Friday, January 7, 2011

TEMIN SPAMZZZZZZZ




Credits: fantasister
www.shineeshawols.wordpress.com

and, guess? who is he?? YEASSSS~ My DIVADIVADIVA KEYYY

[Eng] 110106 Key Taemin Starcall

SHINee - GIF @ SHINee World Concert

[Photo] SHINee at SHINee The 1st Concert Backstage





source: hankooki.com
weareshining

The Fake Boyfriend - Part IX [END]


PART 9


Main casts : Cho Ikha, Kim Key Bum
Support casts : Lee Jinki, Lee Taemin
Other support cast : Kim Jonghyun, Choi Minho, Cho Nami, Eunhyuk ‘SUJU’, Chae Rin, Jung Ah, Hyuna, etc.
Genre : Romance, Family, Tragic (?)
Type : Sequel (Part IX)
Rating : PG 15+


----------
Cause you were my sun, the moon
nae jeonbuyeotdeon neo
nae bangeh eetneun modeun geotdeulee neol keureeweohanabwa
neol weehae chatdah jeechyeoseo
neol jamshee eejeodoh
sumgyeonoheun uhreeye chueogee
gadeuk namah cause you’re still in my room

—SHINee [In My Room]
---------


Author’ Side
Jinki mengejar Ikha dengan susah payah. Yeoja itu segera pergi meninggalkan club tersebut setelah melihat Key mendekap Nicole. Bahkan Jinki sampai harus menabrak beberapa orang yang melewatinya demi bisa menyusul langkah Cho.
“Ikha! Cho Ikha!” Jinki beruaaha menyeimbangi langkah yeoja itu. “Kau jangan terbawa emosi. Lebih baik kau hampiri saja dia. Aku rasa dia terlalu banyak minum,”
“Untuk apa? Aku rasa semuanya sudah jelas. Lagipula apa pedulimu? Membela si kunci karatan itu? Berharap aku mendatanginya lalu memeluknya erat? Hah, basi!!!” ucap Ikha tanpa menghentikan langkahnya.
Setelah sampai di bagian luar club tersebut, Ikha menatap cokelat yang ada di tangannya kesal. Dibuangnya cokelat itu kemudian diinjak dengan kasar menggunakan high-heels-nya. Ia menghampiri sebuah taxi yang kosong dan taxi tersebut langsung melesat pergi.
“Cho Ikha!” Jinki berusaha menghentikannya tapi tidak berhasil. Ia kembali masuk kedalam club. Dihampirinya Key yang masih memeluk yeoja bernama Nicole itu.
“Minggir,” sergah Jinki sambil menarik tubuh si yeoja menjauhi Key.
“Noona… kau mau kemana? Jangan tinggalkan aku,” Key mencoba berdiri menggapai tangan Nicole namun segera disenderkannya tubuh Key di sofa oleh Jinki.
“Hhhh~ pantas saja,” Jinki memperhatikan meja di sampingnya yang penuh dengan botol kosong. Ia lalu mengalihkan pandangannya pada Nicole. “Ya! Kau itu kegatelan atau memang sudah gatel dari lahir sih? Mau saja dipeluk olehnya,”
Nicole memutar bola matanya pelan lalu tersenyum kecut. “Dia yang menarikku ke dalam pelukannya,”
“Kalau kau masih waras, kau pasti akan melepasnya. Lagipula dia memanggilmu noona, bukan namamu. Jadi sudah jelas kalau dia itu sedang tidak sadar,” celoteh Jinki.
“Ya! Oppa, biasanya kau tidak pernah komentar setiap kali aku jalan dengannya,” bela Nicole tak mau kalah.
“Itu kan dulu. Sekarang lain. Sudah sana. Pergi, pergi, pergi,” Jinki mengibas-ngibas tangannya menyuruh yeoja itu pergi.
“Ya! Kibum, bangun,” Jinki menampar-nampar pipi Key cukup keras. Namun namja itu malah tersenyum-senyum tidak jelas.
Jinki menelusuri seisi club. Matanya mencari-cari sosok Minho. “Hhhhh~ kemana Minho? Sudah tahu kondisimu seperti ini, dia malah meninggalkanmu,”
“Siapa itu Minho? Namanya seperti nama tukang sol sepatu,” racau Key sambil mengayun-ayunkan tangannya.
Jinki hanya menggeleng-gelengkan kepala. “Dasar pabo,”

***

Key’ Side
Ugh~ dimana ini?
Kupegang kepalaku yang masih terasa berat kemudian kubuka sedikit kelopak mataku untuk memastikan dimana aku sekarang. Kulihat sekeliling ruangan yang kukenal ini.
Hhhh~ ternyata di kamarku
Tapi siapa yang mengantarku pulang? Seingatku, tadi aku bersama Minho di club. Ah, pasti Minho. Siapa lagi?
Aku bangun dari posisi tidurku kemudian kulirik jam weker yang ada diatas laci kecil disamping tempat tidurku.
02.17 am
Masih terlalu pagi. Lebih baik aku tidur lagi. Kepalaku masih pusing.
Eh? Tunggu. Ada bungkusan kecil di dekat weker-ku.
Kuambil bungkusan berwarna pink tersebut—membolak-baliknya pelan—lalu kucopot notes kecil yang menempel diatasnya.


Rounded Rectangle: Ya! Pabo! Semoga kau cepat membaca notes-ku ini.
Tadi Cho ke rumahmu. Tapi Minho menelponku kalau kau sedang di club bersamanya. Jadi kuputuskan untuk mengajak dia kesana.
Sialnya, dia malah melihatmu sedang berpelukan dengan Nicole, fufufu~
Oya, aku akan pergi ke Jepang beberapa hari. Tolong antarkan tugasku ke Han seonsangnim, ok?
Nb: dia ingin memberikan bungkusan ini padamu. Semoga isinya masih bagus—ia menginjaknya sebelum pergi meninggalkan club.
***Onew
 










Tanpa banyak basa-basi, kubuka bungkusan mungil itu cepat. Cho noona memberikan ini padaku? Kutemukan sebuah cokelat berbentuk kunci yang dihiasi cokelat putih diatasnya. Hihihi~ sepertinya ia membuat ini dengan tangannya sendiri, terlihat hiasan cokelat putihnya tidak begitu rapih.
Tunggu, noona datang ke rumahku? Benarkah?
Sebentar, sebentar… kubaca notes dari Onew hyung sekali lagi. Kupicingkan mataku lebih dekat saat membaca kalimat di paragraph ketiga.
Nicole? Aku berpelukan dengan Nicole? Aku tidak pernah merasa memeluknya.
Akh~  pasti karena aku terlalu banyak minum tadi malam.
Sial!!!!
Kuambil Blackberry-ku dan segera kucari nama bertuliskan ‘noona coldheart’ di phonebook list. Semoga saja dia belum mengganti nomor handphone-nya dan... ah, tersambung.
“Noona, aku...”
“Eh?”
“Chinchayo?”
“Ne. Antar saja ke rumahku di jalan SHINee nomor lima,”
“Ne. Mian merepotkanmu,”
....
Kututup teleponku dan segera bergegas ke kamar mandi untuk mencuci mukaku.
Hhhh~ ternyata dia bisa mabuk juga ya? Untung namja yang bernama Yoojin—yang mengangkat telepon noona-ku—itu mau mengantarnya ke rumahku. Kepalaku masih pusing jadi aku tidak mau mengambil resiko untuk mati muda hanya karena harus menyetir mobil pagi-pagi buta.

***

Setelah menunggu kurang lebih setengah jam, akhirnya mobil Yoojin tiba juga di depan rumahku. Kubuka pintu mobilnya kemudian menghampiri Cho noona yang tertidur di jok belakang.
“Mian menunggu lama. Aku agak kesulitan menemukan rumahmu,” ucapnya sambil menenteng tas tangan Cho noona.
“Ne. Gwenchana. Kamsahamnida, Yoojin-sshi,” kataku sambil menggendong Cho noona masuk ke dalam rumah. Namja yang bernama Yoojin itu mengikutiku dari belakang. Kubaringkan Cho noona di tempat tidurku lalu kusuruh ahjumma untuk mengganti pakaiannya.
“Kau siapanya Cho Ikha?” tanyaku pada namja berparas oriental ini.
“Aku koki di restoran yang biasa Ikha kunjungi. Kebetulan aku belum pulang dan kulihat dia sedang terbaring di dalam mini Bar. Aku sudah mencoba menghubungi beberapa temannya, tapi tidak ada yang diangkat. Untung kau segera menelponnya,” terangnya panjang lebar. “Baiklah, aku harus kembali ke restoran. Banggapseumnida,” ucapnya sambil membungkuk padaku. Akupun membalasnya dengan bungkukan kecil (?)
Ahjumma sudah selesai mengganti pakaian Cho noona. Kulangkahkan kakiku kedalam kamar, menghampirinya, lalu duduk di sampingnya—yang sedang tertidur pulas diatas tempat tidurku. Kutatap wajah yeoja ini dalam.
Hhhhh~ Omo~ benarah ini Cho Ikha? Noona lesbi yang selama ini kurindukan?
Kusingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajahnya. Kuusap pelan pipinya yang mulai mengecil itu.
“Ngggghhh~” erangnya.
Refleks, akupun melepas sentuhanku. Apa dia bangun?
“Dasar Key pabo! Berani-beraninya kau berpelukan dengan yeoja centil itu?”
Ia meracau? Hahaha~ lucu sekali ekspresi wajahnya. Membuatku ingin sekali mencubit pipinya sampai pipinya copot.
“Kau pikir kau itu siapa, hah? Sok tampan! Sok ganteng! Sok baik! Harusnya dulu aku tidak percaya dengan semua kata-katamu. Namja playboy sepertimu harusnya dimusnahkan dari dunia ini,”
Ia mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali. Sepertinya ia menyadari kehadiranku. Disipitkan matanya dan menatapku seolah memastikan kalau yang ada dihadapannya sekarang adalah aku. Ia tersenyum kecut kemudian kembali tertidur.
Aku mengelus-elus rambutnya pelan. Namun sedetik kemudian ia menepis tanganku dengan sisa tenaganya. “Jangan menyentuhku! Dasar playboy! Aku membencimu!” ucapnya dengan nada yang tidak beraturan. Efek wine yang diminumnya masih ada. Buktinya? Ia masih tidak sadar dan berbicara yang aneh-aneh. Sesekali ia menyanyikan beberapa lagu yang kukenal sambil mengayun-ayunkan tangannya, seperti Shining Star [Super Junior], Noona neomu yeppeo [SHINee], Again & Again [2PM] dan Baby-Baby [4MEN].
Hhhh~ lebih baik kubiarkan dia tidur disini. Aku masih bisa tidur di kamar lain.
Baru saja aku berdiri untuk meninggalkannya, tangan Cho noona menahanku erat. Kubalikan tubuhku kemudian memperhatikan gerak-geriknya. Matanya masih terpejam, tapi mulutnya komat-kamit seperti seorang dukun. “Jangan tinggalkan aku,”
Ia menarik tanganku dan didekapnya sehingga telapak tanganku menyentuh pipinya. “Saranghae~” bisiknya. “Jeongmal saranghae...” bisiknya lagi untuk kedua kalinya.
Aku hanya tersenyum mendengar perkataannya barusan. Meskipun ia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar, tapi aku sangat bahagia. Kata-kata itulah yang selama ini aku tunggu darinya.
Kubaringkan tubuhku disampingnya lalu kukecup lembut bibirnya yang kemerahan itu. “Na ddo saranghae, noona,” bisikku tepat didepan wajahnya.

***

Cho Ikha’ Side
“Enggghhh~~~”
Kueratkan bed cover yang menutupi tubuhku ini. Mataku masih terpejam—sulit sekali untuk membukanya. Lagipula aku masih merasakan pusing di kepalaku. Akh, tadi malam aku menghabiskan berapa botol wine ya?
Hmmm~ wangi ruangan ini... seperti wangi di kamar Key.
Hah, Key. Mengingat nama bocah itu malah membuatku ingin memuntahkan semua isi perutku. Ia berpelukan dengan Nicole tadi malam dan itu membuatku mengubah persepsiku terhadap si kunci karatan. Aku kira dia serius dengan kata-katanya—yang mengatakan bahwa dia mencintaiku—tapi ternyata aku salah. Sekali playboy memang tetap playboy!!
Sedang asik-asiknya mengomeli si bocah itu didalam benakku, tiba-tiba sesuatu mengagetkanku. Tangan seseorang menyusup ke dalam bed cover kemudian merangkul pinggangku. Tangan itu bergerak menarik tubuhku sehingga tubuhku semakin dekat dengan si pemilik tangan. Aku bisa merasakan wajah si pemilik tangan ini menciumi rambutku.
Sontak akupun membuka mataku cepat. Pertama, kuperhatikan ruangan di sekitarku. Hanya dalam waktu dua detik saja, aku bisa tahu dimana aku sekarang. Ya, di kamarnya si kunci karatan itu.
APA? KUNCI KARATAN?
Sebentar... kalau sekarang aku ada di kamarnya Key, lalu?
Kuputar kepalaku—tanpa memutar tubuhku—untuk memastikan siapa yang merangkul pinggangku. Kukerjapkan mataku berkali-kali—masih tidak percaya dengan apa yang ada di hadapanku sekarang—bahwa ini memang nyata, bukan mimpi.
“Key?” tanyaku pada diriku sendiri.
“Pagi, chagiya,” ucapnya malas. Ia membuka matanya sebentar lalu tertidur lagi. Segera kuputar tubuhku agar aku dapat memastikan dengan jelas.
Benar, dia Key,
Rambutnya terlihat berantakan. Ia mengenakan kemeja pink-nya dengan beberapa kancing yang terlepas—memperlihatkan dadanya yang bidang. Kutelan air liurku dengan susah payah lalu kutahan nafasku beberapa detik. Aku bisa merasakan jantungku berdetak sangat cepat. Wajahku pun mulai memanas. Aissshhh~
“Waeyo? Aku tampan ya?”
Jiwaku kembali kedalam tubuhku setelah mendengar ia mengucapkan kata itu. Kukerjapkan mataku sekali lagi. “Ya! Kenapa kau ada ditempat tidurku? Pergi!!”

***

Author’ Side
“Ya! Kenapa kau ada ditempat tidurku? Pergi!!”
Ikha mendorong-dorong tubuh Key agar menjauhinya. Tapi Key tetap tak bergeming. Ia malah semakin mengeratkan tubuhnya dengan tubuh yeoja itu.
Melihat kelakuan Key yang dapat membahayakan dirinya, Ikha pun semakin meronta-ronta. Dipukul-pukulnya dada Key dengan maksud agar ia melepaskan pelukannya. Key hanya menyunggingkan senyumnya sambil terus memeluk Ikha. Matanya masih terpejam.
“Kau lupa, ya? Ini kamarku, noona. aku berhak melakukan apa saja di kamarku,”
“Akh, Key, lepaskan aku!” erang Cho. Lagi-lagi Key hanya tersenyum dan sedikit berdeham.
“Ya! Bagaimana kalau ahjumma melihat kita?”
“Biarkan saja. Mmmm~ aku masih ingin memelukmu,” ucap Key tanpa melonggarkan sedikitpun pelukannya.
“Key, kau jangan main-main. Lepaskan aku atau kugigit lagi bibirmu itu!”
“Gigit saja. Nih,” ia mengangkat kepalanya sedikit lalu menyodorkan bibirnya ke wajah Ikha. Ikha menyingkirkan wajah Key dengan tangannya.
“Menjijikan!” ucapnya dengan penuh penekanan. Ia memperhatikan pakaian yang dikenakannya. Jeans cokelat serta kaus sabrina-nya kini berubah menjadi hoody pink selutut dengan gambar rolling stone di tengahnya.
“Heh, kunci karatan,” Ikha mengguncang-guncang tubuh Key di sela-sela dekapan namja itu. Tak ada sedikitpun respon dari namja yang sedang terbaring di sampingnya.
“Ya! Key,”
“Hmmm,” jawab Key malas.
“Siapa yang membawaku kesini?”
“Aku,” jawabnya singkat.
“Lalu, siapa yang mengganti pakaianku?”
“Aku,” ujarnya enteng.
“Hah? Apa?” Ikha menaikkan kepalanya sedikit. Ditatapnya mata Key yang masih terpejam itu seolah mengatakan ‘kau serius dengan kata-katamu?’.
“Hhhh~ noona, kau lupa dengan kejadian tadi malam?” tanya Key sambil terus merekatkan pelukannya.
“Eh? Tadi malam?” tanya Ikha balik. Ia mngerutkan alisnya.
“Ne. Kau mabuk berat. Wajar saja kalau kau tidak ingat,”
Ikha mencoba mengingat-ingat kejadian tadi malam. Setahunya, dia pergi ke mini Bar lalu meneguk beberapa gelas wine. Ya, hanya itu yang dia ingat.
“Memang apa yang kita lakukan tadi malam?” tanya Ikha penasaran. Ia bersiap mendengar penjelasan Key dan berharap kalau namja itu tidak akan memberitahukan hal-hal yang tidak ingin dia dengar.
“Kita melakukan ‘itu’ tadi malam. Masa kau lupa? Hhh~ dasar pabo,”
“MWO?? TIDAK MUNGKIN!!” teriak Ikha histeris.
“Nih, buktinya. Bibirku jadi jontor, melar, tak berbentuk lagi gara-gara kau tidak henti-hentinya menciumku,”
“ANDWAE!!!” Ikha menggeleng-gelengkan kepalanya. “ANDWAE~ MOM~ JAEBAL~” Ikha semakin meronta-meronta tak karuan.
“Noona, bisakah kau pelankan suaramu? Aku masih ngantuk,” sergah Key.
“Lepaskan aku! Dasar namja brengsek!” Ikha memukul-mukul dada Key lagi tapi yang dipukul tetap tak melepaskan jeratannya.
“Aku tidak akan melepasmu. Titik,”
Karena tak tahan lagi—dipeluk terus menerus oleh Key—dan mulai kehabisan nafas, Ikha mengangkat tubuh sebisanya lalu menggigit leher Key kencang.
“AAAAA,” Key berteriak. Seketika itu juga ia melepaskan pelukannya. Ia bangun dari posisi tidurnya kemudian duduk sambil memegangi lehernya yang terasa perih. Mengetahui hal itu, Ikha pun segera bangun dan duduk disamping Key.
“APA YANG KAU LAKUKAN? DASAR KUCING LIAR!”
“YA! KAU MENYEBUTKU APA? KUCING LIAR? KAU FIKIR KAU ITU SIAPA? BERANINYA MENGATAIKU SEPERTI ITU? DASAR NAMJA BRENGSEK, BAJINGAN,  EVIL, PLAYBOY...”
Tanpa pikir panjang, Key menarik tangan Ikha yang masih memaki-makinya sampai ia terjatuh diatas tubuhnya—menindihnya. Jarak antara wajah mereka hanya terpaut satu centimeter saja.
“Heh, bocah genit, lepaskan aku! Aku tidak mau dekat-dekat denganmu. Alergi!!” cecar Ikha sambil berusaha berdiri. Dan lagi-lagi tangan melingkar di pinggang Ikha, mengunci tubuhnya sehingga ia tidak bisa berkutik sedikitpun.
“Kau cemburu padaku, kan?” tanya Key menggodanya.
“Cemburu? Padamu? Hah, untuk apa aku cemburu padamu? Membuang tenagaku saja,”
“Ayolah, noona. jangan sok munafik didepanku. Tadi malam kau bilang kalau kau sangat mencintaiku,”
“Eh?”
Key menatap mata Ikha lekat-lekat. “Aku memeluk Nicole karena aku fikir dia itu adalah kau. Saat itu aku sedang mabuk. Jadi aku tidak sepenuhnya sadar dengan apa yang aku lakukan,”
“Lalu? Apa urusannya denganku?” tanya Ikha sengit.
“Kau itu pacarku. Aku tidak ingin kekasih hatiku salah paham padaku,” jawab Key sambil mengerling nakal ke arah Ikha. Wajah Ikha mulai memerah melihat kelakuan namja itu.
“Sudah, Key. Berhenti menggodaku. Dan cepat lepaskan aku,” ujar Ikha—masih berusaha untuk berdiri.
“Morning kiss dulu,”
“Ugh, dasar bocah genit. Ini sudah siang,”
“Kalau begitu, beri aku mid-day-kiss,” ucap Key tak mau kalah. Ia memegang pipi Ikha dengan kedua tangannya dengan cepat sampai-sampai Ikha tak punya kesempatan untuk menghindar. Saat Key hendak menciumnya, seseorang membuka pintu kamarnya dan berteriak.
“KIM KI BU....” Jonghyun—namja yang membuka pintu kamarnya—seketika itu juga mulutnya langsung menganga lebar. Betapa tidak? Ia melihat Cho Ikha dan Key sedang berpelukan diatas tempat tidur dengan kondisi Ikha diatas tubuh Key. Rambut mereka acak-acakan. Ditambah lagi kemeja Key yang terbuka dan bed cover menutupi sebagian tubuh mereka.
Key dan ikha melihat ke arah pintu bersamaan. Mereka berdua juga tidak kalah kagetnya.
“Hyung, aku sudah me...” tiba-tiba Minho datang membawa beberapa kantung makanan. Sama halnya dengan Jonghyun, namja itu juga membesarkan matanya melihat pemandangan di kamar Key. Bahkan saking kagetnya, kantung makanan yang dibawa Minho hampir terlepas dari genggamannya.
“Ya! Kalian menggangguku saja. Tutup pintunya!!” ucap Key malas namun jelas.
“Anni~ Jonghyun, Minho, aku tidak…”
Belum selesai bicara, Key sudah membekap mulut Ikha kencang hingga tubuh yeoja itu terdorong dan jatuh disampingnya. Ikha berusaha mengatakan sesuatu tapi sia-sia. Key menahan kaki dan tangannya dengan tubuhnya. Namja itu lalu menarik bed cover sehingga menutupi seluruh tubuh mereka. Ikha pun semakin meronta-ronta mencari pertolongan.
Jonghyun dan Minho—yang mengira bahwa mereka sedang bermesraan di balik bed cover tersebut—saling berpandangan.
“Errr~ hyung, apa sebaiknya kita tutup saja pintunya?” Tanya Minho sambil menggaruk-garuk kulit kepalanya yang tidak gatal.
“Ne… sepertinya kita datang di saat yang tidak tepat, Min,”
Jonghyun menutup pintu lalu meninggalkan Key dan Ikha yang terlihat sedang ‘asik’ di kamar. Padahal, Ikha sedang menjambak-jambak rambut Key agar ia bisa lepas dari jeratannya.
“KEY, AKAN KUBUNUH KAU!!!” teriak Ikha histeris setelah berhasil keluar dari cengkraman Key.

***

Key’ Side
BUAHAHAHAHHAAA
Itulah ekspresiku setiap kali mengingat kejadian kemarin.
Cho Ikha…
Noona…
Aku suka melihat wajah Cho noona ketika sedang menggodanya. Lagipula dia terlihat lucu ketika sedang marah.
Hhhh~ aku ingin cepat-cepat bertemu dengannya [lagi]. Tapi mungkin aku tidak bisa menemuinya beberapa hari ini. Ia masih sibuk mengurusi kasusnya di pengadilan.
“KIBUM-AH,” seseorang membuka pintu kamarku.
Aku menoleh—malas-malasan—kea rah pintu. Setelah tahu siapa makhluk yang mengganggu waktu tidur siangku, kualihkan kembali pandanganku dan mulai meringkuk di atas tempat tidur.
“Ya! Kau tidak senang kalau aku datang kesini, huh?” ucap Jonghyun hyung sambil menarik bed cover pink-ku. “Masih marah karena kemarin aku mengganggumu dengan Ikha ya?”
“Ergh, kau ini berisik sekali, hyung,” kututup telingaku menggunakan guling yang ada di sampingku.
“Ya! Aku mau bilang sesuatu. Cepat bangun dulu,”
“Anni~ aku mau tidur,”
“Ayolah, kau pasti senang mendengarnya,”
“Ugh, ya sudah. Hyung mau bilang apa? Cepat katakan dan segeralah enyah dari kamar ini,” kataku dengan nada suara tenor.
“Onew hyung dan Taemin sudah datang dari Jepang. Mereka ada di ruang tamu membawakan souvenir dari sana,”
Kurasakan Jonghyun hyung menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidurku dan berbaring di sampingku. Aku hanya membuka mataku sedikit dan kembali terlelap.
“Lalu?”
“Sayangnya dia tidak membawa yeoja Jepang. Padahal aku kan sudah memesannya,”
“Hah, dasar genit,”
“Ya! Kau bilang aku genit? Kau pasti terpengaruh oleh Cho Ikha sampai-sampai kau mengataiku genit juga,” ucapnya sambil memukulku dengan bantal.
“Hyung, sungguh, aku tidak mau mendengar ocehanmu hari ini. Kepalaku pusing. Aku butuh tidur,” kudorong tubuh Jonghyun menjauhiku.
“Ada lagi… yang ini pasti kau suka,”
“Ya sudah, apaaaaaa?”
“Ikha ada di depan rumahmu sekarang,”
“Eh?” Spontan kubalikkan tubuhku—yang tadinya membelakangi Jonghyun hyung—lalu menatap mata hyung-ku yang gila ini. “Serius?”
“Tuh, lihat saja sendiri. Mungkin dia kesini untuk meminta pertanggungjawabanmu karena kejadian kemarin,” ucap Jonghyun hyung sambil menggedikkan pundaknya sekali.
Seketika itu juga aku langsung berlari menuju bagian depan rumahku.
“Heh, katanya kepalamu pusing?”
“Sudah tidak lagi,” seruku tanpa memandang wajahnya. Aku berlari tanpa mempedulikan pakaian apa yang sedang kupakai—hanya kaus putih polos dan boxer hitam bertuliskan ‘PRIKITIW’ di belakang pantatku. Kulewati Onew hyung, Taemin dan juga Minho yang sempat bertanya mengapa aku tergesa-gesa seperti ini. Yang penting sekarang aku harus bertemu dengannya.
Setelah sampai di depan rumahku, aku dapat melihat seorang yeoja yang kukenal yang sedang duduk di bagian depan White-Audi nya. Kuhampiri ia perlahan.
“Noona…”
Ia menoleh dan memberikan senyuman termanisnya padaku. Kuputuskan untuk duduk juga—disampingnya.
“Setan apa yang membawamu kemari?” tanyaku membuka pembicaraan. Ia hanya tersenyum simpul dan memukul lenganku pelan.
“Bagaimana keputusan pengadilan?” tanyaku untuk kedua kalinya.
“Dad dihukum 12 tahun penjara. Tadinya aku ingin mencabut tuntutanku tapi….” Kulihat ia menarik nafas dalam-dalam lalu mengehmbuskannya pelan. “Sudahlah. Yang penting sekarang, aku mendapatkan 56% kekayaannya, termasuk ini,” terangnya sambil mengusap-usap White-Audi nya.
“Kenapa kau datang kesini, noona? Merindukanku?”
Kulihat Cho noona tertawa pelan sambil mengibaskan rambutnya yang tergerai setelah mendengar kata-kataku. “Percaya dirimu tinggi juga ya?”
“Oke. Kalau bukan karena hal itu, berarti kau kesini karena kau hamil kan?”
Tepat setelah kulontarkan kalimat itu, Cho noona melempar tas tangannya ke kepalaku. Aku hanya meringis pelan. “Ya! Kenapa kau memukulku? Sakit, tahu,” kataku sambil mengusap-usap kepalaku.
“Siapa suruh kau bicara sembarangan? Aku tahu kau hanya mengerjaiku saja kan? Tidak mungkin kita benar-benar melakukan ‘itu’ kemarin,” terangnya sambil sedikit terkekeh melihatku yang masih meringis kesakitan.
“Aku datang kesini hanya ingin memberitahumu satu hal,”
“Apa? Kalau sebenarnya kau mencintaiku?” candaku lagi.
“Key, jangan sampai high-heels ku ini mendarat di pipimu,” ucanya sambil mengayunkan high-heels nya. Aku terawa pelan melihat ekspresi wajahnya yang sok marah itu.
“Aku akan pindah ke Indonesia besok. Mungkin ini terakhir kalinya kita bertemu,”
“Apa?” kupandangi wajah Cho noona yang sama sekali tidak menatapku.
“Terima kasih atas semua yang telah kau berikan padaku. Aku tidak akan pernah melupakanmu,” ia berdiri dari posisinya semula lalu menjulurkan tangannya padaku. Aku hanya menatap uluran tangannya sekilas kemudian mengalihkan pandanganku kearah lain. Kutepis tangannya seketika itu juga.
“Kau… kau akan pindah ke Indonesia dan baru memberitahuku sekarang?” kuacak rambutku pelan kemudian membalikkan tubuhku memunggunginya. “Aku memang bukan siapa-siapa-mu, Cho Ikha. Tapi setidaknya beri aku kejelasan tentang perasaanmu padaku. Sudah kukatakan berkali-kali kalau aku mencintaimu dan kau seolah-olah tidak peduli padaku. Aku memang lebih muda darimu, tapi apa salahnya kalau seorang bocah sepertiku mencintai seorang noona berhati dingin sepertimu?”
Kurasakan emosiku mulai meledak-ledak. Tapi aku berusaha sebisa mungkin untuk menahannya.
“Baiklah. Lakukan apa yang ingin kau lakukan. Aku tidak akan peduli,”

Cho Ikha’ Side
“Baiklah. Lakukan apa yang ingin kau lakukan. Aku tidak akan peduli,”
Eh? Kenapa dia bicara seperti itu? Apa dia marah? Marah? Benarkah?
Hhhh~ bocah ini membuatku gila…
Kulangkahkan kakiku mendekatinya, menyusupkan kedua tanganku pada celah antara lengan dan tubuhnya kemudian memeluknya erat. Ia tidak bereaksi sedikitpun. Mungkin dia masih terkejut dengan tindakanku ini—yang tiba-tiba memeluknya. Aku bisa merasakan nafasnya yang tidak beraturan.
“Kau itu terlalu cepat marah, Key. Kau akan cepat tua nanti,” ucapku lembut dibalik punggungnya. Sepertinya ia berniat untuk melepaskan tanganku tapi kueratkan pelukanku lebih kencang.
“Tidak. Aku ingin keadaannya tetap seperti ini. Lima menit saja,” kataku sedikit memohon. Kusenderkan kepalaku di permukaan punggungnya.
“Saranghae…” kataku—lebih tepatnya berbisik—padanya. Kurasakan ia memegang kedua tanganku —yang sedang memeluknya—dan mengelusnya pelan tanpa mengucapkan sepatah katapun. Nafasnya kini mulai berangsur-angsur tenang.
“Butuh keberanian yang cukup besar bagiku untuk mengucapkan kata itu,” ujarku sambil menggerakkan kepalaku seperti seekor anak kucing ke punggungnya. Merasakan kehangatan yang dipancarkan dari tubuh namja ini.
“Maaf jika selama ini aku selalu membuatmu kesal atau selalu membuatmu menunggu. Aku hanya butuh waktu untuk benar-benar meyakinkan perasaanku padamu, Key. Aku tidak ingin jatuh cinta lagi pada orang yang salah,”
“Terlambat..” selanya kemudian melepas kedua tanganku. Ia membalikkan tubuhnya menghadapku. “Kenapa kau tidak bilang dari dulu? Kenapa kau baru bilang sekarang disaat kau akan pindah ke Indonesia?”
Kupandangi wajah si kunci karatan ini dalam. Aku bisa melihat keringat bermunculan dari keningnya. Kuelus pipinya yang bersih dari jerawat itu tanpa mengalihkan sedkitpun pandanganku dari wajahnya. Ia memegangi tanganku—yang sedang mengelus pipinya—dan menatapku nanar.
“Sekarang aku benar-benar yakin padamu,” kataku kemudian memeluknya erat. “Kau tahu? aku tidak serius untuk pindah ke Indonesia. Aku masih ingin tinggal disini. Melihatmu, bertengkar denganmu, mendengar ocehanmu…. Aku hanya ingin tahu reaksimu saja dan ternyata ekspresimu saat ini adalah yang kuharapkan,” bisikku di telinganya.
Key melepas pelukanku lalu menatapku. “Jadi kau hanya membohongiku?”
Aku hanya tersenyum memamerkan gigi-gigiku. “Mmmm, anggap saja sebagai upaya balas dendam karena kau telah mempermalukanku di depan teman-temanmu,”
Sedetik kemudian, ia langsung mengacak rambutku pelan dan menarikku ke dalam pelukannya. “Dasar kucing liar!! Kau membuatku gila!!”
Ia memelukku erat. Eraaaat sekali, seolah ia tak ingin melepasku pergi.
“Saranghae,” bisiknya pelan disela-sela pelukannya.
“Na ddo,” jawabku lirih. Kami saling merekatkan pelukan kami. Aku tahu, dia pasti sedang tersenyum dibalik  rambutku—sama halnya denganku.
“Noona,,,,” sahutnya sambil meletakan wajahnya di depan wajahku.
“Hmmmm,”
“Kau masih hutang satu permintaan untukku,”
“Eh?”
”Kau ingat ketika kita berdansa di depan Eunhyuk hyung? Kau memberiku satu permintaan. Ya kan?”
“Ne. Aku ingat. Lalu?”
“Aku ingin kau mengabulkan permintaanku,”
“Memang apa permintaanmu?”
“Cium aku,”
“Eh?”
“Cium aku!!!”
Aku terkekeh mendengar kata-katanya. “Kau serius?”
“Ne. Cepat cium aku,”
“Hanya itu? Tidak ada permintaan yang lebih gila lagi?”
“Anni~ hanya itu,”
Aku pura-pura berfikir. “Hhhm, baiklah. Permintaanmu tidak sulit juga,”
Karena jarak antara wajah kami sangat dekat, aku tidak kesulitan untuk menggapai wajahnya. Kukecup bibirnya lembut dan penuh perasaan.
Satu kali
Dua kali
Tiga kali
Hmmmm~ ternyata asik juga berciuman dengan bocah ini.
ketika kami sedang berciuman, kudengar suara gaduh dari dalam rumah Key. Sontak akupun melepas ciumanku.
“Kenapa berhenti?” Tanya Key sambil mengerutkan alisnya.
“Kau dengar sesuatu?”
“Anni~ itu hanya perasaanmu saja, noona. Sudahlah, selesaikan dulu ciumanmu ini,” rengeknya padaku. Tawaku keluar ketika melihat ekspresinya yang seperti anak kecil itu. Ergh~ akan kugigit dia!!
“Noona, maukah kau jadi pacarku?”
“Eh? Aku kan sudah jadi pacarmu,”
“Tidak, bukan pacar palsu, tapi pacar asli (?) ku. Otthe?”
Kuanggukan kepalaku sekali kemudian kucium bibirnya lagi. Ia membalas ciumanku dan kembali mengeratkan pelukannya.

Hhh~ tidak kusangka, aku akan menyukai bocah ini. Padahal dulu aku selalu menghinanya.
Dia telah membawaku keluar dari bayang-bayang masa laluku. Dia juga telah merubahku menjadi seorang yeoja yang ‘tak berhati dingin’ lagi.
Hahaha~ kau tahu? saat yang paling aku sukai ketika bersamanya adalah saat dimana aku bisa memcium bibirnya yang merah itu. Ternyata bibirnya itu sangat…. errrr~ bagaimana aku mengatakannya ya?
Hihihi, yang pasti aku sangat bergairah saat berciuman dengannya. Kau mau coba?

—FIN—

Minho dan Jonghyun terlihat sedang asik berdiri di dekat gorden. Mereka mengintip sesuatu diantara celah gorden jendela ruang tamu rumah Key. Sesekali mereka saling dorong atau memaki satu sama lain dengan volume suara yang sangat kecil.
“Ya! Kalian berdua sedang apa sih?” Jinki meletakkan empat gelas minuman yang telah dibuatkan ahjumma. Sedangkan Taemin sedang asik membolak-balikan halaman majalah yang ada di tangannya.
“Sssstt~ jangan berisik hyung,” ujar Minho tanpa mengalihkan pandangannya dari celah tersebut.
Karena penasaran, Jinki pun menghampiri mereka dan ikut melihat apa yang ada di balik gorden tersebut. Setelah mengetahui apa yang Minho dan Jonghyun lihat, Jinki menutup mulutnya agar suaranya tak terdengar. Ia malah ikut-ikutan mendorong Minho dan Jonghyun karena tidak begitu jelas melihat pemandangan di luar sana.
“Ada apa sih, hyung?”
Melihat kelakuan para hyung-nya, Taemin pun tak kalah diam. Ia juga menghampiri mereka, menyempil sana-sini agar ia juga bisa mengintip dari celah tersebut. Untung badannya kecil, jadi dia tidak begitu kesulitan untuk dapat menggapai celah tersebut.
“APA??” suara lengkingan Taemin membuat orang diluar sana—yang diintip mereka—menengok kearah jendela. Otomatis Jinki, Jonghyun dan Minho mendorong tubuh Taemin agar tidak diketahui orang tersebut.
“ANNI~ NOONAAAAAAAAAA,” teriak Taaemin untuk kedua kalinya. Jonghyun dan Minho segera membekap mulut Taemin. Jinki menutup celah tersebut, takut Key dan Ikha tahu kalau mereka sedang mengintip kedua makhluk yang sedang bermesraan di depan rumah.
“Kau ini bisa diam tidak sih?” Minho memelototi Taemin agar ia diam, tapi Taemin malah semakin meronta-ronta.
“Hyung, coba intip lagi, mereka melihat kita atau tidak?” suruh Jonghyun yang sedang memegangi kaki Taemin.
“Sudah tidak,” jawab Jinki.
“Ya! Hyung, aku juga ingin lihat,” pinta Jonghyun sambil berusaha menendang-nendang pantat Jinki.
“Ssssstt~ lagi asik nih,” ucap Jinki cepat.
“YA!! HYUNG!!!”

===END===