kau datang juga. Bogoshipoyeo~” ungkap gadis tersebut sambil memeluk Ikha erat.
“Mana Mom?”. Ikha melepas pelukan adiknya itu.
“Ada didalam,”
Ikha masuk kedalam rumah bergaya minimalis tersebut. Dilepasnya sepatu dan tas sembarangan. Ikha memutuskan untuk datang menjenguk ibu dan adiknya. Sudah lama ia tidak mengunjungi rumah tersebut.
“Apa kabar, sayang?” Seseorang dari balik pintu menyambut kedatangan Ikha sambil tersenyum. Dipeluknya wanita yang sudah cukup tua itu erat. “I really miss you, Mom,”
Wanita tersebut mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. “Kau tidak membawa pacarmu kesini?”
Ikha mendengus. Dihempaskan tubuhnya ke sofa. “Ah, come on, Mom. I don’t wanna talk ‘bout it,”
“Wae?” tanya sang ibu. “Umurmu sudah 20 tahun,”
Lagi-lagi Ikha mendengus. “Mom, aku berencana untuk menikah 4 tahun lagi. Itu berarti aku masih punya waktu 4 tahun untuk mencari calon suamiku. Jadi, Mom tenang saja, okay?”
Wanita tua itu tersenyum. “Mom hanya ingin kau mengenalkan pacar barumu pada Mom,”

Akh! Telingaku... batin Ikha

“Hahaha~ Mom, masa Mom lupa? Semenjak unnie putus dari Eunhyuk Oppa, dia kan jadi sensitif begitu,” teriak Nami.
“Sial kau!!”. Ikha melempar bantal sofa ke arah Nami.
“Ikha, dengarkan Mom,”. Wanita itu menatap Ikha serius. Ikha menyandarkan kepalanya ke sofa. Matanya terpejam. “Mom tidak ingin melihat kau seperti ini. Berbahagialah, nak. Kau masih muda. Jangan hanya karena Dad dan Eunhyuk....”
“AKH!!!”. Ikha menutup kedua telinganya. “Jangan-sebut-kedua-orang-itu,”. Wanita tua itu mengelus rambut Ikha pelan. “Tapi, nak....”
“NO!!!” Ikha kembali memotong kata-kata ibunya. “Please, Mom. Jangan membuatku marah. Jika Mom membahas hal ini lagi, aku bersumpah tidak akan kembali lagi kesini,”. Ikha beranjak pergi. Wanita tua itu hanya dapat memandangi anaknya dari balik punggung gadis tersebut.


Dirumah Key
Taemin mengusap-usap perutnya. Dari tadi siang perutnya belum diisi apa-apa. Ia memperhatikan makhluk disebelahnya yang sedari tadi sibuk memainkan gitar. “Hyung, aku lapar. Jjong hyung dan Key hyung lama sekali?”
Jinki menghentikan permainan gitarnya. “Siapa suruh kau ikut aku kesini? Harusnya kau pulang,”
Taemin mengacak-ngacak rambutnya. “Argh! Aku bosan di rumah terus. Apa salahnya kalau aku ikut hyung?”
“Kau itu...”. Jinki sudah memasang kuda-kuda, bersiap untuk memukul Taemin. Tapi...
“Hyaaa~ We’re back!”
Key dan Jjong datang membawa beberapa bungkus makanan. Taemin langsung menyambar tangan mereka. “ASIK! MAKANAN!”
“Hey, hyung. Mana Minho?” tanya Key. Jinki menunjuk ke arah gundukan di sampingnya.
“Aishhhh~ anak ini. Kerjaannya kalau tidak tebar pesona ya tidur. Ya! Minho! Bangun!”. Key menendang pantat Minho. Minho hanya sedikit mengerang. Bukannya bangun, dia malah menarik selimut yang menutupi tubuhnya itu dan kembali tertidur. “Ya! Bangun kau tukang pamer!” Key menarik selimut yang sipakai Minho.

Brukkkk...

