Thursday, April 21, 2011

KEY : A STORY ABOUT ONE OF MY FANS





Main Casts                : Kim ‘Key’ Bum SHINee, Cho Ikha
Support Casts           : Jonghyun SHINee and Ahjumma
Type                           : oneshoot
Genre                         : Romantic, humor, tragic, ficlet.
Rate                           : General

 

Aku hanyalah seorang fans. Ya, aku sadar akan hal itu. Tapi aku begitu menggilainya, aku sangat menggilainya. Apa itu salah?
Mungkin karena Tuhan tahu bahwa aku begitu menggilainya, Dia—sampai detik ini—tidak pernah mengizinkanku untuk bertemu dengan pujaan hatiku. Ya, bertemu Key.
Sebelum aku buta, aku ingin melihatnya langsung dengan kedua mataku ini.
Sebelum aku pincang, aku ingin berlari memeluknya sekali saja...
Hhhh~ tuhan, kenapa kau begitu tega...
Cho Ikha
 


KEY’ SIDE
Seharusnya aku tak perlu memperkenalkan diri karena kalian pasti sudah mengenalku. Ya, aku adalah Key, salah satu member dari boy band Korea yang paling hot sejagad raya, yaitu SHINee. Hahaha...
Saat ini aku berada di backstage, mempersiapkan diri untuk penampilan selanjutnya. Karena permintaan para Shawol Indonesia, akhirnya kami memasukan negara ini ke dalam list nama negara yang menjadi tempat diselenggarakannya 2nd concert kami. And finally, this is the time... Aku bisa mendengar para Shawol diluar sana yang tak henti-hentinya meneriaki nama kami.
Aku senang, aku bahagia. Karena mendengar teriakan mereka atau melihat mereka mengayunkan lightstick pearlswhite kepada kami—termasuk padaku, membuatku semakin bersemangat untuk menjalani profesiku sebagai seorang penyanyi. Tapi ketika aku mendengar nama Indonesia, aku jadi ingat seseorang. Ya, dia adalah salah satu fans-ku—bisa dibilang fans terberatku. Sayangnya dia tidak ada disini, melihatku dan member lainnya datang ke negaranya. Andai saja waktu bisa kuulang kembali, aku ingin memperbaiki semuanya...

@@@

Malam itu entah kenapa aku merasa sangat lapar. Dan akhirnya, kuputuskan untuk pergi ke minimarket 24 jam yang berada tak jauh dari dorm-ku untuk membeli bahan makanan. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 01.23am.
Aku mulai berjalan menuju minimarket. Kurapatkan hoodie pink, kacamata dan juga masker agar para Shawol tidak mengenaliku. Akan ada keributan besar jika mereka mengetahui keberadaanku. Terakhir yang ku ingat, ada seorang Shawol yang masuk rumah sakit karena terinjak oleh Shawol lain yang berusaha mengambil fotoku di lokasi shooting. Wow !
Akhirnya aku melihat bangunan yang kucari tak jauh dari tempatku berdiri. Tapi mataku malah tertuju pada bangunan baru disampingnya. Diatasnya tertulis ‘Indonesian Resto’ dengan corak Batik di sisi-sisinya. Kuperhatikan sekeliling jalan dan hanya dua tempat itu yang masih buka. Yeah, daripada aku harus membeli bahan makanan lalu memasaknya lagi, lebih baik aku beli makanan yang sudah jadi. And the story was began...

@@@

Dengan langkah pasti, kulangkahkan kakiku menuju restoran tersebut. Haha, sepertinya aku datang pada saat yang tepat. Tidak ada orang disini, hanya ada seorang yeoja yang sedang duduk di sofa di sudut ruangan.
Sepertinya yeoja itu mengetahui kedatanganku. Ia melihatku sekilas dan segera berjalan ke arahku. Ah, apakah dia mengenaliku? Buru-buru kurapatkan hoodie dan juga maskerku agar ia tidak ‘ngeh’ dengan keberadaanku. Tapi ternyata terkaanku salah.
“Selamat malam. Ada yang bisa kami bantu?” ucapnya ramah sambil menyunggingkan senyumnya yang... yah, bisa dibilang sangat manis. Dari wajahnya, aku bisa tahu kalau dia bukan orang Korea.
Aku sedikit berdeham untuk mengubah nada suaraku. “Aku ingin memesan makanan,” kataku agak ragu.
“Tentu. Anda bisa duduk dulu sambil melihat menu kami,” lagi-lagi ia tersenyum padaku kemudian menyodorkan buku menu tersebut.
Errr~ aku tidak tahu sama sekali tentang semua makanan ini. Nama makanannya sangat asing bagiku. Nasi uduk, pecel lele, sayur toge, sambel terasi... hhhh, ya sudah lah. Yang penting aku makan. “Aku pesan semua makanan terbaik disini. apakah bisa dibungkus untuk take a way?”
“Tentu, pesanan akan segera kami siapkan. Mungkin anda harus menunggu sekitar 20 menit. Gwenchanayo?”
Aku hanya mengangguk kecil tanda mengiyakan pertanyaannya. Sedetik kemudian ia berjalan menuju dapur. Apa dia yang menyiapkan makanannya? Hah, mana aku tahu...
Sementara menunggu pesananku, kuputuskan untuk berkeliling melihat seisi restoran ini. Aku suka tata ruangannya, sederhana tapi terlihat elegan. Kulihat sebuah poster SHINee ukuran 2x4m terpampang di tengah ruangan. Sepertinya pemilik restoran ini salah satu fans-ku. Haha,
“Kenapa kau memandang poster itu sambil menyipitkan matamu?” tiba-tiba yeoja itu ada disampingku dan berhasil membuatku sedikit terperanjat. Ia memandang poster itu lama sambil tersenyum.
“Kau Shawol?” tanyaku sedanya. Ia mengangguk sambil menyunggingkan senyumnya. Saat kuperhatikan, ia tidak menatap semua member SHINee, tapi tatapan matanya hanya tertuju pada fotoku. Dia fans-ku ya? Atau hanya perasaanku saja?
“Aku memang Shawol, tapi sepertinya aku ditakdirkan untuk ‘selamanya’ tidak bisa bertemu dengannya,” ucapnya pelan sambil mengarahkan telunjuknya pada fotoku. Haha, memang benar, dia adalah fans-ku. Aku berbalik memperhatikannya, dan bisa kulihat ekspresi sedih terpancar dari wajahnya. Hhhh, andai saja dia tahu bahwa aku ini Key, orang yang diidolakannya.
“Sepertinya pesananmu agak lama. Ahjusshi sedang pergi, jadi tidak ada yang membantu ahjumma memasak didalam. Apa kau sangat lapar?” tanyanya ramah padaku.
“Anni~ santai saja. By the way, aku baru lihat restoran ini,”
“Apa kau orang baru di kompleks ini? Kami sudah membuka restoran ini satu tahun yang lalu. Duduklah, sambil menunggu makananmu siap, akan kubuatkan sesuatu untukmu,” ucapnya kemudian segera pergi ke dapur. Tak lama kemudian, ia membawa secangkir minuman untukku. “Ini namanya wedang jahe khas Indonesia. Cocok untuk diminum malam hari. Cobalah,”
Dengan sedikit keraguan, kuraih cangkir tersebut dari tangannya. Dari wanginya, aku rasa minuman ini seperti soojunggwa, tapi kalau aku meminumnya berarti aku harus membuka maskerku? 0h, Tidak bisa....
“Kenapa? Kau tidak suka?” yeoja itu memiringkan wajahnya agar bisa melihat mataku.
“Anni~” sergahku cepat. Apa dia tersinggung dengan sikapku?
“Lalu?”
“Aku... aku punya penyakit aneh makanya aku pakai masker. Aku takut kau akan jijik melihat wajahku,” kataku sekenanya. Ya tuhan, aku hanya bercanda, jangan dimasukan ke hati ya...
“Tidak apa-apa. Aku bukan tipe yeoja yang suka jijik melihat hal-hal seperti itu. Bukankah semua manusia diciptakan berbeda-beda? Ayolah, aku sudah membuatkannya sebagai service khusus untuk mu. Kau ‘kan baru pertama kali kesini. Lagipula aku tidak memasukan bahan kimia apapun kedalam minumanmu,” ucapnya dengan sedikit kekehan kecil.
Wow, yeoja ini... ternyata dia baik hati juga. “Baiklah, tapi kau tidak boleh melihat,”
Kulihat ia tertawa kecil padaku kemudian membalikkan badannya. Segera kulepas maskerku, meminumnya sedikit, lalu memakaikan maskerku kembali. Haha, semoga tidak ada kamera yang merekamku.
“Bagaimana?” tanyanya lagi.
“Enak, dan juga terasa hangat di tubuhku,” ucapku pelan. “Gomapta,” tambahku lagi. Ia hanya tersenyum simpul sambil merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan. “Kalau boleh tahu, siapa namamu?” sambungku lagi.
“Ikha. Cho Ikha. Tapi nama asliku Zulaikha. Itu nama Koreaku. Umurku 21 tahun. Lalu bagaimana denganmu?” tanyanya balik.
“Kim Ki...” Ops, segera kuhentikan ucapanku sebelum aku keceplosan. Hampir saja kusebut nama asliku. Bisa gawat nantinya. “Panggil aku Kim saja, noona,” ucapku membenarkan.
“Oke, Kim. Eh? Sebentar, noona? Kau menyebutku ‘noona’?” ia mengeryitkan alisnya.
“Tadi kau bilang 21 tahun kan? Aku lebih muda darimu satu tahun,” jelasku padanya. Ia hanya terlihat mengangguk kecil dan ber-oh ria.
“Mmm, kalau boleh tahu, kenapa kau mengidolakan Key? Bukankah Jonghyun dan Minho lebih macho?” tanyaku membuka pembicaraan. Aku benar-benar ingin tahu tentang hal yang satu ini. Kapan lagi aku bisa ngobrol bebas dengan salah satu fans-ku—dan dia tidak mengetahui keberadaanku sekarang.
Sebelum ia menjawab pertanyaanku, ia tertawa kecil sambil menatapku penuh tanya. “Aku yakin kau akan menyesal mendengar jawabanku,”
“Menyesal?”
“Yeah, kalau kau bertanya tentangnya, maka aku akan bicara panjang lebar,” ia kembali menatap poster tersebut. Namun sedetik kemudian raut mukanya berubah. Sepertinya ada kejadian yang tidak mengenakan—menyangkut diriku dan SHINee—menimpanya.
“Sudah dua tahun ini aku mengenalnya di televisiku. Dia itu sangat unik. Tapi lama kelamaan, rasa kagumku pada berubah. Aku sangat menggilainya. Apapun akan kulakukan agar aku bisa bertemu dengannya. Tapi tuhan sepertinya berhendak lain,” ia menelan ludah dan kembali melanjutkan kata-katanya.
“Dulu, SHINee pernah datang ke Indonesia, dan aku sudah mendapatkan tiketnya dengan susah payah. Tapi tiba-tiba aku harus menemani ayahku pergi ke kota lain karena beliau ada tugas dari kantornya... Aku sudah mencoba mengirim surat ke Sment, tapi aku tidak yakin kalau suratku bisa sampai ke tangan Key. Lalu, tak lama kemudian—lebih tepatnya satu tahun yang lalu, ahjussi dan ahjumma berniat untuk membuka restoran disini. Demi bisa bertemu dengannya, aku rela meninggalkan eomma dan juga dongsaengku di Indonesia. Tapi tetap saja, akhirnya menyakitkan,”
Kulihat ia memejamkan mata dan menghela nafas panjang. Ia tersenyum padaku, tapi aku tahu, senyumnya sangat dipaksakan, terlihat menyedihkan.
“Sudah satu tahun aku disini, di Korea, berharap bisa melihat Key dan memberikannya setangkai bunga agar dia tahu betapa aku begitu mencintainya. Tapi semua itu sia-sia. Selalu saja ada hal yang membuatku tak bisa bertemu dengannya. Bahkan ketika dia sedang show di Music Bank atau acara TV lainnya. Bus yang aku tumpangi mogok di tengah jalan, dompetku ketinggalan, kehabisan tempat, dan bla bla bla. Menyedihkan bukan?” ia menatapku dengan tatapan sedihnya. Ya tuhan, sebesar itukah perjuangannya untuk bertemu denganku?
“Lalu, apa yang akan kau lakukan jika bertemu dengannya?” tanyaku sambil memutar-mutar telunjukku mengikuti pola gambar pada cangkir di tanganku.
“Aku... hanya melihatnya saja itu sudah cukup bagiku. Tapi jika memang kesempatan itu ada, aku ingin memberikan foto ini padanya,” ia menyerahkan padaku sebuah foto. Ada gambarku dengan Ikha noona sedang bergandengan tangan dan sudah di edit. Lalu ditengahnya bertuliskan ‘dua tahun lagi, kita akan seperti di foto ini’. Hahaha, aku terkekeh melihat foto hasil kreasinya ini.
“Lucu bukan? Tapi yang lebih kuharapkan lagi adalah, jika suatu hari nanti Key datang padaku, memelukku dengan sangaaaaat erat, merapihkan beberapa helai rambutku dan berkata ‘Noona, neomu yeppeo’. Aaaaa~~” ia mempraktekkan hal tersebut dengan sangat lucu. Mau tak mau akupun tertawa terbahak-bahak melihat tingkahnya.
“Sayangnya, itu tak mungkin terjadi. Ah, sepertinya pesananmu sudah siap,” ia berlari ke arah kasir kemudian mengambil bungkusan yang berisi pesananku.
“Mianhae, aku terlalu banyak bercerita, padahal aku tidak tahu siapa dirimu. Datanglah kapan-kapan. Aku akan membuatkanmu cake sebagai tanda terima kasihku karena kau telah menjadi pendengar setiaku,” katanya sambil menyerahkan bungkusannya padaku.
“Tentu, dengan senang hati. Aku yakin suatu hari nanti kau pasti bisa bertemu dengannya,” kataku sedikit menghiburnya. Ia hanya tersenyum menanggapi perkataanku.

@@@

Sudah beberapa hari itu aku selalu menyempatkan diri untuk pergi ke restoran tersebut. Aku selalu berkunjung setiap jam 01.00 malam dengan alasan bahwa aku harus bekerja sampai larut malam. Sebenarnya aku lelah dengan aktivitasku yang padat, tapi setiap kali mendengar noona itu bercerita, serasa semua stress dan penat yang menyelubungi otakku hilang seketika. Ekspresinya setiap kali membicarakanku menjadi obat penyegar bagiku.
Onew hyung dan juga manager sempat marah karena mereka takut penyamaranku akan terbongkar. Well, aku juga tidak tahu faktor apa yang membuat Ikha noona tidak menyadariku—apakah karena dia tidak pernah bertemu denganku sehingga ia tidak mengetahui bentuk fisikku secara nyata, atau karena dia itu memang pabo? Haha, sampai detik itu dia hanya tahu kalau aku ini adalah seorang Kim yang mempunyai penyakit aneh di wajahnya.
Hari berikutnya kuputuskan untuk pergi menemuinya. Aku berniat untuk memberikannya tiket 2nd concert SHINee yang akan diselenggarakan satu bulan lagi. Aku tahu dia pasti sudah membelinya, tapi tiket ini VVIP. Aku dapat ini gratis dari manager. Tadinya tiket ini ingin kuberikan pada sepupuku, tapi dia tidak bisa datang. Yah, daripada mubazir...

@@@

“Hai, Kim,” sapa Ikha noona sambil melambaikan tangannya padaku. Kubalas lambaiannya lalu segera duduk di sofa pojok ruangan. Setelah ia membereskan beberapa kursi, ia menghampiriku dengan membawa dua gelas minuman dan cemilan khas Indonesia. Aku tidak tahu namanya, yang jelas bentuknya seperti nasi yang ditempeli satu-satu lalu di keringkan (rengginang—red).
“Noona, aku dengar tiket 2nd concert SHINee sudah dibuka. Apa kau sudah mendapatkan tiketnya?” tanyaku to the point. Maklum, aku bukan tipe orang yang suka berbasa-basi.
“Nah, itu dia. Aku pernah bilang ‘kan kalau Tuhan itu tidak mengizinkanku untuk bertemu dengannya?” ucapnya dengan nada agak tinggi. Sepertinya ia kesal.
“Maksudmu?”
“AKU KEHABISAN TIKET!! PUAS?!” teriaknya di depan wajahku. Aku sedikit kaget. Tidak, tidak, yang betul aku sepenuhnya kaget. Betapa tidak? Ini pertama kalinya ada yeoja yang berani berteriak di depanku.
“Mianhae,” ia memegang pundakku pelan. “Aku hanya terbawa emosi,” ucapnya sambil menatapku. Kulihat ia menghembuskan nafasnya kemudian ia menyunggingkan senyumnya padaku.
“Ne, arattanikka, noona. Aku tahu perasaanmu,”
Aku berniat untuk memegang tangannya, tapi segera kuurungkan niatku itu karena kudengar seseorang membuka pintu restoran. Mata Ikha noona langsung tertuju pada pintu restoran. Wow, selama aku disini, aku tidak pernah menemui seorang pengunjung, secara ini kan sudah lewat jam 1 pagi. Tapi tunggu, aku tahu sosok orang itu...
“Jo-jo-jo-jonghyun?” ucap Ikha noona terbata-bata. Merasa namanya disebut, Jonghyun hyung segera mambungkukkan badannya dan melemparkan senyumnya pada si noona. Aku segera memutar badanku, berharap sang hyung-ku itu tak mengenaliku. Dia pasti disuruh manager untuk mencariku—karena daritadi cellphone-ku tak berhenti bergetar.
Ikha noona segera menghampiri Jonghyun hyung. Aku sedikit memicingkan telingaku untuk mengetahui perbincangan mereka. “An-an-annyeong haseyo,” Ikha noona terlihat grogi. Hahaha, lucu sekali dia.
“Apa kau melihat Key kesini?” tanya hyung-ku. Cih~ dia itu memalukanku saja.
“Anni~ tidak ada yang datang kemari. Seperti yang kau lihat, ruangan ini sepi,” jawab Ikha noona.
“Oh, baiklah. Maaf kalau aku sudah mengganggu,” Jonghyun hyung berniat untuk pergi tapi... “Tunggu,” sergah Ikha noona tiba-tiba. “Boleh kuminta tanda tanganmu? Sebentaaar saja,” pintanya memelas. Kulihat Jonghyun hyung mengangguk kecil lalu Ikha noona mempersilahkannya duduk.
Sementara Ikha noona pergi mengambil notes dan pulpen, aku segera menghampiri hyung-ku. Tanpa banyak basa-basi, kutarik tangannya dan kuseret dia sampai didekat pintu keluar. Ia sedikit meronta pada awalnya, tapi saat ia mengetahui sosokku, akhirnya ia menurut juga,
“Ya, Kibum, lepaskan aku,” cecar Jjong hyung. Kulepas cengkramanku dan kulihat ia membereskan lengan bajunya.
“Hyung, kenapa kau kesini?”
“Siapa suruh telfonku tak diangkat. Aku disuruh manager mencarimu. Aku tidak tahan mendengar comelannya. Lagipula, kenapa kau ada disini sih?”
“Bukan urusanmu. Bilang pada manager aku akan segera pulang. Aku tidak akan lupa schedule ku besok. Sudah sana,” kataku sambil mendorong tubuhnya menjauh dariku.
“Ya, Kibum. Dia pacarmu ya?” goda Jjong hyung.
“Eh? Bukan. Sudah sana, pergi,,”
Tanpa banyak bicara, akhirnya Jjong hyung pergi juga. Aku segera melangkah menuju tempat dudukku tapi...
BRUKK~~ Tubuhku menabrak seseorang.
“Loh? Ikha noona?” kulihat ia sudah siap dengan ‘alat perang’ nya. Tapi ia memperhatikan sekeliling ruangan dan mendapati orang yang dicarinya tidak ada.
“Dimana Jonghyun?” tanyanya padaku. Aku hanya menggedikkan bahuku pura-pura tak tahu. Aku segera duduk di sofa semulaku. Noona terlihat mengikutiku dari belakang.
“Kim, Jonghyun kemana?” tanyanya lagi sambil menarik-narik lengan bajuku.
“Mollayo, noona. Kulihat dia terburu-buru. Tadinya aku berniat untuk menghentikannya, tapi katanya dia ditelfon managernya. Jadi dia buru-buru pulang,” jelasku sekenanya. Kupandangi wajah Ikha noona. Matanya terlihat mulai berkaca-kaca. Karena tidak tega, akhirnya kuputuskan untuk menelfon Jjong hyung untuk kembali lagi kesini. Baru saja aku memencet beberapa tombol BB-ku, tiba-tiba kudengar isakan Ikha noona. Ya tuhan, dia benar-benar menangis. Bagaimana ini? Aku sudah membuatnya menangis.
“Noona...” ucapku sepelan mungkin. Ia masih menangis sambil menutup wajahnya. Kuusap bahunya agar ia sedikit tenang, tapi isakannya malah semakin menjadi-jadi.
“Kau lihat sendiri ‘kan? Ini pertama kalinya aku melihat Jonghyun dengan mataku sendiri, tapi aku tetap tidak bisa mendapatkan tanda tangannya. Aku berniat menitipkan ini padanya, tapi memang benar, aku selamanya tidak ditakdirkan untuk bertemu dengannya,” Ikha noona menyodorkan sebuah amplop berwarna putih dengan hiasan bunga mawar di sisinya. Di tengah surat tersebut tertulis ‘To my Lovely Key”.
Akh, aku merasa kalau aku begitu kejam padanya. Tapi ini kulakukan agar Jjong hyung tidak membongkar penyamaranku.
Aku hanya bisa mengelus pundaknya pelan. Ingin sekali kubuka masker dan hoodie-ku lalu berkata ‘noona, ini aku, Key’. Tapi semua itu tak kulakukan. Kuambil tiket VVIP yang sedari tadi berada di kantong hoodie-ku lalu kuberikan padanya.
“Noona, lihatlah. Aku membelikan ini untukmu,” hiburku padanya. Perlahan ia mulai mengontrol emosinya lalu memandang ke arah tanganku yang sedang memegang tiket itu.
“Apa ini?”
“Tiket 2nd concert SHINee. Aku sengaja membelikannya untukmu,” kuraih tangan kanan Ikha noona lalu kuletakkan tiket tersebut di atas telapak tangannya. Ia terlihat kebingungan tapi segera kulanjutkan kata-kataku. “Ini sebagai ucapan terima kasihku karena noona selalu menghiburku dengan cerita si idolamu. Lagipula, cuma noona yang mau berteman dengan orang berpenyakitan sepertiku,” jelasku panjang-lebar.
“Tapi Kim,” sergahnya.
“Anni~ terimalah. Aku akan sangat senang jika kau bisa menerimanya. Kau ingin bertemu dengan Key kan? Inilah saatnya,”
Setelah kuucapkan kalimatku, Ikha noona dengan sigap memelukku erat. Ia menangis sejadi-jadinya dibalik punggungku. “Gomawo, Kim... gomawo,” ucapnya sambil terisak. Kuelus pelan rambutnya yang tergerai itu agar ia bisa tenang. Aku sangat senang melihat Ikha noona terlihat gembira menerima pemberianku. Karena aku sengaja akan membuat sebuah kejutan padanya ketika konser nanti. Tanpa sepengetahuannya, kuambil surat itu kemudian kumasukkan kedalam saku hoodie-ku. Setibanya di rumah, aku akan membacaanya...

@@@

Hari H pun tiba. Aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk mempersembahkan yang terbaik untuk para Shawol-ku—berlatih vocal dan dance setiap hari. Aku berencana ketika kami menyanyikan lagu ‘noona neomu yeppeo’ akan kuhampiri tempat duduknya lalu kucium punggung tangannya. Tapi saat kuperhatikan, bangku yang telah kupesan kosong—bangku nomor 42. Ya, dia tidak ada disitu. Apa benar, Tuhan memang selamanya tak mengizinkannya bertemu denganku?
Akhirnya, karena penasaran, aku datang ke restoran keesokan harinya. Yang kutemui disana hanya ahjussi dan seorang yeoja kecil. Kutanyakan padanya dimana Ikha noona, dan jawabannya sungguh sangat mengejutkan... dia masuk rumah sakit gara-gara tertabrak mobil ketika dia akan berangkat menuju Stadium Hall untuk menonton konserku...

@@@

Ya, semuanya sudah siap. Buket bunga lily di tangan kananku, CD album ke-3 SHINee plus tanda tangan semua member—tanda tanganku yang paling bagus tentunya, dan yang terakhir, Jonghyun hyung. Dia kupaksa ikut denganku untuk mengunjungi Ikha noona di rumah sakit.
“Kenapa kau malah mengajakku sih? Aku ‘kan ada janji dengan Se Kyung,” rutuknya tiada henti.
“Aku sudah mengajak member lain, hyung. Siapa suruh jadwal mereka sangat padat. Cuma kau saja kan yang memiliki sejuta waktu luang,” kataku dengan nada mengejek. Ia hanya menjitak kepalaku pelan sambil berkomat-kamit tak jelas.
“Dia ini yeoja yang dulu di restoran itu ya?” tanyanya penuh curiga. Aku hanya mengangguk kecil karena aku sedang menyetir. “Sudah kuduga,” tambahnya lagi. “Ada hubungan apa antara kau dengannya sampai-sampai kau selalu mengunjunginya?”
Aku hanya menyeringai kecil. “Dia itu fans-ku hyung. aku sudah mengatakannya beberapa kali padamu, ‘kan?”

@@@

Akhirnya, kami tiba di ruangan tempat Ikha noona dirawat. Kulihat ahjumma memandangi Ikha noona yang sedang terbaring dibalik kaca besar didepannya. Setelah itu, kuberanikan diri menghampirinya. “Annyeong hasseyo,” sapaku ramah padanya. Ibu itu terlihat agak kebingungan namun tetap mengumbarkan senyumnya padaku dan Jonghyun hyung.
“Maaf, tapi dia tidak bisa dikunjungi dulu,” terangnya. Tak lama kemudian, “Tunggu.... sepertinya aku mengenalmu. Kau Kim ‘kan? Orang yang memberikan tiket ini padanya?” ia lalu memperhatikan secarik kertas yang ada di lengannya. Aku mengenali kertas itu—kertas yang kuberikan pada Ikha noona, kertas yang telah membuatnya menghisap udara dari tabung oksigen rumah sakit—dengan jelas.
“Ne, makanya aku datang kemari bersama temanku. Aku sangat menyesal ahjumma. Kalau aku tahu kejadiannya akan seperti ini, aku tiak akan memberikan tiket itu padanya. Mianhamnida,” kataku sambil membungkuk. Aku kira ahjumma akan marah besar padaku, tapi tiba-tiba ia mengelus pundakku lembut.
“Anniya~ ini semua sudah jalannya, Kim. Ah, Ikha pasti akan sangat senang jika tahu kau datang kemari,”
 “Kalau boleh tahu, bagaimana Ikha bisa kecelakaan?” Jonghyun hyung angkat bicara.
“Entahlah, tiba-tiba aku diberi kabar kalau Ikha kecelakaan. Eomma dan adiknya sedang dalam perjalan menuju ke Korea. Jadi aku yang mengurusnya sekarang ini. Kata dokter tulang rusuknya ada yang patah, makanya ia tidak boleh banyak bergerak, dan yah... seperti yang kalian lihat,” ahjumma memperhatikan Ikha noona dan memang, kondisinya membuatku ingin menangis. Betapa tidak? Bagian dadanya ditutupi semacam gips besi agar tulang rusuknya tidak bergeser, lengan sebelah kirinya di gips pula.
“Ahjumma, bolehkah aku masuk untuk menyapanya?” pintaku. Ia mempersilahkanku masuk dengan syarat ‘jangan lebih dari dua puluh menit’.
Aku dan Jonghyun hyung akhirnya masuk kedalam ruangan tersebut. Saat ini yang kudengar hanyalah suara mesin yang sedang menunjukkan kerja detak jantung Ikha noona. Lalu yang lebih membuatku semakin tak memaafkan diriku sendiri, kuperhatikan wajahnya penuh dengan goretan, ia juga menggunakan alat bantu pernafasan. Harusnya sejak awal aku tidak usah memberikannya tiket itu. Ya tuhan, aku tidak kuat melihat pemandangan ini. Sama halnya denganku, Jonghyun hyung juga sedikit meringis melihat kondisi noona.
Kubelai lembut beberapa jarinya yang terlihat pucat itu dan sepertinya ia merasakannya. Perlahan ia mulai membuka matanya dan dibalik alat pernafasan tersebut, kulihat ia menyunggingkan senyumnya padaku—senyum manisnya yang selalu ia berikan padaku.
“Noona,” kataku sambil menggenggam tangannya. Ia berusaha untuk mengatakan sesuatu tapi agak sulit baginya untuk bicara.
“Kata dokter kau tidak boleh banyak bicara, noona. Jadi aku yang akan bicara panjang lebar padamu,” terangku diselingi gerakan tanganku yang meliuk-liuk dan berhasil membuatnya tersenyum lagi. “Mianhae, seharusnya aku tidak memberikan tiket itu padamu,” kulihat ia menggelengkan kepalanya pelan. Jjong hyung hanya memperhatikan kami sejenak. Ia sibuk menata bunga lily yang kubawa di meja.
“Jika aku tidak memberikan tiket itu, kau pasti tidak akan menderita seperti ini,” dan setelah kuucapkan kata-kata itu, ia kembali menggelengkan kepalanya. Karena sudah tidak tahan melihat kondisinya, aku akhirnya membuat sebuah keputusan.
“Noona, aku tahu kau pasti tidak akan memaafkanku, tapi aku akan mengakui satu hal,” kulepas masker dan hoodie-ku perlahan sampai ia mengetahui sosokku yang sebenarnya. Jjong hyung juga melakukan hal yang sama.
Setelah melihatku tak mengenakan hoodie dan maskerku, kulihat ia mulai menitikkan air mata. Kurasakan ia semakin erat menggenggam jemariku.
“Mianhae, noona. Aku sengaja tak memberitahukanmu kalau selama ini Kim yang kau kenal adalah aku,”
Dengan tenaganya yang sangat minim, ia berusaha meraih wajahku dengan tangan yang sedari tadi kugenggam. Kudekatkan wajahku agar ia bisa dengan mudah menyentuhnya. Ia mengelus wajahku perlahan. Mengikuti alur alisku, mengusap kecil mataku, hidungku, bibirku dan daguku. Aku tahu ia menangis, karena kulihat airmatanya semakin deras mengalir dari sudut matanya. Ia terus memperhatikan wajahku sampai-sampai tidak memperhatikan Jjong hyung.
“Noona, aku mengajak Jjong hyung kemari,” kataku sambil melirik ke arah Jjong hyung. Tapi sepertinya ia tidak suka dengan kehadiran hyungku. Karena setelah melihatnya sekilas, ia kembali memandangku dan menatapku seolah mengatakan ‘aku hanya ingin menghabiskan hidupku dengan memandangi wajahmu, bukan wajah Jonghyun’.
“Ya! Ikha, jangan lupa, kau dulu pernah meminta tanda tanganku,” ledek hyung. Kulihat Ikha noona tersenyum simpul, membuatku tertawa dibuatnya.
“Sekarang aku ada disini, di hadapanmu, noona. Apa yang ingin kau katakan?” kataku memancingnya bicara. Ia hanya menggeleng lemah sambil terus menyentuh wajahku.
“Kau tidak ingin mengatakan apapun?” tanyaku memastikan dan lagi-lagi ia hanya menggeleng. “Kau tidak ingin aku melakukan sesuatu untukmu?” Dan yah, ia menggeleng lagi.
“Baiklah. Tapi dulu kau pernah bilang kalau kau ingin agar aku memelukmu, merapihkan helai rambutmu lalu mengatakan ‘noona, neomu yeppeo’. Kau tidak ingin aku melakukan hal itu?” ia menggeleng lagi. Dan yang kudengar hanyalah isaknya yang semakin menjadi-jadi. Ya tuhan...
Akhirnya, kudekatkan tubuhku padanya lalu kupeluk perlahan dirinya yang sedang terbaring lemah disampingku. Seolah mendengar instruksinya, kusingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajahnya lalu kupandangi wajahnya dan berkata... “Noona, neomu yeppeo...”
Kulihat Ikha noona hanya tersenyum.
“Aku tahu, kau pasti bingung. Noona, ini bukan mimpi. Aku ada disini, tepat didepanmu. Kau senang kan?” tanpa terasa airmataku pun mulai mengalir.
Ia kembali menyentuh pipiku dan dengan terbata-bata, ia berusaha mengucapkan sesuatu padaku.
“Key...” ucapnya lirih.
“Ne...” balasku sambil mengusap pelan pipinya yang penuh dengan luka.
“Saranghae...” ucapnya lagi.
“Ne, aku tahu itu,”
Tapi setelah itu, ia memegang dadanya dan mulai merintih. Kudengar mesinnya mulai pelan menghitung detak jantungnya. Karena panik, Jjong hyung segera keluar memanggil ahjumma. Kutekan tombol darurat didepanku beberapa kali agar dokter segera datang.
“Noona, gwenchanayo?” tanyaku menenangkannya. Tapi sepertinya ia tak mendengarku. Ia terus merintih memegangi dadanya terus-menerus. Dan tak lama kemudian, dokter datang...

@@@

Hari itu merupakan hari terakhirku bertemu dengan Ikha noona. Ya, tepat setelah kejadian itu ia meninggal dunia. Aku selalu berusaha untuk bertemu dengan ahjumma tapi karena jadwalku semakin hari semakin padat, aku tidak punya waktu untuk mengunjunginya. Padahal aku ingin mengucapkan bela sungkawaku padanya.
Dan, sekarang...
Kupandangi para Shawol Indonesia yang dengan semangatnya mengayunkan lightstick pearlswhite ke kiri dan ke kanan. Kami berlima sudah siap di posisi masing-masing untuk menyanyikan lagu ‘in my room’. Dan posisiku sekarang tepat berada di depan bangku VVIP bernomor 42—bangku yang sama yang pernah kupesankan untuknya ketika 2nd concert SHINee di Korea. Sambil mendendangkan lagu tersebut, kupegangi sebuah amplop putih bertuliskan ‘To My Lovely Key’ di tangan kiriku. Karena aku merasa, meskipun Ikha noona sudah tiada, ia selalu ada disekitarku.
Kunyanyikan lirik bagianku dengan memejamkan mata, mencoba meresapi baitnya dengan penuh perasaan. Suara-suara Shawol yang terus berkumandang di stadium ini membuatku semakin bersemangat menjalani hidup. Namun ketika kubuka mata, sepertinya kulihat sosok yang dulu pernah kukenal...
Ia duduk dibangku kosong itu, rambutnya tergerai dan terlihat terayun ringan tertiup angin. Yang membuatku semakin tak percaya, ia melontarkan senyumnya yang indah padaku. Senyum yang sangat aku kenal.
Karena tak percaya dengan apa yang kulihat, kualihkan pandanganku pada Jjong hyung, berharap ia juga melihat ke bangku yang kumaksud. Tapi ia sedang asik menyanyikan lirik bagiannya. Meskipun kucoba untuk berteriak padanya, itu akan sangat mustahil mengingat suara Shawol bergema dimana-mana. Akhirnya, kupastikan sendiri dengan mengembalikan pandanganku pada bangku itu. Tapi aku tak melihat apapun. Bangku itu kosong seperti pada awalnya.
Ya, tuhan...
Apakah sosok itu adalah Ikha noona?

—END—

4 comments:

Anonymous said...

Sad sad sad sad sad sad sad tonight, gaseumi appa, oh no no no no no no nobody knows, nan molla.. #halah malah nyanyi

1 kata,
TRAGIS!!

Biasanya gw sll mnikmati crita smbl ngahal n brharap gw n hyunpa adl tokoh utamanya, tp x ini tidaaakkkkkkkk.. Gw tidak mau brakhir tragis sperti itu ha.. Kkkk~

Emg beda deh yg d tulis 'dr hati', pasti bernyawa ceritanya..

Chukkae ms. hyuk, lagi2 gw terhanyut dlm alur ceritamu..

Zuleykha Lee said...

thx for your attention, beibeh~~
hahaha, itu adalah rasa kecewa gue karena gak bisa KETEMU KEY PAS KIFF DULU, dan karena gak bisa KETEMU UNYUK NANTI DI KONSER KIMCHI.. huaaaa~~~ hyuuuuuuuunnn~~
#nangis guling2

ASH Family said...

Astagfirullah gw jg sedih bgt, kpn gw bs ktmu namja gw.. Hikz.. Sakit rasanya kl liat kenyataan.. Mreka bs ktmu idolanya, tp bwt gw sussaahhh bgt.. Senasib qt hyuk.. Smlm gw udh brfikir bwt mundur aja dr K-Lovers, drpd tekanan batin mulu.. Gw ngiler liat org2 nntn konser SS501 yg spertinya smp kpnpun ga akan prnh trwujud, konser SuJu, CN Blue, FT Island, fans meeting KIM HYUN JOONG, SaengKyu.. Astaga kpn gw jd konglomerat biar gmpg kl mw dtg k acara2 tsb.. Hikz..
*crying

Zuleykha Lee said...

hhahaaa, sumpah ya hyun, gw baca comment lw bukannya nangis tapi malah ketawa.

gw ngetawain kita yang nasibnya sama, hahaha~

jangan hyun, lw bilang sendiri kan kalo oppa kita itu penyemangat kita biar kita jadi wanita yang sukses???

Hwaiting!!! suatu hari nanti, kita pasti bisa ketemu si abang..

betewe, itu blog lw yak? aseeekkk, gw follow yak...