Minho terjatuh dari sofa. “Argggh~ Key, jangan ganggu aku. Aku butuh tidur,”
“Ya! Aku sudah membelikanmu makanan. Jangan sampai makanan ini aku lempar ke wajahmu!” Key berteriak di telinga Minho. Minho berdiri. Ia duduk di sofa. Matanya kembali menutup.
“Jjong, bisa kau ceritakan lagi tentang Cho Ikha,” Jinki memulai pembicaraan. Semua orang menatap Jinki. Bahkan Minho yang ‘ogah-ogahan’ bangun ikut melotot.
“Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu, hyung?” Jjong mengambil makanan dan memasukannya ke dalam mulutnya.
“Aku.... hanya ingin tahu,” jawab Jinki sekenanya.
“Tidak mungkin. Dari tadi siang kau selalu menanyakan gadis aneh itu,” kata Jjong lagi.
“Kau terkena peletnya, hyung?” sergah Minho.
“Atau kau mulai sakit jiwa?” Key menambahkan. Taemin yang sedari tadi sibuk makan akhirnya angkat bicara. “Kalian sedang membicarakan Ikha noona ya?”
“ANAK KECIL, DIAM KAU!” bentak Jinki.
“YA! AKU SUDAH SMA!” Taemin tidak mau kalah. Ia membentak hyung nya juga.
“Aduh, kalian berdua... KALAU INGIN ADU MULUT JANGAN DI RUMAHKU!” Key ikut membentak juga.
"BERISIK!!!!!" Jjong ikut berteriak. “Hyung, memang ada apa dengan si lesbian itu? Apa kau dimuntahi sesuatu olehnya?” Jjong mengembalikan topik pembicaraan.
“Tidak. Dia tidak melakukan apa-apa. Aku hanya ingin tahu sesuatu... ngggg~ memastikan sesuatu lebih tepatnya. Dia itu.... misterius,”
Key tertawa keras. “Hyung, kau tahu? Meskipun kau mencoba mendekatinya, kau tidak akan berhasil. Kau ingat kejadian tadi siang? Tatapannya sungguh mengerikan,” Key bergidik.
“Heh, kau lupa kalau kita ini F4? Tidak ada yang bisa luput dari pesona kita,” ucap Jjong sambil merapihan poninya.
“Haduh, kalian ini berisik sekali. Kalau hyung bisa memacarinya, baru aku akan mengakui kalau hyung itu tampan,” Minho merebahkan tubuhnya dan kembali tidur.
“Apa kau bilang?” tanya Key.
“Bilang? Bilang apa? Aku tidak bilang apa-apa,” Minho semakin mengeratkan selimutnya.
“Ah, dasar pabo! Hei, hyung, ide Minho bagus juga. Bagaimana kalau kita buat semacam taruhan. Siapa yang bisa memacari si lesbian itu, dia akan mendapatkan apa yang dia mau?” terang Key.
Jjong merengut. “Tapi Key, kalau dalam waktu yang sama kita berempat mendekati si lesbian itu, pasti dia akan curiga,” sergah Jjong.
“Hyung, apa maksudnya ‘berempat’? aku tidak diikutsertakan?” Taemin ikut bicara.
“Kau masih SMA. Tidak masuk kualifikasi,” jawab Jjong. Taemin mengerutkan bibirnya.
“Lalu?” Key kembali serius.
“Bagaimana kalau kita berempat hom-pim-pah. Siapa yang kalah, dia yang lebih dulu mengadakan pendekatan,” Jjong tersenyum simpul. Jinki ikut memperhatikan. “OK. Bangunkan Minho, kita akan memulai permainan kita,” suruh Jinki.
Key menarik selimut yang dipakai Minho. “Heh, tukang tidur, bangun!” Minho mengerang. “Ya tuhan, Key.... Apakah kau itu diciptakan hanya untuk mengganggu detik-detik kebahagiaanku?”
Key menarik tangan Minho hingga ia terbangun. “Persetan dengan kebahagiaanmu! Yang penting sekarang kita main hom-pim-pah dulu,”
“Nnnggghhh~ untuk apa?” Minho mencoba untuk berbaring, tapi tangannya di tarik Key sehingga mau tak mau ia harus bangun.
“Kau turuti saja apa mauku!” bentak Key.
“Mereka berempat sudah bersiap. Tinggal Taemin yang sedari tadi mengerutkan bibir. “Aku ingin ikut~” rengeknya.
“NO!” Jinki memelototi adiknya. Taemin menggembungkan pipinya.
“Oke. Siap?” tanya Key. Semua orang mengangguk kecuali Minho.
“Gunting, batu, kertas,”
Key, Jjong dan Jinki mengeluarkan gunting, sedangkan Minho mengepalkan tangannya. Minho tersenyum puas. “Haha~ aku bisa tidur lagi,” Ia merebahkan tubuhnya di sofa.
“Sial!” erang Key. “Oke, kita lanjutkan!”
Semua orang memasang kuda-kuda. “Gunting, batu, kertas!”
Jari Jinki membentuk huruf V. Key dan Jjong melebarkan jarinya.
“Akh!! Sial,” lagi-lagi Key berteriak. “Aku tidak mau yang pertama. Ya tuhan, aku tidak mau yang pertama,”
“Sudah, jangan banyak bicara. Ayo, lanjut!” ajak Jjong.
Key dan Jjong bersiap-siap. Mulut Key terlihat komat-kamit membaca mantra. Jjong sibuk meregangkan jari-jarinya.
“Kloter ketiga dimulai,” Jjong meregangkan otot lehernya.
“Gunting, batu, kertas!!” Satu orang mengepalkan tangannya, satunya lagi melebarkan jarinya.
“AH~ ANDWAE~ KENAPA AKU YANG PERTAMA?”


 To Be Continued….

No comments: